Didorong Naiknya Permintaan China, Harga Minyak Mentah Meninggi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak mentah dunia masih mempertahankan kenaikannya. Saat ini harganya diperdagangkan di atas zona Rp1.060.000/barel.
Dalam laporan harian harga minyak mentah dan emas oleh Research & Development Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX), kenaikan harga minyak yang terjaga tersebut disebabkan oleh laporan EIA pekan lalu yang menunjukkan penurunan cadangan minyak AS, serta kembalinya permintaan minyak mentah dari beberapa wilayah Asia.
"Pekan lalu EIA melaporkan terjadi penurunan cadangan minyak mentah AS sebanyak 6,9 juta barel sehingga total cadangan minyak mentah AS menjadi sebanyak 445,5 juta barel," tulis laporan tersebut, Senin (12/7/2021).
Baca juga:TPU Jombang Nyaris Penuh, Tangsel Siapkan Lahan Pemakaman Covid-19 di Pinggir Tol Serpong-Jakarta
Bersamaan dengan itu, terdapat juga laporan kenaikan permintaan bahan bakar, dengan rata-rata pasokan bahan bakar sekitar 9,5 juta barel dan merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2019. Selain data-data tersebut, yang memberikan dorongan pada harga minyak dunia adalah laporan yang menyebutkan bahwa terjadi kenaikan permintaan dari wilayah Asia, seperti China dan India juga turut memberikan support pada harga minyak mentah.
Dengan kondisi harga minyak mentah yang berada di zona rebound, support terdekat yang perlu diperhatikan berada di areal Rp1.040.000 dan zona resistance terdekat yang berada di areal Rp1.095.000. Zona support terjauhnya berada di areal Rp1.010.000 hingga ke harga Rp970.000, sementara untuk zona resistance terjauhnya berada di areal Rp1.120.000 hingga ke harga Rp1.200.000.
Sementara untuk emas, mengawali pekan ini dengan stabil pada harga penutupan akhir pekan lalu, harga emas berada di kisaran USD1805 per ounce. Sementara itu, indeks harga konsumen MoM AS dan Penjualan Ritel MoM AS akan menjadi kunci pekan ini.
Aliran ke ETF emas global sebagian besar datar di bulan Juni, dengan sedikit aliran masuk sebesar 2,9 ton (t) (USD191 juta, +0,1% AUM). Aliran masuk ke dana Amerika serta Amerika utara diimbangi dengan arus keluar dari dana eropa. Namun dengan aliran positif secara keseluruhan, menunjukkan bahwa investor mungkin telah mengambil keuntungan dari tingkat harga yang lebih rendah untuk mendapatkan emas panjang.
Baca juga:AS Mengaku Khawatir dengan Perkembangan Situasi di Afghanistan
Di sisi lain, menjelang inflasi utama serta data penjualan ritel bulan Juni yang dirilis minggu depan membebani dolar AS pada akhir pekan kemarin dan kemungkinan akan berkelanjutan hingga pekan ini. Selain itu, pada pertemuan The Fed Rabu kemarin (7/7), anggota The Fed setuju bahwa mereka harus siap akan inflasi dan risiko lain yang akan mendominasi pasar.
Menunggu rilisnya CPI dan PPI AS pekan ini, guna menambah support akan pergerakan emas pekan ini. Hingga laporan ini dirilis, harga emas masih bergerak stabil dengan fokus zona support penting terdekat kini berada di areal USD1761 dengan resistance terdekatnya berada di areal USD1898. Sementara, resistance terjauhnya berada di sekitar areal USD1908 dan support terjauhnya di USD1737.
Dalam laporan harian harga minyak mentah dan emas oleh Research & Development Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX), kenaikan harga minyak yang terjaga tersebut disebabkan oleh laporan EIA pekan lalu yang menunjukkan penurunan cadangan minyak AS, serta kembalinya permintaan minyak mentah dari beberapa wilayah Asia.
"Pekan lalu EIA melaporkan terjadi penurunan cadangan minyak mentah AS sebanyak 6,9 juta barel sehingga total cadangan minyak mentah AS menjadi sebanyak 445,5 juta barel," tulis laporan tersebut, Senin (12/7/2021).
Baca juga:TPU Jombang Nyaris Penuh, Tangsel Siapkan Lahan Pemakaman Covid-19 di Pinggir Tol Serpong-Jakarta
Bersamaan dengan itu, terdapat juga laporan kenaikan permintaan bahan bakar, dengan rata-rata pasokan bahan bakar sekitar 9,5 juta barel dan merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2019. Selain data-data tersebut, yang memberikan dorongan pada harga minyak dunia adalah laporan yang menyebutkan bahwa terjadi kenaikan permintaan dari wilayah Asia, seperti China dan India juga turut memberikan support pada harga minyak mentah.
Dengan kondisi harga minyak mentah yang berada di zona rebound, support terdekat yang perlu diperhatikan berada di areal Rp1.040.000 dan zona resistance terdekat yang berada di areal Rp1.095.000. Zona support terjauhnya berada di areal Rp1.010.000 hingga ke harga Rp970.000, sementara untuk zona resistance terjauhnya berada di areal Rp1.120.000 hingga ke harga Rp1.200.000.
Sementara untuk emas, mengawali pekan ini dengan stabil pada harga penutupan akhir pekan lalu, harga emas berada di kisaran USD1805 per ounce. Sementara itu, indeks harga konsumen MoM AS dan Penjualan Ritel MoM AS akan menjadi kunci pekan ini.
Aliran ke ETF emas global sebagian besar datar di bulan Juni, dengan sedikit aliran masuk sebesar 2,9 ton (t) (USD191 juta, +0,1% AUM). Aliran masuk ke dana Amerika serta Amerika utara diimbangi dengan arus keluar dari dana eropa. Namun dengan aliran positif secara keseluruhan, menunjukkan bahwa investor mungkin telah mengambil keuntungan dari tingkat harga yang lebih rendah untuk mendapatkan emas panjang.
Baca juga:AS Mengaku Khawatir dengan Perkembangan Situasi di Afghanistan
Di sisi lain, menjelang inflasi utama serta data penjualan ritel bulan Juni yang dirilis minggu depan membebani dolar AS pada akhir pekan kemarin dan kemungkinan akan berkelanjutan hingga pekan ini. Selain itu, pada pertemuan The Fed Rabu kemarin (7/7), anggota The Fed setuju bahwa mereka harus siap akan inflasi dan risiko lain yang akan mendominasi pasar.
Menunggu rilisnya CPI dan PPI AS pekan ini, guna menambah support akan pergerakan emas pekan ini. Hingga laporan ini dirilis, harga emas masih bergerak stabil dengan fokus zona support penting terdekat kini berada di areal USD1761 dengan resistance terdekatnya berada di areal USD1898. Sementara, resistance terjauhnya berada di sekitar areal USD1908 dan support terjauhnya di USD1737.
(uka)