Abai dengan Impor Kedelai, Sampai Kapan?
loading...
A
A
A
Terkait masih stabilnya harga produk kedelai dalam negeri di tengah kenaikan harga di pasar global, Rusli meyakini hal itu bisa terjadi karena pasokan kedelai domestik masih terselamatkan oleh kontrak pembelian untuk dua atau tiga bulan ke depan. “Nah sekarang harus cepat-cepat membuat agreement kontrak jangka panjang, kalau bisa untuk setahun ke depan. Atau setidaknya sampai akhir tahun ini,” imbuhnya.
Ia pun memprediksi, di tengah perebutan vaksin oleh banyak negara di seluruh dunia demi menghentikan pandemi Covid-19 dan membangkitkan perekonomian, akan diikuti oleh upaya pengamanan pasokan pangan di masing-masing negara. Sehingga bisa diperkirakan, kata Rusli, pasokan komoditas pangan termasuk kedelai di pasar global akan tersendat dalam periode tertentu. “Jadi pemerintah harus cepat, minimal lewat future trading mengamankan pasokan minimal sampai akhir tahun ini,” kata Rusli.
Pemeirntah pun dipastikan punya kepentingan besar untuk menjamin ketersediaan komoditas kedelai di dalam negeri. Pasalnya kedelai selama ini telah menjadi bahan pengganti protein hewani yang bisa didapat dengan harga lebih murah. “Pemerintah juga berkepentingan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, yang salah satunya bisa dipenuhi lewat protein nabati. Kebutuhan gizi yang cukup sangat dibutuhkan selama pandemi, ini terkait lagi dengan ketahanan tubuh masyarakat di saat pandemi,” tambah Rusli.
Masih menurut Ruslli, solusi jangka pendek ini harus cepat dilaksanakan oleh pemerintah, sambil terus melanjutkan segala upaya untuk mencapai rogram swasembada kedelai yang tentunya membutuhkan waktu tak sebentar. Sekedar informasi, sejak triwulan IV 2020, telah terjadi kenaikan harga kedelai hingga 40%. Pada November 2020 harga kedelai di pasar global tercatat USD 10,5 per gantang. Sementara pada awal April 2021 harga kedelai mencapai USD14,33 per gantang. Kenaikan kembali terjadi memasuki 1 Mei 2021, menjadi USD15,52 per gantang.
Ia pun memprediksi, di tengah perebutan vaksin oleh banyak negara di seluruh dunia demi menghentikan pandemi Covid-19 dan membangkitkan perekonomian, akan diikuti oleh upaya pengamanan pasokan pangan di masing-masing negara. Sehingga bisa diperkirakan, kata Rusli, pasokan komoditas pangan termasuk kedelai di pasar global akan tersendat dalam periode tertentu. “Jadi pemerintah harus cepat, minimal lewat future trading mengamankan pasokan minimal sampai akhir tahun ini,” kata Rusli.
Pemeirntah pun dipastikan punya kepentingan besar untuk menjamin ketersediaan komoditas kedelai di dalam negeri. Pasalnya kedelai selama ini telah menjadi bahan pengganti protein hewani yang bisa didapat dengan harga lebih murah. “Pemerintah juga berkepentingan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, yang salah satunya bisa dipenuhi lewat protein nabati. Kebutuhan gizi yang cukup sangat dibutuhkan selama pandemi, ini terkait lagi dengan ketahanan tubuh masyarakat di saat pandemi,” tambah Rusli.
Masih menurut Ruslli, solusi jangka pendek ini harus cepat dilaksanakan oleh pemerintah, sambil terus melanjutkan segala upaya untuk mencapai rogram swasembada kedelai yang tentunya membutuhkan waktu tak sebentar. Sekedar informasi, sejak triwulan IV 2020, telah terjadi kenaikan harga kedelai hingga 40%. Pada November 2020 harga kedelai di pasar global tercatat USD 10,5 per gantang. Sementara pada awal April 2021 harga kedelai mencapai USD14,33 per gantang. Kenaikan kembali terjadi memasuki 1 Mei 2021, menjadi USD15,52 per gantang.
(nng)