RI Pengen Tiru Singapura Damai dengan Covid? Hih Serem.. Ini Risikonya!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Singapura baru-baru ini mengumumkan bahwa negaranya akan berdamai dengan Covid-19 . Bahkan, Singapura akan bersikap seolah-olah Covid-19 adalah flu biasa dan akan hidup berdampingan.
Pertanyaannya, apakah Indonesia bisa berdamai dengan Covid-19 layaknya Singapura? Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan bahwa sepertinya dalam konteks Indonesia terlalu berisiko.
"Tingkat vaksinasi di Singapura sudah mencapai 52,1% dari total penduduk yang divaksin satu dosis, dan 36,1% yang divaksin lengkap dua dosis," ucap Bhima kepada MNC Portal Indonesia di Jakarta, Selasa (29/6/2021).
Sementara itu, jika dibandingkan, Indonesia baru 4,8% dari total penduduk yang divaksin lengkap. Dia mengatakan, kalau Indonesia terburu-buru berdamai, hasilnya justru bencana bagi ekonomi. "Dulu kan sudah pernah pemerintah serukan new normal, alhasil kasus Covid-19 meledak lagi," ungkap Bhima.
Jadi sekarang, dalam konteks Indonesia, dia menyarankan bahwa yang diperlukan justru pengetatan mobilitas lagi. "Harus ada langkah serius menekan penularan, karena masih lama menunggu rate vaksinasi yang lengkap seperti di Singapura," pungkas Bhima.
Pertanyaannya, apakah Indonesia bisa berdamai dengan Covid-19 layaknya Singapura? Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan bahwa sepertinya dalam konteks Indonesia terlalu berisiko.
"Tingkat vaksinasi di Singapura sudah mencapai 52,1% dari total penduduk yang divaksin satu dosis, dan 36,1% yang divaksin lengkap dua dosis," ucap Bhima kepada MNC Portal Indonesia di Jakarta, Selasa (29/6/2021).
Sementara itu, jika dibandingkan, Indonesia baru 4,8% dari total penduduk yang divaksin lengkap. Dia mengatakan, kalau Indonesia terburu-buru berdamai, hasilnya justru bencana bagi ekonomi. "Dulu kan sudah pernah pemerintah serukan new normal, alhasil kasus Covid-19 meledak lagi," ungkap Bhima.
Jadi sekarang, dalam konteks Indonesia, dia menyarankan bahwa yang diperlukan justru pengetatan mobilitas lagi. "Harus ada langkah serius menekan penularan, karena masih lama menunggu rate vaksinasi yang lengkap seperti di Singapura," pungkas Bhima.
(nng)