Penjualan Walmart Nanjak Meski Pandemi, CFO: Perilaku Konsumen Tidak Berubah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Raksasa ritel terbesar di dunia, Walmart menyebut bahwa perilaku konsumen masih tetap stabil alias tidak berubah meskipun ketakutan terhadap varian delta Covid-19 mulai membebani kepercayaan konsumen dan alokasi pengeluaran para pelaku usaha.
"Kami tidak melihat adanya perubahan besar dalam perilaku konsumen saat ini," kata CFO Walmart Brett Biggs, dilansir dari Yahoo Finance, Rabu (18/8/2021).
Bicara ihwal tren konsumen saat ini, Biggs memandang perilaku konsumen dalam berbelanja masih sama dan mendorong naiknya penjualan Walmart selama pandemi.
Unggul dari Amazon, Walmart menilai bahwa musim berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar mendorong konsumen mengeluarkan biaya untuk membeli perlengkapan yang tidak mereka butuhkan tahun lalu seiring dengan model pembelajaran daring atau jarak jauh.
Argumentasi ini berbanding lurus dengan nilai penjualan Walmart yang meningkat yakni naik 5,2% melebihi ekspektasi 3,12%. Apabila diukur selama 2 tahun, nilai penjualan Walmart tumbuh 14,5%. Sedangkan laba operasionalnya juga ikut menguat 10,6% dalam fase yang cepat.
Pada Juli lalu, Walmart sempat mengatakan penjualannya meningkat di semua lini bisnis seperti bahan makanan, kesehatan, dan barang umum lainnya. Sebagian besar mengalami peningkatan terutama di sektor peralatan teknologi menginigat pandemi mendorong orang untuk bekerja dari rumah.
Kinerja perusahaan yang cemerlang mendorong sahamnya ikut terseret menguat. Saham Walmart naik 1% di level USD151,44 pada akhir penutupan Selasa (17/8).
Walmart memproyeksikan laba per saham/Earning per Share (EPS) pada kuartal ketiga sebesar USD1,30-USD1,40 per saham. Sedangkan untuk setahun sebesar USD6,20-USD6,35 per saham.
"Kami tidak melihat adanya perubahan besar dalam perilaku konsumen saat ini," kata CFO Walmart Brett Biggs, dilansir dari Yahoo Finance, Rabu (18/8/2021).
Bicara ihwal tren konsumen saat ini, Biggs memandang perilaku konsumen dalam berbelanja masih sama dan mendorong naiknya penjualan Walmart selama pandemi.
Unggul dari Amazon, Walmart menilai bahwa musim berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar mendorong konsumen mengeluarkan biaya untuk membeli perlengkapan yang tidak mereka butuhkan tahun lalu seiring dengan model pembelajaran daring atau jarak jauh.
Argumentasi ini berbanding lurus dengan nilai penjualan Walmart yang meningkat yakni naik 5,2% melebihi ekspektasi 3,12%. Apabila diukur selama 2 tahun, nilai penjualan Walmart tumbuh 14,5%. Sedangkan laba operasionalnya juga ikut menguat 10,6% dalam fase yang cepat.
Pada Juli lalu, Walmart sempat mengatakan penjualannya meningkat di semua lini bisnis seperti bahan makanan, kesehatan, dan barang umum lainnya. Sebagian besar mengalami peningkatan terutama di sektor peralatan teknologi menginigat pandemi mendorong orang untuk bekerja dari rumah.
Kinerja perusahaan yang cemerlang mendorong sahamnya ikut terseret menguat. Saham Walmart naik 1% di level USD151,44 pada akhir penutupan Selasa (17/8).
Walmart memproyeksikan laba per saham/Earning per Share (EPS) pada kuartal ketiga sebesar USD1,30-USD1,40 per saham. Sedangkan untuk setahun sebesar USD6,20-USD6,35 per saham.
(ind)