Potensi Besar Transformasi Digital untuk Mendukung Perekonomian

Kamis, 01 Juli 2021 - 08:00 WIB
loading...
Potensi Besar Transformasi Digital untuk Mendukung Perekonomian
Ekosistem digital yang terintegrasi akan membantu aktivitas perekonomian lebih berkembang. FOTO/WIN CAHYONO
A A A
JAKARTA - Pengembangan ekosistem ekonomi digital di Tanah Air terus dipacu untuk membantu perekonomian nasional. Model ekosistem yang terintegrasi sangat diperlukan karena ke depan transformasi digital bakal menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Saat ini, perlahan masyarakat mulai melakukan berbagai aktivitas keseharian menggunakan layanan digital. Pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat harus bisa beradaptasi dengan situasi ini. Kalangan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pun tak lepas dari tren digitalisasi. Sehingga pemerintah terus mendorong tumbuhnya ekosistem digital mulai dari sistem pembayaran, perbankan dan layanan lainnya.

Demikian rangkuman rangkaian kegiatan webinar dengan tema besar 'Value of Trust' memperingati HUT Ke-16 KORAN SINDO, yang digelar secara virtual, Rabu (30/6/2021). Hadir pada sesi I webinar bertema “Bank Digital: Solusi Kemudahan Bertransaksi di Tengah Pandemi”, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso sebagai keynote speaker dan Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo yang memberikan opening speech.



Adapun nara sumber yang memberikan paparan adalah Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI/BRIS) Hery Gunardi, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Haru Koesmahargyo, Direktur Utama PT MNC Investama Tbk (BHIT) Darma Putra, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira.

Pada webinar sesi II hadir Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebagai keynote speaker, dengan nara sumber Chairman of The Sea Group Indonesia Pandu Patria Sjahrir, Direktur Hubungan Kelembagaan BNI Sis Apik Wijayanto, Direktur Bisnis Kecil dan Menengah Bank BRI Amam Sukriyanto, Senior EVP Micro & Consumer Finance Bank Mandiri Josephus K Triprakoso.

Airlangga Hartarto mengungkapkan, pemerintah akan terus melakukan berbagai upaya untuk menjaga tren positif dan memacu peningkatan ekspor UMKM. Salah satu yang akan dilakukan dengan mendorong penciptaan eksportir baru dari kalangan pelaku usaha UMKM.

Dia menjelaskan, berbagai strategi yang dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan ekspor nasional di antaranya, menjaga pasar dan produk utama yaitu di 10 negara tujuan utama sebesar 70% dari total ekspor pada tahun lalu.

"Seperti misalnya lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, besi dan baja, mesin dan perlengkapan elektrik, serta pakaian dan aksesoris," ujar Airlangga.



Di samping itu, ujar Airlangga, pemerintah akan memfokuskan kepada agar UMKM atau industri kecil menengah (IKM) berorientasi ekspor melalui peningkatan kapasitas UMKM dan Industri Kecil dan Menengah (IKM). Pemerintah ingin agar ekspor yang sudah terealisasi agar naik kelas dan mampu meningkatkan nilai ekspornya serta pembinaan wirausahawan ekspor baru dari kalangan UMKM/IKM.

"Jumlah UMKM/IKM yang ekspor pada 2020 tercatat sebanyak 13.000-an eksportir, namun kontribusi nilai ekspor UKM baru sebesar 11% dari total nilai ekspor 2020," katanya.

Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengatakan, harapan UMKM agar dapat merajai pasar internasional cukup relevan dengan situasi yang ada saat ini jika dilihat dari kontribusi yang diberikan terhadap negara.

"Kalau saya lihat dari data BPS (Badan Pusat Statistik), UMKM ini dahsyat sebetulnya. Ada 64 juta UMKM di Indonesia yang mewakili 99,1% dari total dunia usaha di Indonesia dan menyerap tenaga kerja 97% dari total tenaga kerja 119 juta menurut data tahun 2020," ujar Hary.



Pada webinar tersebut, juga dipaparkan bangkitnya teknologi digital yang diadopsi oleh berbagai sektor usaha di Tanah Air. Sektor perbankan termasuk salah satu yang paling gencar di samping e-commerce, di mana banyak industri keuangan berlomba-lomba membuat layanan digital di masa pandemi ini.

Melihat perkembangan tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun terus mendorong agar terbentuk ekosistem dan pengembangan ekonomi digital yang terintegrasi. OJK memperkirakan, dalam lima ke depan, potensi ekonomi digital Indonesia bisa mencapai USD124 miliar.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan ekonomi digital Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk berkembang. Indonesia memiliki penduduk yang berjumlah sekitar 272 juta juta. Dari jumlah tersebut, 137 juta orang merupakan angkatan kerja. pengguna internet di Indonesia mencapai 176 juta orang dan 129 juta orang bertransaksi di lokapasar (e-commerce). Total transaksi pada tahun lalu mencapai Rp266 triliun.

Transformasi digital akan menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional di tengah terbatasnya gerak masyarakat di tengah pandemi Covid-19.

“Kita harus mempunyai strategi bagaimana mengoptimalkan potensi ekonomi digital dengan cepat. kalau tidak cepat, maka daya saing kita tergerus karena pemain global akan lebih cepat dengan apa yang kita lakukan. Indonesia (nantinya) akan menjadi penonton dan pasar dari para pelaku dari luar negeri,” ujarnya dalam webinar sesi I dalam rangka HUT ke-16 Koran Sindo bertema “Bank Digital: Solusi Kemudahan Bertransaksi di Tengah Pandemi”, Rabu (30/6).

Perkembangan industri digital Indonesia sebenarnya tidak kalah jauh. Dalam beberapa tahun terakhir, ada banyak perusahaan rintisan berbasis digital yang lahir. Sekarang ada sekitar 2.100 perusahaan rintisan di berbagai bidang, seperti kesehatan, pendidikan, pertanian, dan ride hailing. Bahkan, sudah ada empat yang berstatus unicorn dan satu decacorn.

Baca juga: Airlangga Hartarto: Lanjutkan Surplus Perdagangan, Dorong UMKM Jadi Eksportir

Namun, kata dia, masih ada beberapa tantangan besar yang harus diselesaikan agar digitalisasi ini bisa dinikmati seluruh masyarakat Indonesia. Pertama, meningkatkan jangkauan konektivitas internet. Kedua, meningkatkan literasi digital, terutama masyarakat di pedesaan yang belum bisa mengakses layanan jasa keuangan. Ketiga, harus waspada terhadap meningkatnya kejahatan siber.

Keempat, Indonesia masih kekurangan talenta digital. Wimboh mengungkapkan OJK terus mendorong terbentuknya ekosistem digital yang terintegrasi. Lingkup ekosistem ini, antara lain, produk dan layanan, bisnis, platform, dan infrastruktur digital. Ini untuk mengembangkan ekosistem digital yang berbasis usaha, mikro, kecil, dan menengah(UMKM).

Terkait perkembangan digital di Industri keuangan, Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengatakan bahwa digital banking telah mendobrak dunia keuangan. Sebab, kini orang tidak perlu lagi ke kantor untuk membuka rekening. Sekarang, kata dia, hal tersebut bisa dilakukan melalui aplikasi. Bahkan, penyaluran kredit sudah lewat aplikasi.

“Ini seperti di setiap rumah ada kantor cabang, sepanjang mereka memiliki sambungan internet. Nanti kita dengarkan bagaimana digital banking ini menjadi satu hal yang mengubah tatanan dunia perbankan dan keuangan pada umumnya,” katanya.

Di MNC Group sendiri, melalui salah satu unit bisnisnya yakni MNC Bank, MNC mengembangkan MotionBanking yang merupakan aplikasi digital perbankansebagai solusi perbankan digital di Indonesia.

“Aplikasi MotionBanking ringan dan mudah digunakan. User interface-nya lebih friendly, produk dan fiturnya lengkap, reward-nya menarik, dan juga disertai open banking API," tutur Direktur Utama PT MNC Investama Tbk Darma Putra.

Dorong Pinjaman Modal
Chairman of Sea Group Indonesia Pandu Patria Sjahrir berpendapat, penggunaan digital seperti e-commerce untuk UMKM merupakan langkah tepat. Sampai saat ini penjualan dari para pelaku usaha lokal mendominasi 97% penjualan di e-commerce.

"Yang paling penting dari sisi kita adalah mengedukasi UMKM untuk kemungkinan dari hulu ke hilir. Namun, yang paling penting adalah edukasi agar UMKM kita ini siap ekspor sesuai dengan keinginan pemerintah bahwa kita bisa membantu UMKM kita menjadi go ekspor," jelasnya.

Dia pun menambahkan bahwa saat ini sudah banyak UMKM yang masuk ke ranah digital, tetapi yang paling penting adalah bagaimana para pelaku ini mendapatkan pinjaman dana untuk mengembangkan bisnisnya.

"Saat ini, semenjak ada gerakan 'Bangga Buatan Indonesia' sudah hampir 10 juta UMKM yang masuk online di semua platform yang ada. Tugas kita ke depan adalah bagaimana melakukan pinjaman modal untuk para pelaku UMKM ini," tambahnya.

Sementara itu, pengamat ekonomi dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan, pandemi telah mendorong porsi konsumsi melalui e-commerce naik cukup signifikan. Demikian pula dengan penggunaan aplikasi digital banking di mana perlahan sudah mulai dilakukan oleh kalangan senior, dan bukan hanya anak-anak muda.

“Satu yang perlu ditingkatkan adalah masalah literasi digital baik oleh masyarakat dan maupun oleh para penyedia layanannya,” ujar Bhima.

Dia menambahkan, momentum lahirnya bank digital di Indonesia patut diapresiasi. Apalagi, penggunaan mobile payment di Indonesia masih rendah, yakni 29,2% dibanding rata-rata dunia yakni 30,9%. Indonesia pun masih kalah dibandingkan Thailand, Filipina, dan Vietnam.

"Penggunaan banking apps di Indonesia hanya mencapai 39,2% dari total user internet, sedihnya ini kalah dari pengguna aplikasi game dan entertainment. Ini potensi besar pengembangan digital banking di Indonesia, momentum penting untuk diambil karena pasarnya belum tergarap optimal," ujar Bhima

Tetapi, kata dia, perbandingan belanja e-commerce terhadap PDB per kapita di Indonesia sebesar 5,3%, menduduki peringkat ke-3 di dunia setelah China dan Korea Selatan. Kebutuhan masyarakat akan e-commerce yang juga didorong oleh pembatasan aktivitas sosial, perlu di-backup dengan transaksi digital yang lebih cepat, efisien, dan fee-nya lebih murah.
(ynt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1670 seconds (0.1#10.140)