Cerita Besar Bitcoin Tahun Ini, Apakah Mencemari Planet?
loading...
A
A
A
BEIJING - CEO Tesla Elon Musk sempat mengklaim bahwa penambang bitcoin mempunyai pengaruh buruk bagi lingkungan . Tapi ini bukan kritik baru yang dilayangkan kepada mata uang kripto paling terkenal di dunia itu.
Selama bertahun-tahun, ada pandangan skeptis yang mengklaim token digital paling populer di dunia tersebut dampaknya mencemari planet ini. Sementara bagi pendukung mata uang kripto justru memuji bitcoin dan perannya dalam mempercepat kebangkitan energi terbarukan.
Apakah eksodus penambang bitcoin dari China, bakal kembali memicu perdebatan seputar jejak karbon token. Narasi yang dominan sampai saat ini, yakni kebanyakan penambang bitcoin di dunia memilih China sebagai rumahnya.
"Dari perspektif narasi, itu jelas merupakan peningkatan. Tetapi China juga memiliki sumber daya hidro paling melimpah di dunia," jelas Castle Island Ventures founding partner, Nic Carter.
Negeri Tirai Bambu -julukan China- menawarkan vektor energi yang beragam mulai dari angin, matahari, dan terutama PLTA di selatan. Jaringan Xinjiang misalnya, 35% didukung oleh angin dan input dari energi matahari.
Jika semua penambang Bitcoin akhirnya meninggalkan China, itu berarti bakal membuat lebih sedikit penambangan bertenaga bahan bakar fosil. Tetapi hal itu juga berarti bahwa pangsa jaringan pertambangan bertenaga energi terbarukan akan turun.
Inilah sebabnya mengapa pertanyaan mampukah penambang migran ini akhirnya bisa membuktikan pentingnya bagi masa depan bitcoin. "Ini adalah cerita terbesar tahun ini untuk bitcoin," kata Carter.
De La Torre selaku vice president of Hong Kong-headquartered mining pool, Poolin mengatakan mereka ingin memperluas operasi menggunakan energi hijau, tren yang sudah bertahun-tahun dilakukan. Dia mengatakan bahwa pembangkit listrik tenaga air umumnya lebih murah daripada bahan bakar fosil di sebagian besar dunia.
"Pertambangan sensitif dengan harga, sehingga biasanya mereka mencari daya dengan biaya terendah dan daya biaya terendah cenderung dari energu terbarukan karena jika Anda membakar bahan bakar fosil ... memiliki biaya ekstraksi, penyempurnaan, dan transportasi," jelas CEO Blockstream Adam Back.
Setiap tahun, bank investasi Lazard merilis rincian biaya energi berdasarkan sumbernya. Pada laporan di tahun 2020 menunjukkan bahwa banyak sumber energi terbarukan yang lebih murah daripada sumber energi konvensional seperti batu bara dan gas. Dan biaya energi terbarukan terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Akan tetapi ada keterbatasan untuk menjalankan tambang kripto murni dengan energi terbarukan. Meskipun matahari dan angin sekarang menjadi sumber energi paling murah di dunia, kedua sumber itu masih menghadapi keterbatasan untuk bisa memasok listrik dalam skala besar.
Sehingga ada kekhawatiran atas kelangsungan hidup penambang yang beralih secara eksklusif ke angin atau energi matahari.
Lihat Juga: Wanita Ini Tak Sengaja Buang Harta Karun Bitcoin Rp11,4 Triliun Milik Mantan Pacarnya ke Tempat Sampah
Selama bertahun-tahun, ada pandangan skeptis yang mengklaim token digital paling populer di dunia tersebut dampaknya mencemari planet ini. Sementara bagi pendukung mata uang kripto justru memuji bitcoin dan perannya dalam mempercepat kebangkitan energi terbarukan.
Apakah eksodus penambang bitcoin dari China, bakal kembali memicu perdebatan seputar jejak karbon token. Narasi yang dominan sampai saat ini, yakni kebanyakan penambang bitcoin di dunia memilih China sebagai rumahnya.
"Dari perspektif narasi, itu jelas merupakan peningkatan. Tetapi China juga memiliki sumber daya hidro paling melimpah di dunia," jelas Castle Island Ventures founding partner, Nic Carter.
Negeri Tirai Bambu -julukan China- menawarkan vektor energi yang beragam mulai dari angin, matahari, dan terutama PLTA di selatan. Jaringan Xinjiang misalnya, 35% didukung oleh angin dan input dari energi matahari.
Jika semua penambang Bitcoin akhirnya meninggalkan China, itu berarti bakal membuat lebih sedikit penambangan bertenaga bahan bakar fosil. Tetapi hal itu juga berarti bahwa pangsa jaringan pertambangan bertenaga energi terbarukan akan turun.
Inilah sebabnya mengapa pertanyaan mampukah penambang migran ini akhirnya bisa membuktikan pentingnya bagi masa depan bitcoin. "Ini adalah cerita terbesar tahun ini untuk bitcoin," kata Carter.
De La Torre selaku vice president of Hong Kong-headquartered mining pool, Poolin mengatakan mereka ingin memperluas operasi menggunakan energi hijau, tren yang sudah bertahun-tahun dilakukan. Dia mengatakan bahwa pembangkit listrik tenaga air umumnya lebih murah daripada bahan bakar fosil di sebagian besar dunia.
"Pertambangan sensitif dengan harga, sehingga biasanya mereka mencari daya dengan biaya terendah dan daya biaya terendah cenderung dari energu terbarukan karena jika Anda membakar bahan bakar fosil ... memiliki biaya ekstraksi, penyempurnaan, dan transportasi," jelas CEO Blockstream Adam Back.
Setiap tahun, bank investasi Lazard merilis rincian biaya energi berdasarkan sumbernya. Pada laporan di tahun 2020 menunjukkan bahwa banyak sumber energi terbarukan yang lebih murah daripada sumber energi konvensional seperti batu bara dan gas. Dan biaya energi terbarukan terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Akan tetapi ada keterbatasan untuk menjalankan tambang kripto murni dengan energi terbarukan. Meskipun matahari dan angin sekarang menjadi sumber energi paling murah di dunia, kedua sumber itu masih menghadapi keterbatasan untuk bisa memasok listrik dalam skala besar.
Sehingga ada kekhawatiran atas kelangsungan hidup penambang yang beralih secara eksklusif ke angin atau energi matahari.
Lihat Juga: Wanita Ini Tak Sengaja Buang Harta Karun Bitcoin Rp11,4 Triliun Milik Mantan Pacarnya ke Tempat Sampah
(akr)