Skenario Terburuk, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2021 Diproyeksi Hanya Bisa 3,8%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal memproyeksikan, dalam skenario terburuk pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021 hanya bisa tumbuh 3,8%. Ini tidak jauh berbeda dengan proyeksi Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund ( IMF ) yang sebesar 3,9%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,3%.
"Di awal tahun, kami membuat tiga skenario. Pertama, optimis di angka 5,6%. Kedua, skenario moderat di angka 4,6%, dan skenario buruk di angka 3,8%. Melihat proyeksi IMF yang sebesar 3,9%, saya kira ini sejalan dengan proyeksi yang kami lakukan," ujarnya dalam diskusi Polemik MNC Trijaya, Sabtu (31/7).
Menurut dia, penurunan proyeksi ini seiring dengan penyebaran Covid-19 varian delta yang meningkat sehingga membuat pemerintah melakukan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat.
"Kami sudah mengidentifikasi dan mengumpulkan data ketika varian delta ini masuk ke Indonesia dan ini sepertinya searah dengan skenario tersebut. Artinya, ramalan ke arah sana sudah terlihat tinggal bagaimana pemerintah mengantisipasinya," ungkapnya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey mengatakan, penurunan proyeksi pertumbuhan ini sejalan dengan penurunan konsumsi rumah tangga di sektor ritel. Penurunan ini terlihat dari Indeks Penjualan Riil (IPR) dalam dua bulan terakhir.
"Bulan April masih 17,3% mom, kemudian Mei turun jadi 3,2%. Bulan Juni pasti turun lagi, apalagi Juli karena adanya pembatasan. Ini menggambarkan kinerja dari konsumsi," ungkap Roy.
Lihat Juga: 14 Juta Investor Pasar Modal Indonesia, AEI Dorong Sinergi Emiten dalam Membangun Ekonomi
"Di awal tahun, kami membuat tiga skenario. Pertama, optimis di angka 5,6%. Kedua, skenario moderat di angka 4,6%, dan skenario buruk di angka 3,8%. Melihat proyeksi IMF yang sebesar 3,9%, saya kira ini sejalan dengan proyeksi yang kami lakukan," ujarnya dalam diskusi Polemik MNC Trijaya, Sabtu (31/7).
Menurut dia, penurunan proyeksi ini seiring dengan penyebaran Covid-19 varian delta yang meningkat sehingga membuat pemerintah melakukan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat.
"Kami sudah mengidentifikasi dan mengumpulkan data ketika varian delta ini masuk ke Indonesia dan ini sepertinya searah dengan skenario tersebut. Artinya, ramalan ke arah sana sudah terlihat tinggal bagaimana pemerintah mengantisipasinya," ungkapnya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey mengatakan, penurunan proyeksi pertumbuhan ini sejalan dengan penurunan konsumsi rumah tangga di sektor ritel. Penurunan ini terlihat dari Indeks Penjualan Riil (IPR) dalam dua bulan terakhir.
"Bulan April masih 17,3% mom, kemudian Mei turun jadi 3,2%. Bulan Juni pasti turun lagi, apalagi Juli karena adanya pembatasan. Ini menggambarkan kinerja dari konsumsi," ungkap Roy.
Lihat Juga: 14 Juta Investor Pasar Modal Indonesia, AEI Dorong Sinergi Emiten dalam Membangun Ekonomi
(akr)