Wow! Ganja Jadi Sumber Cuan Baru Investor dan Selebriti Amerika
loading...
A
A
A
DETROIT - Didorong lonjakan penggunaan ganja selama pandemi Covid-19, pengusaha dan investor di Amerika Serikat (AS) bersiap untuk pertumbuhan yang lebih tinggi seiring makin tersebarnya legalisasi ganja dan dibukanya kembali ekonomi di negara tersebut.
Sejauh ini, 36 negara bagian dan Distrik Columbia telah menyetujui penggunaan ganja untuk kepentingan medis. Dari jumlah itu, 15 negara bagian dan DC bahkan telah menyetujui penggunaan ganja untuk kepentingan rekreasi.
Berkat legalisasi tersebut, startup teknologi ganja, termasuk yang memungkinkan pengiriman langsung ke rumah, mendapat angin segar. Dengan semakin banyaknya orang Amerika yang ambil bagian, minat investor pada perusahaan yang menyediakan alat manajemen budidaya hingga kepatuhan dan perangkat lunak e-commerce untuk industri yang masih beroperasi di zona abu-abu di tingkat federal ini semakin tinggi.
Pengusaha ganja menyatakan mereka harus bergerak cepat dan membangun merek sebelum legalisasi secara penuh di AS meningkatkan lapangan bermain - sebuah proses yang diharapkan banyak orang akan dimulai tahun ini.
"Kenapa pergi ke Weedmaps (untuk daftar pengecer ganja) jika Anda bisa pergi ke Yelp? Kenapa memesan melalui sistem ini atau itu jika Anda bisa memesan melalui DoorDash atau Uber Eats?" ujar Steve Allan, kepala eksekutif The Parent Company, yang dikutip Reuters, Selasa (16/3/2021).
Menurut Allan, TPCO telah membangun teknologi e-commerce sendiri yang dapat menangani segala hal mulai dari manajemen bisnis hingga penjualan ritel. Perusahaan ini mendapuk rapper Jay-Z sebagai Chief Visionary Officer.
Dalam salah satu kesepakatan modal ventura terbesar di sektor ini, platform e-commerce yang berbasis di Oregon Dutchie mengumumkan telah meraup USD200 juta (sekitar Rp2,8 triliun) dalam putaran pendanaan yang memberi nilai perusahaan menjadi USD1,7 miliar. Investor Dutchie termasuk mantan CEO Starbucks Howard Schultz, bintang NBA Kevin Durant dan salah satu pendiri DoorDash Stanley Tang. Pasar online perusahaan menghubungkan apotek ganja dengan konsumen, yang dapat memesan pengiriman ke rumah.
Reuters mengidentifikasi lebih dari 90 perusahaan teknologi ganja swasta dan publik di Amerika Utara, dengan total investasi swasta pada kuartal pertama berada di level tertinggi dalam 18 bulan, menurut data yang dikumpulkan oleh PitchBook dan Crunchbase. Secara keseluruhan, investor telah menggelontorkan lebih dari USD2,5 miliar (sekitar Rp35 triliun) ke perusahaan rintisan teknologi ganja sejak 2018.
Investor publik pun ikut serta. Perusahaan akuisisi tujuan khusus, atau SPAC, yang menargetkan industri ganja yang lebih luas mengumpulkan setidaknya USD4,3 miliar hingga awal 2021, dengan USD1,7 miliar di antaranya masih menunggu untuk disebarkan.
Minat itu datang karena saham perusahaan ganja yang diperdagangkan secara publik - banyak di antaranya terdaftar di Kanada karena dilarang dari bursa AS - mulai rebound setelah aksi jual pada 2019.
"Kami masih dalam babak paling awal dalam berinvestasi," kata Harrison Aaron, seorang analis investasi di Gotham Green Partners, sebuah perusahaan ekuitas swasta yang berbasis di New York dengan portofolio yang berpusat pada ganja.
Menurut BDSA, penjualan ganja legal AS untuk penggunaan obat dan rekreasi tahun lalu melonjak 45%. Kendati demikian, masuk ke industri ganja dinilai tidak mudah bagi banyak pemain besar dari luar.
"Legislasi, regulasi, dan aliran rantai pasokan ganja menciptakan kompleksitas yang tidak dibangun ke dalam perangkat lunak yang dibuat untuk industri lain," kata David Hua, pendiri dan CEO Meadow, yang menjual perangkat lunak kepatuhan dan pengoperasian pengecer ganja.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Sejauh ini, 36 negara bagian dan Distrik Columbia telah menyetujui penggunaan ganja untuk kepentingan medis. Dari jumlah itu, 15 negara bagian dan DC bahkan telah menyetujui penggunaan ganja untuk kepentingan rekreasi.
Berkat legalisasi tersebut, startup teknologi ganja, termasuk yang memungkinkan pengiriman langsung ke rumah, mendapat angin segar. Dengan semakin banyaknya orang Amerika yang ambil bagian, minat investor pada perusahaan yang menyediakan alat manajemen budidaya hingga kepatuhan dan perangkat lunak e-commerce untuk industri yang masih beroperasi di zona abu-abu di tingkat federal ini semakin tinggi.
Pengusaha ganja menyatakan mereka harus bergerak cepat dan membangun merek sebelum legalisasi secara penuh di AS meningkatkan lapangan bermain - sebuah proses yang diharapkan banyak orang akan dimulai tahun ini.
"Kenapa pergi ke Weedmaps (untuk daftar pengecer ganja) jika Anda bisa pergi ke Yelp? Kenapa memesan melalui sistem ini atau itu jika Anda bisa memesan melalui DoorDash atau Uber Eats?" ujar Steve Allan, kepala eksekutif The Parent Company, yang dikutip Reuters, Selasa (16/3/2021).
Menurut Allan, TPCO telah membangun teknologi e-commerce sendiri yang dapat menangani segala hal mulai dari manajemen bisnis hingga penjualan ritel. Perusahaan ini mendapuk rapper Jay-Z sebagai Chief Visionary Officer.
Dalam salah satu kesepakatan modal ventura terbesar di sektor ini, platform e-commerce yang berbasis di Oregon Dutchie mengumumkan telah meraup USD200 juta (sekitar Rp2,8 triliun) dalam putaran pendanaan yang memberi nilai perusahaan menjadi USD1,7 miliar. Investor Dutchie termasuk mantan CEO Starbucks Howard Schultz, bintang NBA Kevin Durant dan salah satu pendiri DoorDash Stanley Tang. Pasar online perusahaan menghubungkan apotek ganja dengan konsumen, yang dapat memesan pengiriman ke rumah.
Reuters mengidentifikasi lebih dari 90 perusahaan teknologi ganja swasta dan publik di Amerika Utara, dengan total investasi swasta pada kuartal pertama berada di level tertinggi dalam 18 bulan, menurut data yang dikumpulkan oleh PitchBook dan Crunchbase. Secara keseluruhan, investor telah menggelontorkan lebih dari USD2,5 miliar (sekitar Rp35 triliun) ke perusahaan rintisan teknologi ganja sejak 2018.
Investor publik pun ikut serta. Perusahaan akuisisi tujuan khusus, atau SPAC, yang menargetkan industri ganja yang lebih luas mengumpulkan setidaknya USD4,3 miliar hingga awal 2021, dengan USD1,7 miliar di antaranya masih menunggu untuk disebarkan.
Minat itu datang karena saham perusahaan ganja yang diperdagangkan secara publik - banyak di antaranya terdaftar di Kanada karena dilarang dari bursa AS - mulai rebound setelah aksi jual pada 2019.
"Kami masih dalam babak paling awal dalam berinvestasi," kata Harrison Aaron, seorang analis investasi di Gotham Green Partners, sebuah perusahaan ekuitas swasta yang berbasis di New York dengan portofolio yang berpusat pada ganja.
Menurut BDSA, penjualan ganja legal AS untuk penggunaan obat dan rekreasi tahun lalu melonjak 45%. Kendati demikian, masuk ke industri ganja dinilai tidak mudah bagi banyak pemain besar dari luar.
"Legislasi, regulasi, dan aliran rantai pasokan ganja menciptakan kompleksitas yang tidak dibangun ke dalam perangkat lunak yang dibuat untuk industri lain," kata David Hua, pendiri dan CEO Meadow, yang menjual perangkat lunak kepatuhan dan pengoperasian pengecer ganja.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(fai)