Artis hingga Anak Presiden Beli Klub Liga 2, Pengamat: Bisnis Sepak Bola Indonesia Menarik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Fenomena para artis membeli klub sepak bola khususnya Liga 2 Indonesia belakangan ini ramai diperbincangkan. Sebut saja beberapa nama artis seperti Raffi Ahmad, Gading Marten, Atta Halilintar, Baim Wong hingga putra bungsu presiden Joko Widodo (Jokowi) Kaesang Pangarep, ikut terjun berinvestasi di dunia persepakbolaan Tanah Air.
Sebagai contoh, Raffi Ahmad bersama pengusaha Rudy Salim mengambil alih Cilegon FC dan mengubah namanya menjadi RANS Cilegon FC. Kemudian, Gading Marten baru sah mengakuisisi Persikota Tangerang. Selain itu, Atta Halilintar belum lama ini memperkenalkan klub baru yaitu AHHA PS Pati FC.
Melihat fenomena tersebut, pengamat sepak bola Mohamad Kusnaeni menyebut bahwa bisnis di sepak bola cukup menarik. Tetapi, selama ini mengelola klub Liga 2 memang kurang menguntungkan.
Dengan adanya selebriti yang saat ini membeli klub Liga 2 dinilai akan lebih baik dalam pengelolaannya karena kemampuannya sudah teruji dalam menghasilkan uang dan mereka selama ini memakai konsep bisnis yang berbeda dengan para pengelola klub Liga 2.
"Buat saya, ini menarik. Saya penasaran ingin melihat bagaimana mereka menggunakan konsep dan pendekatan bisnis yang berbeda dalam mengelola klub profesional. Siapa tahu kita bisa belajar banyak hal baru dari Raffi cs," ujar Bung Kus, sapaan akrab Kusnaeni kepada MNC Portal Indonesia, Senin (7/6/2021).
Jika dalam situasi normal, kata dia, prospek industri sepak bola nasional sebetulnya cukup menjanjikan, terutama di kota-kota besar dengan basis penggemar cukup besar, seperti Jakarta, Bandung, atau Surabaya.
"Tapi, untuk saat ini, sebetulnya situasinya cukup berat karena pandemi Covid-19. Banyak klub mengalami tekanan yang cukup berat secara finansial," kata dia.
Dengan banyaknya pesohor yang tertarik masuk ke industri sepak bola nasional menunjukkan bahwa dengan segala permasalahannya, daya tarik sepak bola di Tanah Air masih sangat besar. Menurut dia, hadirnya para pesohor cukup positif bagi sepak bola nasional.
"Selain meningkatkan kepercayaan publik, juga membantu menggairahkan kembali industrinya yang agak tertekan selama masa pandemi ini. Pihak pengelola TV jadi makin tertarik menyiarkan, produsen dan pengiklan juga jadi lebih bersemangat kembali memberi dukungan," ucapnya.
Sebagai contoh, Raffi Ahmad bersama pengusaha Rudy Salim mengambil alih Cilegon FC dan mengubah namanya menjadi RANS Cilegon FC. Kemudian, Gading Marten baru sah mengakuisisi Persikota Tangerang. Selain itu, Atta Halilintar belum lama ini memperkenalkan klub baru yaitu AHHA PS Pati FC.
Melihat fenomena tersebut, pengamat sepak bola Mohamad Kusnaeni menyebut bahwa bisnis di sepak bola cukup menarik. Tetapi, selama ini mengelola klub Liga 2 memang kurang menguntungkan.
Dengan adanya selebriti yang saat ini membeli klub Liga 2 dinilai akan lebih baik dalam pengelolaannya karena kemampuannya sudah teruji dalam menghasilkan uang dan mereka selama ini memakai konsep bisnis yang berbeda dengan para pengelola klub Liga 2.
"Buat saya, ini menarik. Saya penasaran ingin melihat bagaimana mereka menggunakan konsep dan pendekatan bisnis yang berbeda dalam mengelola klub profesional. Siapa tahu kita bisa belajar banyak hal baru dari Raffi cs," ujar Bung Kus, sapaan akrab Kusnaeni kepada MNC Portal Indonesia, Senin (7/6/2021).
Jika dalam situasi normal, kata dia, prospek industri sepak bola nasional sebetulnya cukup menjanjikan, terutama di kota-kota besar dengan basis penggemar cukup besar, seperti Jakarta, Bandung, atau Surabaya.
"Tapi, untuk saat ini, sebetulnya situasinya cukup berat karena pandemi Covid-19. Banyak klub mengalami tekanan yang cukup berat secara finansial," kata dia.
Dengan banyaknya pesohor yang tertarik masuk ke industri sepak bola nasional menunjukkan bahwa dengan segala permasalahannya, daya tarik sepak bola di Tanah Air masih sangat besar. Menurut dia, hadirnya para pesohor cukup positif bagi sepak bola nasional.
"Selain meningkatkan kepercayaan publik, juga membantu menggairahkan kembali industrinya yang agak tertekan selama masa pandemi ini. Pihak pengelola TV jadi makin tertarik menyiarkan, produsen dan pengiklan juga jadi lebih bersemangat kembali memberi dukungan," ucapnya.