Banyak Aksi Korporasi, Saham Saratoga Diramal Bakal Melesat
loading...
A
A
A
Tahun lalu Saratoga juga berhasil membukukan pendapatan dividen sebesar Rp750 milliar, yang sebagian besar dikontribusikan oleh ADRO sebesar Rp215 miliar, TBIG Rp214 miliar, MPMX sebesar Rp210 miliar dan PT Provident Agro Tbk. (PALM) sebesar Rp105 miliar.
Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan menjelaskan, selama pandemi sejumlah perusahaan portofolio Saratoga menemukan momentum pertumbuhan bisnisnya. Ia menyebut kinerja MDKA terus menguat berkat kenaikan harga komoditas emas dan tembaga yang sangat tinggi di tahun 2020.
Selain itu, kata Devin, migrasi masyarakat yang semakin cepat ke ekosistem digital telah memberikan peluang yang semakin besar kepada TBIG sebagai penyedia infrastruktur telekomunikasi.
Di sektor konsumer, Saratoga berinvestasi di PT Famon Awal Bros Sedaya (Primaya Hospital). Grup Primaya Hospital ini terus memperluas jaringannya untuk mendukung upaya pemerintah memberikan fasilitas kesehatan terbaik dan terjangkau, termasuk dalam penanggulangan Covid-19.
Menurut Fendi, secara teknikal saham SRTG sedang berkonsolidasi dalam pola symmetrical triangle, pasca-kenaikan yang signifikan dari harga sebelumnya Rp3.500 ke harga Rp6.250. Pola konsolidasi yang sedang terjadi dengan trend penguatan besar yang terlihat dari tiga garis moving average periode jangka pendek hingga panjang yang uptrend, menunjukkan ada peluang besar harga naik hingga mencapai level Rp8.700 hingga Rp9.600 sebagai target harga penguatan secara teknikal.
Fendi menambahkan, secara fundamental, SRTG yang memiliki NAV sekitar Rp32,6 trilliun, dengan metode valuasi diskon holding sebesar 25%, maka nilai wajar SRTG sebesar Rp24,45 triliun. ( Baca juga:Lagi Uji Coba, Pengguna Instagram Nantinya Bisa Pilih Sembunyikan Like )
Jika dibandingkan dengan market capitalization SRTG saat ini sebesar Rp15,73 triliun (di harga saham Rp5.800), maka harga saham SRTG masih mencerminkan potensi kenaikan sebesar 55,4% ke harga wajarnya untuk mencapai intrinsic value sebesar Rp9.015 per saham.
“Secara umum, harga saham SRTG undervalued dan sangat atraktif untuk tujuan trading maupun investasi jangka panjang. Rencana buyback menunjukkan keyakinan manajemen SRTG untuk melakukan reinvestasi pada dirinya sendiri karena dipandang masih undervalued, dan stock split juga akan membuat secara psikologis saham SRTG menarik bagi trader maupun investor karena harga saham akan dipecah menjadi lebih kecil nominalnya sehingga lebih likuid,“ tambah Fendi.
Lihat Juga: 3 Fakta Penerbangan dari Lebanon Banyak Dibatalkan Akibat Invasi Darat Israel, Saham Ikut Anjlok
Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan menjelaskan, selama pandemi sejumlah perusahaan portofolio Saratoga menemukan momentum pertumbuhan bisnisnya. Ia menyebut kinerja MDKA terus menguat berkat kenaikan harga komoditas emas dan tembaga yang sangat tinggi di tahun 2020.
Selain itu, kata Devin, migrasi masyarakat yang semakin cepat ke ekosistem digital telah memberikan peluang yang semakin besar kepada TBIG sebagai penyedia infrastruktur telekomunikasi.
Di sektor konsumer, Saratoga berinvestasi di PT Famon Awal Bros Sedaya (Primaya Hospital). Grup Primaya Hospital ini terus memperluas jaringannya untuk mendukung upaya pemerintah memberikan fasilitas kesehatan terbaik dan terjangkau, termasuk dalam penanggulangan Covid-19.
Menurut Fendi, secara teknikal saham SRTG sedang berkonsolidasi dalam pola symmetrical triangle, pasca-kenaikan yang signifikan dari harga sebelumnya Rp3.500 ke harga Rp6.250. Pola konsolidasi yang sedang terjadi dengan trend penguatan besar yang terlihat dari tiga garis moving average periode jangka pendek hingga panjang yang uptrend, menunjukkan ada peluang besar harga naik hingga mencapai level Rp8.700 hingga Rp9.600 sebagai target harga penguatan secara teknikal.
Fendi menambahkan, secara fundamental, SRTG yang memiliki NAV sekitar Rp32,6 trilliun, dengan metode valuasi diskon holding sebesar 25%, maka nilai wajar SRTG sebesar Rp24,45 triliun. ( Baca juga:Lagi Uji Coba, Pengguna Instagram Nantinya Bisa Pilih Sembunyikan Like )
Jika dibandingkan dengan market capitalization SRTG saat ini sebesar Rp15,73 triliun (di harga saham Rp5.800), maka harga saham SRTG masih mencerminkan potensi kenaikan sebesar 55,4% ke harga wajarnya untuk mencapai intrinsic value sebesar Rp9.015 per saham.
“Secara umum, harga saham SRTG undervalued dan sangat atraktif untuk tujuan trading maupun investasi jangka panjang. Rencana buyback menunjukkan keyakinan manajemen SRTG untuk melakukan reinvestasi pada dirinya sendiri karena dipandang masih undervalued, dan stock split juga akan membuat secara psikologis saham SRTG menarik bagi trader maupun investor karena harga saham akan dipecah menjadi lebih kecil nominalnya sehingga lebih likuid,“ tambah Fendi.
Lihat Juga: 3 Fakta Penerbangan dari Lebanon Banyak Dibatalkan Akibat Invasi Darat Israel, Saham Ikut Anjlok
(uka)