Kinerja Tetap Solid Saat Pandemi, Industri Kelapa Sawit Topang Perekonomian

Rabu, 04 Agustus 2021 - 22:43 WIB
loading...
Kinerja Tetap Solid Saat Pandemi, Industri Kelapa Sawit Topang Perekonomian
Ilustrasi kelapa sawit. Foto/Dok SINDOphoto/Yorri Farli
A A A
JAKARTA - Industri kelapa sawit telah menjadi salah satu motor penggerak perekonomian nasional. Baik di hulu maupun hilir, industri sawit mampu menunjukkan kinerja solid, termasuk di masa pandemi Covid-19.

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Fadhil Hasan mengatakan, ketika ekonomi Indonesia tertekan akibat pandemi, industri sawit menjadi penopang ekonomi melalui kontribusi ekspor.

"Di sektor hilir, sawit juga menggerakkan industri makanan, oleochemical, hingga biofuel untuk sektor transportasi," ujarnya dalam diskusi virtual, Rabu (4/8/2021).



Kontribusi maupun potensi besar pengembangan industri sawit di Indonesia juga diikuti dengan tantangan besar. Menurut Fadhil, isu keberlanjutan atau sustainability menjadi tantangan utama industri sawit saat ini.

"Dalam dekade terakhir, industri sawit di Indonesia telah mengalami transformasi signifikan. Dengan komitmen keberlanjutan, industri sawit akan terus berkembang," tuturnya.

RGE Indonesia Palm Business and Sustainability Director Bernard A. Riedo mengatakan, komitmen keberlanjutan dalam operasional industri sawit merupakan sebuah keharusan. Aspek keberlanjutan menjadi inti transformasi positif dalam rantai pasok industri sawit RGE Indonesia.

Melalui Asian Agri di sektor hulu dan Apical di sektor hilir, RGE Indonesia merupakan salah satu grup produsen dan eksporter terbesar kelapa sawit di Indonesia. Pasar ekspornya menjangkau lebih dari 30 negara di lima benua.



Komitmen dan praktik keberlanjutan membuat RGE Group dipercaya menjadi pemasok bahan baku oleh raksasa global seperti Unilever, Nestle, P&G, Kao, dan puluhan lainnya.

"Tantangan dalam bisnis sawit saat ini adalah harus bisa menjawab isu tentang keberlanjutan, tidak saja untuk memenuhi tuntutan pasar global, tapi juga menjalankan komitmen perusahaan. Kami memegang prinsip 5C, yakni Climate, Country, Community, Customer, dan Company," urainya.

Sustainability Director of Apical Group Bremen Young menambahkan, daya saing sawit yang jauh lebih tinggi dibanding minyak nabati lain membuat tuntutan terhadap aspek keberlanjutan juga begitu tinggi, baik dari pasar global, pemerintahan, maupun pemerhati lingkungan.

Apical Group menerapkan metodologi pendekatan keberlanjutan untuk memastikan transparansi dan keterlacakan (traceability) sumber pasokan minyak sawit. Pelaksanaan komitmen tersebut membuat produk Apical bisa diterima di pasar internasional dan memasok ke Eropa, Amerika, Asia, Australia, hingga Afrika.

"Kami ingin memastikan pasokan berasal dari perkebunan yang menjalankan prinsip keberlanjutan, diantaranya melalui perlindungan area konservasi, perlindungan lahan gambut, serta memberikan dampak positif pada masyarakat di sekitar wilayah operasi," jelasnya.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2175 seconds (0.1#10.140)