Saham BCA dan BRI Jadi Tanggul IHSG Hari Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup di zona merah, terkoreksi tipis 0,1 poin di level 6.139,4 pada perdagangan Jumat (13/8/2021). Dibuka menguat pada sesi I di level 6.154, indeks sempat menguat hingga menembus level tertingginya di 6.179,8, sebelum perlahan turun dan mendarat di posisi terendahnya jelang penutupan sesi II di level 6.113,2.
Penutupan hari ini mencatatkan indeks melemah sebesar 1,06% dalam sepekan terakhir. Meski dalam perhitungan sebulan masih positif 2,68%.
Total transaksi perdagangan hari ini mencapai 19,3 miliar lembar saham dengan nilai mencapai Rp13,5 triliun.Terdapat 319 emiten yang melemah, 198 yang menguat, dan 141 yang stagnan.
Investor asing secara akumulatif melakukan pembelian bersih (net-buy) sebanyak Rp590,9 miliar di pasar reguler. Sementara di pasar negosiasi-tunai, asing melakukan profit taking sebanyak Rp146,49 miliar.
Baca juga:Menhan Inggris Khawatir Afghanistan Jadi Negara Gagal, Surga Para Teroris
Berbagai indeks di kawasan Asia juga dilaporkan kompak lesu seperti Nikkei Jepang (N225) turun (0,14%) ke 27.977, HSI Hong Kong merosot (0,48%) ke 26.391, SSEC Shanghai anjlok (0,24%) ke 3516, STI Singapura menurun (0,63%) ke 3163.
CEO PT Elkoranvidi Indonesia Investama Fendi Susiyanto mengatakan bahwa pergerakan bursa di kawasan Asia turut memicu pergerakan indeks dalam negeri.
"Tampaknya lingkungan secara regional juga dalam posisi tertekan, seperti bursa Nikkei, Hang Seng, dan sebagainya dalam posisi yang juga mengalami koreksi, sehingga menjelang akhir pekan, indeks ikut mengalami koreksi, turun tipis," kata Fendi dalam 2nd Session Closing, Jumat (12/8/2021).
Kendati demikian, Fendi memandang performa dua emiten big caps, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), menjadi 'bumper' alias penahan bagi indeks untuk tidak merosot lebih dalam.
Baca juga:10 Makanan Indonesia Warisan Belanda, Ada Kue Cubit hingga Semur
"(Kedua emiten) ini akan mengimbangi di tengah tekanan koreksi. Kedua saham ini justru yang membatasai penurunan indeks lebih dalam, sehingga indeks hanya turun kecil sekali, di bawah 0,3 persenan," terangnya.
Seperti diketahui, menilik data RTI (13/8), baik BBCA maupun BBRI menjadi buruan investor asing sepanjang perdagangan. Emiten BBCA mencapai Rp232,1 miliar, sedangkan BBRI senilai Rp127,6 miliar.
Bagaimana prospek indeks ke depan? Fendi melihat bahwa secara struktur, terdapat peluang bagi investor untuk mengambil posisi baik untuk jangka pendek ataupun panjang.
"Dilihat dari strukturnya tampaknya investor masih dalam posisi yang cukup baik untuk mengkoleksi atau akumulasi," terangnya.
Penutupan hari ini mencatatkan indeks melemah sebesar 1,06% dalam sepekan terakhir. Meski dalam perhitungan sebulan masih positif 2,68%.
Total transaksi perdagangan hari ini mencapai 19,3 miliar lembar saham dengan nilai mencapai Rp13,5 triliun.Terdapat 319 emiten yang melemah, 198 yang menguat, dan 141 yang stagnan.
Investor asing secara akumulatif melakukan pembelian bersih (net-buy) sebanyak Rp590,9 miliar di pasar reguler. Sementara di pasar negosiasi-tunai, asing melakukan profit taking sebanyak Rp146,49 miliar.
Baca juga:Menhan Inggris Khawatir Afghanistan Jadi Negara Gagal, Surga Para Teroris
Berbagai indeks di kawasan Asia juga dilaporkan kompak lesu seperti Nikkei Jepang (N225) turun (0,14%) ke 27.977, HSI Hong Kong merosot (0,48%) ke 26.391, SSEC Shanghai anjlok (0,24%) ke 3516, STI Singapura menurun (0,63%) ke 3163.
CEO PT Elkoranvidi Indonesia Investama Fendi Susiyanto mengatakan bahwa pergerakan bursa di kawasan Asia turut memicu pergerakan indeks dalam negeri.
"Tampaknya lingkungan secara regional juga dalam posisi tertekan, seperti bursa Nikkei, Hang Seng, dan sebagainya dalam posisi yang juga mengalami koreksi, sehingga menjelang akhir pekan, indeks ikut mengalami koreksi, turun tipis," kata Fendi dalam 2nd Session Closing, Jumat (12/8/2021).
Kendati demikian, Fendi memandang performa dua emiten big caps, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), menjadi 'bumper' alias penahan bagi indeks untuk tidak merosot lebih dalam.
Baca juga:10 Makanan Indonesia Warisan Belanda, Ada Kue Cubit hingga Semur
"(Kedua emiten) ini akan mengimbangi di tengah tekanan koreksi. Kedua saham ini justru yang membatasai penurunan indeks lebih dalam, sehingga indeks hanya turun kecil sekali, di bawah 0,3 persenan," terangnya.
Seperti diketahui, menilik data RTI (13/8), baik BBCA maupun BBRI menjadi buruan investor asing sepanjang perdagangan. Emiten BBCA mencapai Rp232,1 miliar, sedangkan BBRI senilai Rp127,6 miliar.
Bagaimana prospek indeks ke depan? Fendi melihat bahwa secara struktur, terdapat peluang bagi investor untuk mengambil posisi baik untuk jangka pendek ataupun panjang.
"Dilihat dari strukturnya tampaknya investor masih dalam posisi yang cukup baik untuk mengkoleksi atau akumulasi," terangnya.
(uka)