Perdana, Komoditas Rempah-rempah Diekspor Langsung dari Sulteng ke Vietnam
loading...
A
A
A
MAKASSAR - PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) melalui Cabang Pantoloan kembali melakukan direct export perdana komoditas rempah-rempah dengan negara tujuan Vietnam dan Tiongkok.
General Manager (GM) PT Pelindo IV Cabang Pantoloan, Nengah Suryana Jendra mengatakan, sebelumnya pihaknya sudah rutin hampir setiap minggu melakukan direct export komoditas kelapa ke beberapa negara di Asia.
“Hanya saja untuk rempah-rempah, ini baru perdana dilakukan direct export. Kalau yang kelapa sudah rutin direct export ke beberapa negara di Asia sejak 12 September 2020,” kata Nengah.
Menurut dia, Pelindo IV khususnya Cabang Pantoloan akan selalu memberikan fasilitas dan pelayanan yang terbaik atas upaya pemerintah daerah untuk menggerakan ekonomi melalui kegiatan ekspor sejumlah komoditas unggulan ke luar negeri.
“Apapun upaya pemerintah untuk peningkatan ekonomi, akan selalu kami dukung dengan fasilitas dan pelayanan yang maksimal,” ujarnya.
Sebelumnya, pada Senin 29 Maret 2021, Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng), Longki Djanggola, diwakili Asisten Administrasi Ekonomi dan Pembangunan, Bunga Elim Somba, didampingi Kepala Pusat Kepatuhan, Kerja Sama dan Informasi Perkarantinaan pada Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian, Junaidi, serta pejabat terkait lainnya secara resmi melepas ekspor perdana rempah-rempah sebanyak 4 kontainer atau 63,78 ton dengan nilai Rp3,7 miliar ke Vietnam dan Tiongkok dari Pelabuhan Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah.
Dalam sambutannya yang dibacakan Asisten Administrasi Ekonomi dan Pembangunan, Gubernur Sulawesi Tengah menyambut baik kegiatan ekspor perdana rempah-rempah berupa lada putih, pala biji dan bunga pala sebagai komoditas baru produk pertanian di Sulteng, sekaligus sebagai pelaksanaan program Kementerian Pertanian RI yang tujuannya untuk mendorong gerakan tiga kali lipat ekspor (grateks).
Menurut Longki, komoditas pertanian memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan daerah, di mana perannya bukan saja terhadap ketahanan pangan tetapi juga memberi andil yang cukup besar terhadap pproduk domestik regional bruto (PDRB) daerah melalui ekspor.
“Kami memberikan apresiasi kepada Balai Karantina Pertanian Kelas II Palu yang telah mengkoordinir pelaksanaan ini bersama dinas yang terkait sejalan dengan program Menteri Pertanian untuk mendorong pertumbuhan ekspor pertanian karena hal tersebut sebagai komitmen Badan Karantina Pertanian dalam rangka memperkuat sistem perkarantinaan guna mendorong percepatan layanan perkarantinaan pada proses bisnis ekspor,” kata dia.
Gubernur Sulteng berharap, Badan Karantina Pertanian dapat terus meningkatkan peranannya sebagai fasilitator perdagangan produk pertanian dalam memastikan bahwa seluruh produk pertanian yang akan diekspor telah memenuhi persyaratan internasional dalam hal sanitari maupun fitosanitari, sehingga memiliki daya saing di pasar global.
Menurut Longki, patut disyukuri bahwa di tengah pandemi Covid-19 tetap bisa meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Sulawesi Tengah.
Sementara itu, Kepala Pusat Kepatuhan, Kerja Sama dan Informasi Perkarantinaan pada Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian, Junaidi mengatakan, berdasarkan data pada sistem perkarantinaan Iqfast, tiga komoditas pertanian (rempah-rempah) di Sulawesi Tengah telah diberangkatkan ke negara Vietnam dan Tiongkok sebanyak total 63,78 ton.
Dia menuturkan, pada tahun 2020 lalu Karantina Pertanian Palu mencatat sebanyak 35 komoditas telah diekspor dari Sulawesi Tengah ke berbagai negara dengan total nilai barang mencapai Rp444,46 miliar.
“Sebanyak 35 komoditas tersebut didominasi dari sub sektor perkebunan seperti kelapa bulat, kelapa parut, minyak kelapa, kakao biji, getah pinus, cengkeh dan lain-lain,” sebut Junaidi.
General Manager (GM) PT Pelindo IV Cabang Pantoloan, Nengah Suryana Jendra mengatakan, sebelumnya pihaknya sudah rutin hampir setiap minggu melakukan direct export komoditas kelapa ke beberapa negara di Asia.
“Hanya saja untuk rempah-rempah, ini baru perdana dilakukan direct export. Kalau yang kelapa sudah rutin direct export ke beberapa negara di Asia sejak 12 September 2020,” kata Nengah.
Menurut dia, Pelindo IV khususnya Cabang Pantoloan akan selalu memberikan fasilitas dan pelayanan yang terbaik atas upaya pemerintah daerah untuk menggerakan ekonomi melalui kegiatan ekspor sejumlah komoditas unggulan ke luar negeri.
“Apapun upaya pemerintah untuk peningkatan ekonomi, akan selalu kami dukung dengan fasilitas dan pelayanan yang maksimal,” ujarnya.
Sebelumnya, pada Senin 29 Maret 2021, Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng), Longki Djanggola, diwakili Asisten Administrasi Ekonomi dan Pembangunan, Bunga Elim Somba, didampingi Kepala Pusat Kepatuhan, Kerja Sama dan Informasi Perkarantinaan pada Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian, Junaidi, serta pejabat terkait lainnya secara resmi melepas ekspor perdana rempah-rempah sebanyak 4 kontainer atau 63,78 ton dengan nilai Rp3,7 miliar ke Vietnam dan Tiongkok dari Pelabuhan Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah.
Dalam sambutannya yang dibacakan Asisten Administrasi Ekonomi dan Pembangunan, Gubernur Sulawesi Tengah menyambut baik kegiatan ekspor perdana rempah-rempah berupa lada putih, pala biji dan bunga pala sebagai komoditas baru produk pertanian di Sulteng, sekaligus sebagai pelaksanaan program Kementerian Pertanian RI yang tujuannya untuk mendorong gerakan tiga kali lipat ekspor (grateks).
Menurut Longki, komoditas pertanian memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan daerah, di mana perannya bukan saja terhadap ketahanan pangan tetapi juga memberi andil yang cukup besar terhadap pproduk domestik regional bruto (PDRB) daerah melalui ekspor.
“Kami memberikan apresiasi kepada Balai Karantina Pertanian Kelas II Palu yang telah mengkoordinir pelaksanaan ini bersama dinas yang terkait sejalan dengan program Menteri Pertanian untuk mendorong pertumbuhan ekspor pertanian karena hal tersebut sebagai komitmen Badan Karantina Pertanian dalam rangka memperkuat sistem perkarantinaan guna mendorong percepatan layanan perkarantinaan pada proses bisnis ekspor,” kata dia.
Gubernur Sulteng berharap, Badan Karantina Pertanian dapat terus meningkatkan peranannya sebagai fasilitator perdagangan produk pertanian dalam memastikan bahwa seluruh produk pertanian yang akan diekspor telah memenuhi persyaratan internasional dalam hal sanitari maupun fitosanitari, sehingga memiliki daya saing di pasar global.
Menurut Longki, patut disyukuri bahwa di tengah pandemi Covid-19 tetap bisa meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Sulawesi Tengah.
Sementara itu, Kepala Pusat Kepatuhan, Kerja Sama dan Informasi Perkarantinaan pada Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian, Junaidi mengatakan, berdasarkan data pada sistem perkarantinaan Iqfast, tiga komoditas pertanian (rempah-rempah) di Sulawesi Tengah telah diberangkatkan ke negara Vietnam dan Tiongkok sebanyak total 63,78 ton.
Dia menuturkan, pada tahun 2020 lalu Karantina Pertanian Palu mencatat sebanyak 35 komoditas telah diekspor dari Sulawesi Tengah ke berbagai negara dengan total nilai barang mencapai Rp444,46 miliar.
“Sebanyak 35 komoditas tersebut didominasi dari sub sektor perkebunan seperti kelapa bulat, kelapa parut, minyak kelapa, kakao biji, getah pinus, cengkeh dan lain-lain,” sebut Junaidi.
(luq)