'Ida dan Nicholas' Bikin Harga Minyak Mentah di Asia Memanas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak mentah di kawasan Asia menguat pada Rabu pagi (15/9/2021), melebihi ekspektasi pasar. Kenaikan harga itu imbas besarnya penarikan pasokan Amerika Serikat akibat susulan Badai Nicholas di sejumlah negara bagian.
Hingga pukul 10:47 WIB, minyak berjangka jenis Brent naik (0,63%) di harga USD74,06, sedangkan WTI Berjangka ikut melesat (0,61%) di USD70,89. Keduanya berada di atas harga rata-rata USD70.
Data minyak mentah dari American Petroleum Institute, yang dirilis Selasa lalu (14/9), mencatat adanya penurunan pasokan sebesar 5,4 juta barel pada pekan lalu. Angka tersebut lebih tinggi dari pekan sebelumnya yang mencapai 2,8 juta barel.
Gonjang-ganjing harga minyak di pasaran terjadi di tengah gangguan bencana Badai Tropis Ida, dan disusul Badai Nicholas yang menghantam produksi pengeboran di Teluk Meksiko.
"Dampak (Badai) Ida jauh lebih besar daripada yang diperkirakan, dan produksi di kawasan Teluk Meksiko masih sulit untuk pulih sampai terjangan Badai Nicholas selesai," kata Senior Analyst OANDA, Edward Moya, dilansir Reuters, Rabu (15/9/2021).
Hantaman Badai Nicholas yang membuat banjir di sejumlah negara bagian AS dikabarkan memutus aliran listrik ke ratusan ribu rumah dan tempat usaha.
Beralih di kawasan Asia Pasifik, China dikabarkan akan melepas cadangan strategis minyak mentahnya sekitar 7,4 juta barel pada 24 September mendatang. Langkah itu akan membuat tekanan harga minyak dunia saat pasar menanti rilis data dari Pusat Administrasi dan Informasi Energi Amerika Serikat.
Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) pada Selasa lalu (14/9) mengungkapkan percepatan vaksinasi dapat mendorong pemulihan ekonomi dan dapat memacu permintaan bahan bakar.
Hingga pukul 10:47 WIB, minyak berjangka jenis Brent naik (0,63%) di harga USD74,06, sedangkan WTI Berjangka ikut melesat (0,61%) di USD70,89. Keduanya berada di atas harga rata-rata USD70.
Data minyak mentah dari American Petroleum Institute, yang dirilis Selasa lalu (14/9), mencatat adanya penurunan pasokan sebesar 5,4 juta barel pada pekan lalu. Angka tersebut lebih tinggi dari pekan sebelumnya yang mencapai 2,8 juta barel.
Gonjang-ganjing harga minyak di pasaran terjadi di tengah gangguan bencana Badai Tropis Ida, dan disusul Badai Nicholas yang menghantam produksi pengeboran di Teluk Meksiko.
"Dampak (Badai) Ida jauh lebih besar daripada yang diperkirakan, dan produksi di kawasan Teluk Meksiko masih sulit untuk pulih sampai terjangan Badai Nicholas selesai," kata Senior Analyst OANDA, Edward Moya, dilansir Reuters, Rabu (15/9/2021).
Hantaman Badai Nicholas yang membuat banjir di sejumlah negara bagian AS dikabarkan memutus aliran listrik ke ratusan ribu rumah dan tempat usaha.
Beralih di kawasan Asia Pasifik, China dikabarkan akan melepas cadangan strategis minyak mentahnya sekitar 7,4 juta barel pada 24 September mendatang. Langkah itu akan membuat tekanan harga minyak dunia saat pasar menanti rilis data dari Pusat Administrasi dan Informasi Energi Amerika Serikat.
Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) pada Selasa lalu (14/9) mengungkapkan percepatan vaksinasi dapat mendorong pemulihan ekonomi dan dapat memacu permintaan bahan bakar.
(uka)