Soal Industri Minyak Sawit, Indonesia Harus Fight Jaga Kepentingan Nasional

Rabu, 31 Maret 2021 - 21:58 WIB
loading...
Soal Industri Minyak Sawit, Indonesia Harus Fight Jaga Kepentingan Nasional
Pengamat Hukum Internasional, Hikmahanto Juwana menegaskan, Indonesia harus menjaga kepentingan nasional yaitu terkait industri minyak sawit (palm oil). Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Pengamat Hukum Internasional, Hikmahanto Juwana menegaskan, Indonesia harus menjaga kepentingan nasional yaitu terkait industri minyak sawit (palm oil) . Hal ini dinilai penting karena berkaitan dengan tenaga kerja dan berbagai hal lainnya.

“Saya sebenarnya kurang pas kalau misalnya kita melakukan perundingan, perjanjian, di mana ini antara Uni Eropa dengan ASEAN. Karena kita sebagai Indonesia, kita ga punya kontrol. Apa yang menjadi kepentingan nasional kita, itu bisa saja kemudian katakan lah dianulir di tingkat ASEAN,” tegasnya dalam acara INAPalmOil Talk Show secara virtual, Rabu (31/3/2021).



Hikmahanto mengatakan, harus diingat pada saat Indonesia menandatangani ASEAN-China Free Trade Agreement. Di mana, Indonesia seharusnya dulu punya platform yang kuat di ASEAN. Menurutnya, Indonesia harus bisa menjadi pemimpin di ASEAN karena mempunyai kepentingan di sana.

Lanjutnya, Indonesia harus bersikap tegas jika tidak mempunyai konsesi di mana Indonesia punya kepentingan misalnya di Uni Eropa terkait dengan palm oil ini.

“Kita ini ASEAN ada Singapura. Singapura itu biasa terganggu dengan asap dan mereka akan menyatakan bahwa ini akibat dari kebun sawit. Ini yang kemudian kita harus fight dengan Singapura. Coba bayangkan kalau misalnya kita tidak bisa fight, kita tidak bisa jadi leader, mending tidak usah,” ujar Hikmahanto.



Sementara itu, kata dia, jangan sampai Indonesia digerogoti di dalam ASEAN. Walau pun bisa dibilang masyarakat ekonomi ASEAN, tetapi solidaritas belum terbentuk.

“Kita masih bersaing dengan Vietnam, bersaing dengan Thailand, untuk mencari investor masuk ke Indonesia. Jadi kalau kita mau ke Uni Eropa, mendingan Indonesia-Uni Eropa saja. Itu bisa lebih fokus apa yang jadi kepentingan kita,” ucap Pengamat Hukum Internasional tersebut.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1491 seconds (0.1#10.140)