Wow! Olahan Batang Pisang Jadi Camilan Asal Bojonegoro Menembus Pasar Ekspor
loading...
A
A
A
BOJONEGORO - Di tangan perempuan ulet asal Bojonegoro, batang pisang yang biasanya dibuang dan menjadi sampah organik bisa bernilai rupiah. Perempuan bernama Yuni Astuti warga Desa Tikusan, Kecamatan Kapas, ini memanfaatkan batang pisang untuk diolah menjadi sebuah camilan unik , yang merambah pasar ekspor hingga Eropa.
Yuni Astuti mengatakan, ia mengolah batang pisang menjadi camilan kripik berawal dari keisengan memanfaatkan banyaknya batang pisang yang kerap terbuang. "Idenya itu berawal dari iseng-iseng, waktu itu bikin debog atau batang pisang. Kebetulan sebelumnya saya jualan abon serundeng, jadi kami ingin inovasi membuat produk," ucap Yuni.
Proses pembuatan kripik debog batang pisang ini pun disebut Yuni, memerlukan waktu tak singkat, dengan kerumitan yang lumayan tinggi. Apalagi batang pisang yang dipilih bukan asal batang pisang, melainkan batang pisang pilihan.
"Kalau untuk kripik debognya tidak bisa dibikin asal-asalan, kita ngambil hatinya saja, kulit luarnya nggak usah, itu pun masih direndam seharian pakai air kapur sirih sama garam, menghilangkan getah dan racunnya," ungkap dia.
Usai direndam, batang pisang ini baru bisa diolah menjadi kripik dengan cara digoreng. Selanjutnya kripik debog ini dikemas dengan menarik, diberi brand bernama Mashallo dan siap diedarkan ke masyarakat.
Kripik batang pisang produksi Yuni sendiri dikemas dengan kemasan 90 gram dengan harga Rp 12 ribu. Satu kemasan kripik batang pisang ini dikemas tanpa pengawet dan bisa bertahan hingga 2-3 bulan, karena proses pengolahan yang bagus.
"Nggak pakai pengawet, hanya proses ditiriskan. Jadi bisa bertahan maksimal 2 - 3 bulan, tapi biasanya belum 2 bulan sudah habis duluan," terangnya.
Berkat kemasan dan keunikan camilannya inilah Yuni menyebutkan sempat diundang acara UMKM oleh Bupati Bojonegoro, Anna Muawanah. Bahkan Anna memasang produknya melalui akun instagram pribadinya. Hal ini menjadikan ada beberapa pembeli dari luar negeri menghubungi Yuni.
"Waktu itu ada acara bersama Ibu Bupati, kemudian dipromosikan dan dapat pembeli dari Kanada. Debog chip atau kripik debog ini Minggu kemarin kirim ke Kanada. Bikin invoice, ada faktur juga. Masih kirim dalam skala kecil sekitar 6 kilo. Semoga bisa kirim lebih banyak lagi ke depannya," tuturnya.
Kini selain Kanada, Yuni juga diundang di salah satu negara Afrika Maroko. Di sana ia diminta memenuhi undangan produk UMKM yang dianggap unik.
"Kalau untuk yang ke Maroko, saya tidak jualan, tapi dapat undangan ke sana. Sekarang permintaannya cukup banyak sampai seminggu memerlukan 10 kilogram batang pisang, dulu belum seramai ini karena efek pandemi juga. Sekarang karena kripik debog ini ada peningkatan omzet," kata dia.
Selain kripik batang pisang, Yuni juga membuat camilan tradisional ampyang kacang, abon, serundeng, hingga mindek sengon, yang berbahan dasar biji pohon sengon. Karena produk - produk uniknya inilah yang mengantarkan brand Mashallo milik Yuni, menuju pasar ekspor.
"Memang ada permintaan dari Singapura, kita bakal kirim, tapi belum banyak hanya kelas IKM (Industri Kecil Menengah), belum pakai kontainer. Doakan saja bisa tambah," beber dia.
Kini berkat inovasi produk camilannya, Yuni kembali bisa bernapas setelah sebelumnya terkena dampak adanya pandemi Covid-19, yang berimbas menurunnya omzet pendapatan dan tutupnya sejumlah outlet toko jualan camilannya.
"Diakui ada peningkatan, Alhamdulillah apalagi ini lagi booming. Penghasilan bertambah, nambah outlet juga gara - gara kripik debog. Kalau waktu lagi banyak pesanan, saya juga memanfaatkan IKM lain lagi untuk sama - sama buat kripik debog itu," jelasnya.
Ia berharap dengan inovasi - inovasi produknya bisa memberdayakan masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Dengan demikian kesejahteraan dan peningkatan ekonomi bisa didapat bersama - sama, di tengah dampak pandemi Covid-19.
Yuni Astuti mengatakan, ia mengolah batang pisang menjadi camilan kripik berawal dari keisengan memanfaatkan banyaknya batang pisang yang kerap terbuang. "Idenya itu berawal dari iseng-iseng, waktu itu bikin debog atau batang pisang. Kebetulan sebelumnya saya jualan abon serundeng, jadi kami ingin inovasi membuat produk," ucap Yuni.
Proses pembuatan kripik debog batang pisang ini pun disebut Yuni, memerlukan waktu tak singkat, dengan kerumitan yang lumayan tinggi. Apalagi batang pisang yang dipilih bukan asal batang pisang, melainkan batang pisang pilihan.
"Kalau untuk kripik debognya tidak bisa dibikin asal-asalan, kita ngambil hatinya saja, kulit luarnya nggak usah, itu pun masih direndam seharian pakai air kapur sirih sama garam, menghilangkan getah dan racunnya," ungkap dia.
Usai direndam, batang pisang ini baru bisa diolah menjadi kripik dengan cara digoreng. Selanjutnya kripik debog ini dikemas dengan menarik, diberi brand bernama Mashallo dan siap diedarkan ke masyarakat.
Kripik batang pisang produksi Yuni sendiri dikemas dengan kemasan 90 gram dengan harga Rp 12 ribu. Satu kemasan kripik batang pisang ini dikemas tanpa pengawet dan bisa bertahan hingga 2-3 bulan, karena proses pengolahan yang bagus.
"Nggak pakai pengawet, hanya proses ditiriskan. Jadi bisa bertahan maksimal 2 - 3 bulan, tapi biasanya belum 2 bulan sudah habis duluan," terangnya.
Berkat kemasan dan keunikan camilannya inilah Yuni menyebutkan sempat diundang acara UMKM oleh Bupati Bojonegoro, Anna Muawanah. Bahkan Anna memasang produknya melalui akun instagram pribadinya. Hal ini menjadikan ada beberapa pembeli dari luar negeri menghubungi Yuni.
"Waktu itu ada acara bersama Ibu Bupati, kemudian dipromosikan dan dapat pembeli dari Kanada. Debog chip atau kripik debog ini Minggu kemarin kirim ke Kanada. Bikin invoice, ada faktur juga. Masih kirim dalam skala kecil sekitar 6 kilo. Semoga bisa kirim lebih banyak lagi ke depannya," tuturnya.
Kini selain Kanada, Yuni juga diundang di salah satu negara Afrika Maroko. Di sana ia diminta memenuhi undangan produk UMKM yang dianggap unik.
"Kalau untuk yang ke Maroko, saya tidak jualan, tapi dapat undangan ke sana. Sekarang permintaannya cukup banyak sampai seminggu memerlukan 10 kilogram batang pisang, dulu belum seramai ini karena efek pandemi juga. Sekarang karena kripik debog ini ada peningkatan omzet," kata dia.
Selain kripik batang pisang, Yuni juga membuat camilan tradisional ampyang kacang, abon, serundeng, hingga mindek sengon, yang berbahan dasar biji pohon sengon. Karena produk - produk uniknya inilah yang mengantarkan brand Mashallo milik Yuni, menuju pasar ekspor.
"Memang ada permintaan dari Singapura, kita bakal kirim, tapi belum banyak hanya kelas IKM (Industri Kecil Menengah), belum pakai kontainer. Doakan saja bisa tambah," beber dia.
Kini berkat inovasi produk camilannya, Yuni kembali bisa bernapas setelah sebelumnya terkena dampak adanya pandemi Covid-19, yang berimbas menurunnya omzet pendapatan dan tutupnya sejumlah outlet toko jualan camilannya.
"Diakui ada peningkatan, Alhamdulillah apalagi ini lagi booming. Penghasilan bertambah, nambah outlet juga gara - gara kripik debog. Kalau waktu lagi banyak pesanan, saya juga memanfaatkan IKM lain lagi untuk sama - sama buat kripik debog itu," jelasnya.
Ia berharap dengan inovasi - inovasi produknya bisa memberdayakan masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Dengan demikian kesejahteraan dan peningkatan ekonomi bisa didapat bersama - sama, di tengah dampak pandemi Covid-19.
(akr)