Mencoba Patuh Meski Pendapatan Tidak Utuh, Begini Cara Bioskop Bertahan saat Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hingga saat ini, pemerintah terus berupaya untuk mengantisipasi dan menekan dampak negatif pandemi , baik dari aspek kesehatan, ekonomi, dan sosial. Untuk membantu ekonomi dan daya beli pekerja/buruh di masa pandemi, terlebih dikarenakan, adanya penurunan aktivitas masyarakat akibat pemberlakuan PPKM, pemerintah kembali menetapkan untuk memberikan BLT Subsidi Gaji, lalu bagaimana dengan industri hiburan seperti bioskop ?
Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia , Djonny Syarifudin, sejak pemberlakuan pembatasan mobilitas masyarakat pada dua tahun belakangan, usaha Bioskop di seluruh Indonesia mengalami kerugian hingga triliunan rupiah.
"Semua pasti punya dampak, seluruh bioskop di Indonesia ditutup, kalau sudah gitu ya rugi. Dua tahun ini (kerugian) sudah triliunan," ujarnya kepada MNC Portal.
Djonny menjelaskan, bahwa satu gerai bioskop kerugiannya bisa mencapai 150 juta selama PPKM darurat ini. "Bayangin Cinema 21 saja ada 280, CVG 60, Cinepolis 60, dan sisanya independen belum lagi," tambahnya.
Penutupan bioskop secara keseluruhan membuat para pemilik bioskop kewalahan menutupi pengeluaran bulanan, seperti bayar listrik, perawatan gedung bioskop, alat penunjang, hingga membayar upah karyawan.
Hingga saat ini, Djonny mengaku dengan berat hati untuk merumahkan sementara para karyawan bioskopnya. Menurutnya tidak ada jalan lain, disamping tidak diberikannya kelonggaran dan jalan tengah pada pengusaha bioskop menjalankan bisnis usahanya.
"Gak ada yang untung, rugi semuanya, ini kita menunggu aja, peraturan-peraturan yang ada, Cuma kita menghimbau pada pemerintah, tolong dong pakai azas keadilan," sambung Djonny.
Saat ini, Djonny sangat mengaharpkan kepada pemerintah selaku pemangku kebijakan agar memberikan jalan tengah kepada pelaku usaha bioskop serta karyawannya menjalani masa pandemi ini.
"Kami juga mengharapkan adanya perhatian pemerintah, mengingat besarnya kerugian yang dialami oleh bioskop sejak bioskop mulai tutup Maret 2020 lalu, karena walaupun bioskop tutup, pemeliharaan dan perawatan perangkat harus rutin dilakukan. Demikian juga pembayaran listrik dan pembayaran gaji karyawan, walaup memang ada sebagian karyawan yang harus dirumahkan," tutur Djonny.
Menjalankan usaha bioskop ditengah situasi pandemi memang bukanlah hal mudah. Ibarat dua sisi kartu yang bertolak belakang. Tunggakan listrik dan perawatan alat musti terbayarkan, namun kemanusiaan karyawan juga penting diperhatikan.
Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia , Djonny Syarifudin, sejak pemberlakuan pembatasan mobilitas masyarakat pada dua tahun belakangan, usaha Bioskop di seluruh Indonesia mengalami kerugian hingga triliunan rupiah.
"Semua pasti punya dampak, seluruh bioskop di Indonesia ditutup, kalau sudah gitu ya rugi. Dua tahun ini (kerugian) sudah triliunan," ujarnya kepada MNC Portal.
Djonny menjelaskan, bahwa satu gerai bioskop kerugiannya bisa mencapai 150 juta selama PPKM darurat ini. "Bayangin Cinema 21 saja ada 280, CVG 60, Cinepolis 60, dan sisanya independen belum lagi," tambahnya.
Penutupan bioskop secara keseluruhan membuat para pemilik bioskop kewalahan menutupi pengeluaran bulanan, seperti bayar listrik, perawatan gedung bioskop, alat penunjang, hingga membayar upah karyawan.
Hingga saat ini, Djonny mengaku dengan berat hati untuk merumahkan sementara para karyawan bioskopnya. Menurutnya tidak ada jalan lain, disamping tidak diberikannya kelonggaran dan jalan tengah pada pengusaha bioskop menjalankan bisnis usahanya.
"Gak ada yang untung, rugi semuanya, ini kita menunggu aja, peraturan-peraturan yang ada, Cuma kita menghimbau pada pemerintah, tolong dong pakai azas keadilan," sambung Djonny.
Saat ini, Djonny sangat mengaharpkan kepada pemerintah selaku pemangku kebijakan agar memberikan jalan tengah kepada pelaku usaha bioskop serta karyawannya menjalani masa pandemi ini.
"Kami juga mengharapkan adanya perhatian pemerintah, mengingat besarnya kerugian yang dialami oleh bioskop sejak bioskop mulai tutup Maret 2020 lalu, karena walaupun bioskop tutup, pemeliharaan dan perawatan perangkat harus rutin dilakukan. Demikian juga pembayaran listrik dan pembayaran gaji karyawan, walaup memang ada sebagian karyawan yang harus dirumahkan," tutur Djonny.
Menjalankan usaha bioskop ditengah situasi pandemi memang bukanlah hal mudah. Ibarat dua sisi kartu yang bertolak belakang. Tunggakan listrik dan perawatan alat musti terbayarkan, namun kemanusiaan karyawan juga penting diperhatikan.