Wakil Ketua Banggar: Ekonomi Sudah di Jalur Pemulihan yang Tepat

Kamis, 05 Agustus 2021 - 13:54 WIB
loading...
Wakil Ketua Banggar: Ekonomi Sudah di Jalur Pemulihan yang Tepat
Capaian pertumbuhan ekonomi di kuartal II/2021 dinilai menunjukkan bahwa momentum pemulihan ekonomi telah berjalan. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II/2021 secara tahunan mencapai 7,07% (yoy). Sementara, secara kuartalan (q-to-q) pertumbuhan tercatat mencapai 3,31%.

Pencapaian ini menempatkan Indonesia keluar dari fase resesi ekonomi yang sudah berlangsung selama empat triwulan berturut-turut, dimana perekonomian Indonesia mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif (negative growth) akibat tekanan pandemi Covid-19.



Wakil Ketua Badan Anggaran DPR dan Anggota Fraksi Partai Golkar Muhidin M Said mengatakan, pulihnya kepercayaan publik terhadap perekonomian nasional tidak bisa dilepaskan dari gencarnya program vaksinasi secara nasional dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021.

"Kita perlu menjaga momentum ini, karena kondisi perekonomian nasional sudah berada pada jalur pemulihan ekonomi yang tepat," ungkapnya melalui keterangan tertulis, Kamis (5/8/2021).

Walau sempat diliputi kekhawatiran meningkatnya serangan Covid-19 pada awal tahun 2021, adanya kebijakan pelarangan mudik dan pengetatan perjalanan pasca-Lebaran 18-24 Mei 2021, tren perekonomian nasional menunjukkan arah membaik pada triwulan I/2021 sebesar -0,74%. Beberapa indikator penting seperti konsumsi, manufaktur, dan aktivitas perdagangan internasional, terus menunjukkan kinerja membaik.

Begitupula dengan Perekonomian global berangsur pulih seiring peningkatan perdagangan dan manufaktur global serta tren kenaikan harga komoditas dunia.

"Usaha yang dilakukan Pemerintah untuk menjaga momentum pemulihan dan perbaikan ekonomi ini mendapatkan hasil yang baik. Ekonomi Indonesia triwulan II/2021 dibanding triwulan II/2020 mengalami pertumbuhan sebesar 7,07%," ujarnya.

Muhidin menambahkan, pertumbuhan terjadi pada semua lapangan usaha. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah transportasi dan pergudangan sebesar 25,10% dan penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 21,58%. Sementara itu, industri pengolahan yang memiliki peran dominan juga mengalami pertumbuhan sebesar 6,58%.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi menurut pengeluaran pada triwulan II/2021 terhadap triwulan II/2020 (y-on-y) menunjukkan pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen ekspor barang dan jasa yang tumbuh sebesar 31,78%; diikuti oleh komponen belanja pemerintah dan pembentukan modal bruto atau investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 8,06% dan 7,54%. Sementara itu, komponen impor barang dan jasa tumbuh 31,22%. Sedangkan konsumsi tumbuh pada angka 5,93%.

Terus membaiknya pertumbuhan ekonomi berdasarkan lapangan usaha menurutnya menunjukkan sektor transportasi dan industri mulai menunjukkan perbaikan yang signifikan. Perekonomian sudah mulai pulih sehingga menyebabkan permintaan terhadap barang dan jasa mengalami peningkatan.
Selain itu, berdasarkan pengeluaran, kinerja ekspor dan belanja Pemerintah menjadi motor pertumbuhan, ini sejalan dengan perbaikan sektor industri dan berjalan efektifnya program perlindungan sosial bagi masyarakat, terutama untuk menjaga daya beli dan konsumsi masyarakat. Sehingga pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga menunjukkan pertumbuhan yang stabil pada angka 5,93% (yoy).

"Kita menyambut baik, membaiknya kinerja ekspor nasional, sehingga menggairahkan kembali industri nasional. Selain itu, pulihnya sektor UMKM juga menjadi salah satu pendorong mulai membaiknya perekonomian nasional," katanya.

Akan tetapi, imbuh Muhidin, Indonesia tidak boleh lengah, masih tingginya penyebaran Covid-19 serta kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dimulai pada tanggal 5 Juli hingga 9 Agustus 2021, tentu akan memberikan dampak terhadap kinerja perekonomian dan pelaksanaan APBN pada paruh triwulan III dan IV tahun 2021.

Selain itu, kata dia, Indonesia juga perlu terus mewaspadai dinamika kondisi moneter di Amerika Serikat, yaitu kebijakan tapering off dan kenaikan suku bunga acuan The Fed yang berpotensi menimbulkan dampak ikutan bagi perekonomian nasional, khususnya terhadap nilai tukar rupiah dan suku bunga SBN.

"Sampai dengan awal Agustus 202 rupiah stabil pada kisaran Rp14.300 per USD. Oleh sebab itu, Bank Indonesia perlu terus mengantisipasi kebijakan The Fed tersebut dengan cepat dan tepat untuk melindungi nilai tukar rupiah dan stabilitas moneter dalam negeri," tegasnya.



Sementara, lanjut dia, pemulihan kehidupan masyarakat akan sangat tergantung dari disiplin dan konsistensi seluruh komponen bangsa. Akselerasi pemulihan ekonomi nasional akan sangat tergantung dari keberhasilan kebijakan antisipatif penanganan pandemi Covid-19 dalam menjaga momentum pemulihan.

Langkah-langkah tersebut antara lain adalah, optimalisasi pelaksanaan vaksinasi yang lebih masif dan mencapai terget yang sudah ditentukan, implementasi kebijakan PPKM yang efektif dalam menghambat penyebaran virus, penguatan tes, lacak dan isolasi serta peningkatan kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan 5M. Selain itu, untuk mengantisipasi lonjakan pasien sedang berat, pemerintah harus memastikan ketersediaan tempat tidur di ruang perawatan (Bed occupancy rate) terpenuhi dan juga tabung oksigen.

"Semoga kita bisa keluar dari krisis ini dan kehidupan kita bisa segera pulih. Momentum pertumbuhan ekonomi nasional yang sudah baik ini perlu dijaga hingga akhir tahun 2021," pungkasnya.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0920 seconds (0.1#10.140)