Mau Jadi Pengusaha Sukses, Intip Kiat-kiat Tiga Srikandi Pelaku UMKM Ini
loading...
A
A
A
Produk berupa satu set in healer ini diciptakan untuk menstimulasi saraf olfaktori supaya dapat membantu indera berfungsi kembali. “Inovasi di tengah PPKM ini mendapat respon positif dan telah membantu banyak konsumen di tengah situasi pandemi," kata Arlin di Jakarta, Jumat (20/8/2021).
Lalu ada Lydia Angelina Rinaldi, Fokus Bidik Market Yang Potensial. Srikandi muda lainnya, Lydia Angelina Rinaldi, menyisir jejak kebangkitan yang sama dengan Arlin.
Lydia, founder La Dame In Vanilla, melakukan manuver perubahan strategi yaitu fokus pada spesifik market yang punya potensi besar di tengah situasi pandemi. Setelah melalui riset perilaku konsumen di tengah pandemi dan berbekal insight yang didapatkan saat ikuti mentoring Diplomat Entrepreneur Network, Lydia melahirkan produk baru bernama Vanilla Pound Cake Mist.
Produk vanila yang diklaim sehat dan bebas gluten yang dirancang membantu masyarakat urban yang akhir-akhir ini gemar baking saat menghabiskan di rumah saja.
“Dengan cara penggunaan yang mudah, produk ini membantu masyarakat menyalurkan hobi ‘baking’ di rumah. Tidak saja di Indonesia, produk ini pun meraih respon positif dari luar negeri.” ujarnya.
Bisnis yang merupakan cerminan akan passion-nya membuat kue dengan bahan vanilla terbaik dari Indonesia. Langkah jitu Lydia ini pun menegaskan, pentingnya pelaku bisnis untuk tidak takut bikin gebrakan dengan fokus pada inovasi produk yang lebih relevan sesuai kebutuhan masyarakat.
Anisa Azizah, ubah strategi penjualan bahan baku bangunan ke online. Apabila bisnis konstruksi banyak didominasi pria, Anisa Azizah tak ragu bermain di sektor ini. Co-founder & CEO Tech Prom Lab yang merupakan bisnis rintisan berfokus pada inovasi material bangunan, langsung cepat beradaptasi hadapi ketidakpastian pandemi.
Setelah fokus pengembangan hasil riset di lab, bersama timnya Anisa merilis produk beton berpori untuk dikomersilkan. Namun di tahun kedua bisnis berjalan, pandemi memaksa kami untuk memutar otak dalam memasarkan beton berpori pada masyarakat umum. Anisa pun mengubah channel pemasaran dari sebagian besar melalui offline ke online.
“Memang awalnya sulit. Tidak familiar menjual bahan baku bangunan melalui online. Namun dengan riset mengetahui lebih jauh siapa target marketnya, menganalisa perilaku mereka mencari sumber informasi, akhirnya kami bisa ketahui platform digital apa yang cocok menjual bahan bangunan. Bahkan terbukti penjualan terdongkrak naik melalui lead dari digital,” ungkapnya.
Lebih lanjut alumni Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung ini pun optimis, lewat gebrakan Tech Prom Lab memasarkan material konstruksi seperti beton berpori melalui online, bisnisnya menjadi pionir bahwa industri konstruksi pun bisa agile memasarkan produk lewat kanal digital.
Lalu ada Lydia Angelina Rinaldi, Fokus Bidik Market Yang Potensial. Srikandi muda lainnya, Lydia Angelina Rinaldi, menyisir jejak kebangkitan yang sama dengan Arlin.
Lydia, founder La Dame In Vanilla, melakukan manuver perubahan strategi yaitu fokus pada spesifik market yang punya potensi besar di tengah situasi pandemi. Setelah melalui riset perilaku konsumen di tengah pandemi dan berbekal insight yang didapatkan saat ikuti mentoring Diplomat Entrepreneur Network, Lydia melahirkan produk baru bernama Vanilla Pound Cake Mist.
Produk vanila yang diklaim sehat dan bebas gluten yang dirancang membantu masyarakat urban yang akhir-akhir ini gemar baking saat menghabiskan di rumah saja.
“Dengan cara penggunaan yang mudah, produk ini membantu masyarakat menyalurkan hobi ‘baking’ di rumah. Tidak saja di Indonesia, produk ini pun meraih respon positif dari luar negeri.” ujarnya.
Bisnis yang merupakan cerminan akan passion-nya membuat kue dengan bahan vanilla terbaik dari Indonesia. Langkah jitu Lydia ini pun menegaskan, pentingnya pelaku bisnis untuk tidak takut bikin gebrakan dengan fokus pada inovasi produk yang lebih relevan sesuai kebutuhan masyarakat.
Anisa Azizah, ubah strategi penjualan bahan baku bangunan ke online. Apabila bisnis konstruksi banyak didominasi pria, Anisa Azizah tak ragu bermain di sektor ini. Co-founder & CEO Tech Prom Lab yang merupakan bisnis rintisan berfokus pada inovasi material bangunan, langsung cepat beradaptasi hadapi ketidakpastian pandemi.
Setelah fokus pengembangan hasil riset di lab, bersama timnya Anisa merilis produk beton berpori untuk dikomersilkan. Namun di tahun kedua bisnis berjalan, pandemi memaksa kami untuk memutar otak dalam memasarkan beton berpori pada masyarakat umum. Anisa pun mengubah channel pemasaran dari sebagian besar melalui offline ke online.
“Memang awalnya sulit. Tidak familiar menjual bahan baku bangunan melalui online. Namun dengan riset mengetahui lebih jauh siapa target marketnya, menganalisa perilaku mereka mencari sumber informasi, akhirnya kami bisa ketahui platform digital apa yang cocok menjual bahan bangunan. Bahkan terbukti penjualan terdongkrak naik melalui lead dari digital,” ungkapnya.
Lebih lanjut alumni Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung ini pun optimis, lewat gebrakan Tech Prom Lab memasarkan material konstruksi seperti beton berpori melalui online, bisnisnya menjadi pionir bahwa industri konstruksi pun bisa agile memasarkan produk lewat kanal digital.