Industri Asuransi Dukung Pencapaian Target Produksi Minyak 1 Juta Bph di 2030
loading...
A
A
A
JAKARTA - Industri asuransi nasional diakui berperan penting dalam mendukung pencapaian target produksi migas 1 juta bph dan 12 BSCFD pada 2030, yakni dengan meminimalisir risiko yang ditanggung kontraktor kontrak kerja sama (KKKS).
"Kami dari konsorsium asuransi siap meng-cover jika terjadi risiko sehingga program tersebut bisa berjalan dengan baik. Bila terjadi hal-hal kerugian, dapat kita atasi dengan konsorsium ini," ujar Direktur Bisnis Strategis PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) Syah Amandaris dalam webinar bertema "Peran Asuransi dalam Menunjang Kegiatan Hulu Migas" di Jakarta, Rabu (14/7/2021).
Dia menjelaskan, konsorsium dibentuk untuk menangani klaim asuransi hulu migas, yaitu risiko aset dan risiko dalam proyek konstruksi. Konsorsium ini terdiri dari 7 perusahaan asuransi yang dipimpin oleh Jasindo. Anggotanya adalah PT Asuransi Tugu Pratama, PT Asuransi Wahana Tata, PT Asuransi Central Asia, PT Asuransi Kredit Indonesia, PT Asuransi Astra Buana dan PT Asuransi Jasaraharja Putera.
Untuk periode pertanggungan 1 Juni 2021 hingga 31 Juni 2023, konsorsium tersebut memberikan proteksi terhadap 123 blok migas yang beroperasi di Indonesia, baik di daratan (onshore) maupun lepas pantai (offshore). Nilai pertanggungannya tercatat mencapai USD523 juta. Aris menambahkan, dengan adanya target produksi minyak 1 juta bph dari SKK Migas, nilai pertanggungan diharapkan akan meningkat lagi seiring bertambahnya proyek migas di dalam negeri.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief Setiawan Handoko mengatakan bahwa dukungan industri asuransi terhadap industri hulu migas sangat berarti. Terlebih, industri hulu migas dikenal sebagai industri padat modal dan berisiko tinggi.
"Industri asuransi sebagai penanggung risiko telah banyak berperan dalam mendukung kegiatan hulu migas hingga saat ini, bahkan di era BP Migas," ujarnya.
Dikaitkan dengan target produksi minyak 1 juta bph dan gas 12 BSCFD di 2030 mendatang, sambung dia, dukungan industri asuransi akan semakin penting. "Dukungan ini tentunya dari sisi penyelesaian klaim yang ada dalam polis. Selama ini asuransi terbukti mampu menunaikan kewajibannya, hal ini tentu bisa meminimalisir kerugian KKKS," tuturnya.
Arief juga mengapresiasi konsorsium asuransi yang mampu menekan preminya serendah mungkin, khususnya di tengah situasi ekonomi saat ini. "Kami juga mengapresiasi tim di SKK Migas yang telah menegosiasikan lagi premi ini. Tentunya ini semua untuk kemajuan sektor hulu migas nasional," tandasnya.
"Kami dari konsorsium asuransi siap meng-cover jika terjadi risiko sehingga program tersebut bisa berjalan dengan baik. Bila terjadi hal-hal kerugian, dapat kita atasi dengan konsorsium ini," ujar Direktur Bisnis Strategis PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) Syah Amandaris dalam webinar bertema "Peran Asuransi dalam Menunjang Kegiatan Hulu Migas" di Jakarta, Rabu (14/7/2021).
Dia menjelaskan, konsorsium dibentuk untuk menangani klaim asuransi hulu migas, yaitu risiko aset dan risiko dalam proyek konstruksi. Konsorsium ini terdiri dari 7 perusahaan asuransi yang dipimpin oleh Jasindo. Anggotanya adalah PT Asuransi Tugu Pratama, PT Asuransi Wahana Tata, PT Asuransi Central Asia, PT Asuransi Kredit Indonesia, PT Asuransi Astra Buana dan PT Asuransi Jasaraharja Putera.
Untuk periode pertanggungan 1 Juni 2021 hingga 31 Juni 2023, konsorsium tersebut memberikan proteksi terhadap 123 blok migas yang beroperasi di Indonesia, baik di daratan (onshore) maupun lepas pantai (offshore). Nilai pertanggungannya tercatat mencapai USD523 juta. Aris menambahkan, dengan adanya target produksi minyak 1 juta bph dari SKK Migas, nilai pertanggungan diharapkan akan meningkat lagi seiring bertambahnya proyek migas di dalam negeri.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief Setiawan Handoko mengatakan bahwa dukungan industri asuransi terhadap industri hulu migas sangat berarti. Terlebih, industri hulu migas dikenal sebagai industri padat modal dan berisiko tinggi.
"Industri asuransi sebagai penanggung risiko telah banyak berperan dalam mendukung kegiatan hulu migas hingga saat ini, bahkan di era BP Migas," ujarnya.
Dikaitkan dengan target produksi minyak 1 juta bph dan gas 12 BSCFD di 2030 mendatang, sambung dia, dukungan industri asuransi akan semakin penting. "Dukungan ini tentunya dari sisi penyelesaian klaim yang ada dalam polis. Selama ini asuransi terbukti mampu menunaikan kewajibannya, hal ini tentu bisa meminimalisir kerugian KKKS," tuturnya.
Arief juga mengapresiasi konsorsium asuransi yang mampu menekan preminya serendah mungkin, khususnya di tengah situasi ekonomi saat ini. "Kami juga mengapresiasi tim di SKK Migas yang telah menegosiasikan lagi premi ini. Tentunya ini semua untuk kemajuan sektor hulu migas nasional," tandasnya.
(fai)