Laba Pertamina Berpotensi Tergerus hingga 51%
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) mengakui terus merugi akibat dampak pandemi virus corona (Covid-19) yang menurunkan permintaan minyak dan gas serta menyebabkan kondisi pasar keuangan tidak stabil. Pertamina berpotensi kehilangan laba hingga 51% atau sekitar USD1,12 miliar (sekitar Rp17,4 triliun, dengan kurs Rp15.500/USD) dari rencana kerja dan anggaran (RKAP) 2020.
Berdasarkan RKAP Pertamina, target laba tahun ini dipatok sebesar USD2,2 miliar atau sekitar Rp34,2 triliun dan pendapatan mencapai USD58,33 miliar.
"Karena pwndapatan tergerus, profit Pertamina juga bakal tergerus lebih dalam lagi. Pasalnya, ada kerugian selisih kurs yang harus dimasukkan. Kami capex dan opex menggunakan dolar AS, sementara penerimaan banyak menggunakan rupiah," jelas Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati di Jakarta, Selasa (21/4/2020).
Dia mengatakan, proyeksi keuangan pertamina mengacu pada dua skenario. Pertama, pendapatan perseroan berpotensi turun USD22,17 miliar menjadi USD36,16 miliar. Sedangkan skenario kedua, potensi penurunan pendapatan lebih besar yakni mencapai USD26,25 miliar atau menjadi USD32,08 miliar.
"Jadi ada dua skenario yaitu skenario sangat berat, maka profit akan berkurang 51%. Itu dengan asumsi yang sudah ditetapkan pemerintah. Cashflow lebih berat lagi karena kita banyak memberikan fasilitas kredit ke pelanggan karena semua pihak kesulitan cashflow," pungkasnya.
Lihat Juga: Profil Lengkap Simon Aloysius Mantiri, Mantan Bendahara TKN Prabowo-Gibran Jadi Komut Pertamina
Berdasarkan RKAP Pertamina, target laba tahun ini dipatok sebesar USD2,2 miliar atau sekitar Rp34,2 triliun dan pendapatan mencapai USD58,33 miliar.
"Karena pwndapatan tergerus, profit Pertamina juga bakal tergerus lebih dalam lagi. Pasalnya, ada kerugian selisih kurs yang harus dimasukkan. Kami capex dan opex menggunakan dolar AS, sementara penerimaan banyak menggunakan rupiah," jelas Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati di Jakarta, Selasa (21/4/2020).
Dia mengatakan, proyeksi keuangan pertamina mengacu pada dua skenario. Pertama, pendapatan perseroan berpotensi turun USD22,17 miliar menjadi USD36,16 miliar. Sedangkan skenario kedua, potensi penurunan pendapatan lebih besar yakni mencapai USD26,25 miliar atau menjadi USD32,08 miliar.
"Jadi ada dua skenario yaitu skenario sangat berat, maka profit akan berkurang 51%. Itu dengan asumsi yang sudah ditetapkan pemerintah. Cashflow lebih berat lagi karena kita banyak memberikan fasilitas kredit ke pelanggan karena semua pihak kesulitan cashflow," pungkasnya.
Lihat Juga: Profil Lengkap Simon Aloysius Mantiri, Mantan Bendahara TKN Prabowo-Gibran Jadi Komut Pertamina
(fai)