Impor Barang Konsumsi Naik Dipicu Ramadhan dan Idul Fitri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kenaikan impor barang konsumsi pada April mencapai USD1,63 miliar atau naik 12,89% dibandingkan dengan Maret 2021. Dibandingkan April 2020, nilai impor ini lebih tinggi 34,11%.
BPS merinci, barang konsumsi yang meningkat impornya antara lain gula mentah dari India; bawang putih, anggur segar dan ponsel dari China; dan daging sapi beku dari Australia.
"Baran-barang konsumsi itu yang dibutuhkan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri," jelas Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (20/5/2021).
Suhariyanto menambahkan, Indonesia juga banyak mengimpor kedelai dari Amerika Serikat (AS). Hal tersebut tercatat dalam neraca impor Indonesia-AS yang menunjukkan penambahan USD85,5 juta yang salah satu komoditasnya adalah kedelai.
"Kemudian dari AS meningkat USD85,5 juta, komoditasnya adalah soybean (kedelai), lalu dari Hong Kong yakni komoditas emas," tambahnya.
Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, BPS mencatat impor dari 13 negara utama selama Januari-April 2021 juga naik USD6.599,6 juta (18,47% ). Peningkatan nilai impor terutama berasal dari China USD3.958,7 juta (31,28%), Australia USD1.032,4 juta (71,66%), dan India USD937,9 juta (76,51%).
Dilihat dari peranannya terhadap total impor nonmigas Januari–April 2021, kontribusi tertinggi masih didominasi oleh China sebesar USD16.616,4 juta (31,65%), diikuti oleh Jepang USD4.365,5 juta (8,31%), dan Korea Selatan USD3.034,7 juta (5,78%).
Kontribusi yang cukup tinggi juga berasal dari kelompok negara ASEAN USD9.793,3 juta (18,65%)
dan Uni Eropa USD3.282,8 juta (6,25%).
BPS merinci, barang konsumsi yang meningkat impornya antara lain gula mentah dari India; bawang putih, anggur segar dan ponsel dari China; dan daging sapi beku dari Australia.
"Baran-barang konsumsi itu yang dibutuhkan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri," jelas Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (20/5/2021).
Suhariyanto menambahkan, Indonesia juga banyak mengimpor kedelai dari Amerika Serikat (AS). Hal tersebut tercatat dalam neraca impor Indonesia-AS yang menunjukkan penambahan USD85,5 juta yang salah satu komoditasnya adalah kedelai.
"Kemudian dari AS meningkat USD85,5 juta, komoditasnya adalah soybean (kedelai), lalu dari Hong Kong yakni komoditas emas," tambahnya.
Baca Juga
Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, BPS mencatat impor dari 13 negara utama selama Januari-April 2021 juga naik USD6.599,6 juta (18,47% ). Peningkatan nilai impor terutama berasal dari China USD3.958,7 juta (31,28%), Australia USD1.032,4 juta (71,66%), dan India USD937,9 juta (76,51%).
Dilihat dari peranannya terhadap total impor nonmigas Januari–April 2021, kontribusi tertinggi masih didominasi oleh China sebesar USD16.616,4 juta (31,65%), diikuti oleh Jepang USD4.365,5 juta (8,31%), dan Korea Selatan USD3.034,7 juta (5,78%).
Kontribusi yang cukup tinggi juga berasal dari kelompok negara ASEAN USD9.793,3 juta (18,65%)
dan Uni Eropa USD3.282,8 juta (6,25%).
(fai)