Gara-gara Intervensi China Bikin Harga Logam Global Ambruk
loading...
A
A
A
BEIJING - Harga komoditas global mengalami kejatuhan, usai China melakukan intervensi. Seperti dilansir BBC, otoritas China memperingatkan perusahaan komoditas di negara mereka untuk menekan kenaikan harga.
Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China (NDRC) mendesak perusahaan-perusahaan untuk mempertahankan "pesanan di pasar secara normal". Langkah itu diambil setelah harga logam melonjak dalam beberapa bulan terakhir karena ekonomi utama dunia mulai pulih.
Harga logam termasuk tembaga dan aluminium, dalam tiga bulan termasuk di antara mereka yang terkena dampak. Di London Metal Exchange, tembaga turun 1,6% menjadi USD9.881 per metrik ton, sementara aluminium tergelincir sebesar 1,09% ke posisi USD2.370 per metrik ton.
Menurut sebuah laporan media The Global Times, perusahaan-perusahaan besar China dalam sektor baja, besi dan aluminium termasuk di antara mereka yang "secara kolektif dipanggil" pada hari Minggu oleh otoritas negara tersebut.
Global Times juga mengutip pernyataan NDRC yang mengatakan pertemuan itu diadakan karena peningkatan harga segelintir komoditas yang terus menerus dan drastis. China awal pekan lalu sudah mengumumkan bahwa mereka akan meningkatkan langkah-langkah terkait pasokan komoditas, dengan mengatakan akan mengekang harga yang "tidak masuk akal".
Pedagang komoditas juga berhati-hati setelah Gedung Putih mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka telah memangkas kembali belanja infrastruktu dari USD2.25 triliun menjadi USD1.7 triliun.
Dengan pengurangan anggaran berada dalam rencana pembangunan jalan dan jembatan, maka bakal mempengaruhi permintaan untuk bijih besi dan tembaga.
Harga global belakangan sempat meningkat seperti yang diharapkan industri termasuk tembaga, batubara, baja dan bijih besi. Peningkatan harga komoditas tahun ini seiring kebijakan pengetatan akibat Pandemi mulai mereda pada beberapa negara.
Langkah-langkah stimulus ekonomi yang besar oleh pemerintah dan bank sentral di seluruh dunia juga telah mendorong permintaan komoditas. China, yang dikenal sebagai 'pabrik dunia', adalah pengguna bahan baku terbesar secara global.
China, yang dikenal sebagai 'pabrik dunia', adalah pengguna bahan baku terbesar secara global. Pada bulan April, ekspor negara itu secara tak terduga melonjak karena pemulihan cepat Amerika dari pandemi membantu memacu permintaan.
Produksi pabrik yang macet di India, karena negara itu tengah berjuang dengan ledakan kasus Covid-19, juga membantu barang-barang China berkeliaran di pasar global.
Ekspor China dalam mata uang dolar melonjak lebih dari 32% dari tahun sebelumnya menjadi hampir USD264 miliar. Pada bulan yang sama impor tumbuh dengan kecepatan tercepat dalam lebih dari satu dekade, naik sebesar 43% dari tahun lalu.
Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China (NDRC) mendesak perusahaan-perusahaan untuk mempertahankan "pesanan di pasar secara normal". Langkah itu diambil setelah harga logam melonjak dalam beberapa bulan terakhir karena ekonomi utama dunia mulai pulih.
Harga logam termasuk tembaga dan aluminium, dalam tiga bulan termasuk di antara mereka yang terkena dampak. Di London Metal Exchange, tembaga turun 1,6% menjadi USD9.881 per metrik ton, sementara aluminium tergelincir sebesar 1,09% ke posisi USD2.370 per metrik ton.
Menurut sebuah laporan media The Global Times, perusahaan-perusahaan besar China dalam sektor baja, besi dan aluminium termasuk di antara mereka yang "secara kolektif dipanggil" pada hari Minggu oleh otoritas negara tersebut.
Global Times juga mengutip pernyataan NDRC yang mengatakan pertemuan itu diadakan karena peningkatan harga segelintir komoditas yang terus menerus dan drastis. China awal pekan lalu sudah mengumumkan bahwa mereka akan meningkatkan langkah-langkah terkait pasokan komoditas, dengan mengatakan akan mengekang harga yang "tidak masuk akal".
Pedagang komoditas juga berhati-hati setelah Gedung Putih mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka telah memangkas kembali belanja infrastruktu dari USD2.25 triliun menjadi USD1.7 triliun.
Dengan pengurangan anggaran berada dalam rencana pembangunan jalan dan jembatan, maka bakal mempengaruhi permintaan untuk bijih besi dan tembaga.
Harga global belakangan sempat meningkat seperti yang diharapkan industri termasuk tembaga, batubara, baja dan bijih besi. Peningkatan harga komoditas tahun ini seiring kebijakan pengetatan akibat Pandemi mulai mereda pada beberapa negara.
Langkah-langkah stimulus ekonomi yang besar oleh pemerintah dan bank sentral di seluruh dunia juga telah mendorong permintaan komoditas. China, yang dikenal sebagai 'pabrik dunia', adalah pengguna bahan baku terbesar secara global.
China, yang dikenal sebagai 'pabrik dunia', adalah pengguna bahan baku terbesar secara global. Pada bulan April, ekspor negara itu secara tak terduga melonjak karena pemulihan cepat Amerika dari pandemi membantu memacu permintaan.
Produksi pabrik yang macet di India, karena negara itu tengah berjuang dengan ledakan kasus Covid-19, juga membantu barang-barang China berkeliaran di pasar global.
Ekspor China dalam mata uang dolar melonjak lebih dari 32% dari tahun sebelumnya menjadi hampir USD264 miliar. Pada bulan yang sama impor tumbuh dengan kecepatan tercepat dalam lebih dari satu dekade, naik sebesar 43% dari tahun lalu.
(akr)