Jokowi Groundbreaking Pabrik Baterai, Intip Pergerakan Saham ANTM-INCO dan NICL
loading...
A
A
A
JAKARTA - Peresmian groundbreaking pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan sentimen khusus bagi sejumlah saham-saham emiten nikel yang bergerak variatif di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Jumat (17/9/2021).
Sebagai komponen utama pembuatan baterai, nikel menjadi komoditas yang paling dibutuhkan sebagai bahan baku kendaraan listrik. Potensi pasokan yang melimpah sejalan dengan cadangan di Indonesia yang mencapai 21 juta ton (2019) dan disebut-sebut terbesar di dunia.
Mengintip pergerakan saham nikel, Technical Analyst Panin Sekuritas memberikan pandangan khusus untuk tiga emiten utama yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT PAM Mineral Tbk (NICL) untuk dicermati investor.
1. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
ANTM berada di level 2390, terkoreksi 20 poin (-0,83%). Pada awal perdagangan, emiten ini dibuka melemah di 2370 setelah sebelumnya berhenti di 2410. Sepanjang hari ini, ANTM bergerak di bawah harga penutupan kemarin di area 2370-2420, hingga pukul 11:00 WIB.
Baik investor domestik maupun asing mengeluarkan dana total sebanyak Rp55,35 miliar untuk mentransaksikan 23,18 juta saham ini. Adapun investor asing terpantau melakukan profit taking sebesar Rp2,7 miliar di perseroan yang menguasai 7% produksi hilir nikel di Tanah Air, menurut laporan dari sebuah sumber.
Valuasi sepekan menunjukkan ANTM masih berada di lajur negatif (-7,72%), meski dalam sebulan masih naik (4,82%) dan secara tahun berjalan (year to date) positif (23,00%).
"ANTM masih cenderung sideways di area 2200 - 2670", kata William saat dihubungi MNC Portal, Jumat pagi (17/9/2021).
William merekomendasikan investor masuk tetapi menunggu mencapai harga terendahnya. "ANTM buy on weakness," tambahnya.
2. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
INCO berada di level 4870, menguat 10 poin (0,21%). Sejak awal perdagangan, INCO dibuka stagnan sama seperti penutupan kemarin di 4860. Emiten yang menguasai 22 persen produksi hilir nikel ini terpantau bergerak di kisaran 4850-4920 sepanjang jalannya bursa hari ini.
Memiliki market-caps sebanyak Rp48,39 triliun, total 5,31 juta lembar saham laku terjual dengan nilai mencapai Rp25,90 miliar. Valuasi INCO sepekan masih berada di zona merah (-5,44%), baik dalam sebulan (-0,41%), serta tahun berjalan (-4,51%).
Sepanjang hari ini, investor asing terpantau melakukan profit taking senilai Rp796,19 juta di pasar reguler. "INCO juga masih sideways di area 4800-5225," terang William.
Dirinya merekomendasikan investor untuk bisa melakukan pembelian beli, tetapi saat dalam posisi rendah. "INCO buy on weakness," lanjutnya.
3. PT PAM Mineral Tbk (NICL)
NICL yang baru menggelar debut perdananya pada akhir Juni 2021 lalu saat ini terpantau bergerak melemah, turun 2 poin (-2,22%) di level 89. Sepanjang bursa hari ini, NICL bergerak di area 87-91.
Perseroan dan entitas anak perusahaan yang menggarap komoditas nikel di Morowali, Sulawesi Tengah ini menunjukkan tren positif selama sepekan yaitu 1,15%, meski valuasi bulanan menunjukkan NICL terpuruk (-37,14%).
Namun pada hari ini, diam-diam asing terlihat mencicil beli NICL sebanyak Rp142,11 juta, dengan total nilai transaksi mencapai Rp3,36 miliar dari 38,18 juta lembar saham yang dijualbelikan.
William merekomendasikan investor untuk wait and see terlebih dahulu untuk emiten NICL. Sebab, menurutnya ada trend penurunan. "NICL masih downtrend, wait and see," ucapnya.
Sebagai komponen utama pembuatan baterai, nikel menjadi komoditas yang paling dibutuhkan sebagai bahan baku kendaraan listrik. Potensi pasokan yang melimpah sejalan dengan cadangan di Indonesia yang mencapai 21 juta ton (2019) dan disebut-sebut terbesar di dunia.
Mengintip pergerakan saham nikel, Technical Analyst Panin Sekuritas memberikan pandangan khusus untuk tiga emiten utama yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT PAM Mineral Tbk (NICL) untuk dicermati investor.
1. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
ANTM berada di level 2390, terkoreksi 20 poin (-0,83%). Pada awal perdagangan, emiten ini dibuka melemah di 2370 setelah sebelumnya berhenti di 2410. Sepanjang hari ini, ANTM bergerak di bawah harga penutupan kemarin di area 2370-2420, hingga pukul 11:00 WIB.
Baik investor domestik maupun asing mengeluarkan dana total sebanyak Rp55,35 miliar untuk mentransaksikan 23,18 juta saham ini. Adapun investor asing terpantau melakukan profit taking sebesar Rp2,7 miliar di perseroan yang menguasai 7% produksi hilir nikel di Tanah Air, menurut laporan dari sebuah sumber.
Valuasi sepekan menunjukkan ANTM masih berada di lajur negatif (-7,72%), meski dalam sebulan masih naik (4,82%) dan secara tahun berjalan (year to date) positif (23,00%).
"ANTM masih cenderung sideways di area 2200 - 2670", kata William saat dihubungi MNC Portal, Jumat pagi (17/9/2021).
William merekomendasikan investor masuk tetapi menunggu mencapai harga terendahnya. "ANTM buy on weakness," tambahnya.
2. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
INCO berada di level 4870, menguat 10 poin (0,21%). Sejak awal perdagangan, INCO dibuka stagnan sama seperti penutupan kemarin di 4860. Emiten yang menguasai 22 persen produksi hilir nikel ini terpantau bergerak di kisaran 4850-4920 sepanjang jalannya bursa hari ini.
Memiliki market-caps sebanyak Rp48,39 triliun, total 5,31 juta lembar saham laku terjual dengan nilai mencapai Rp25,90 miliar. Valuasi INCO sepekan masih berada di zona merah (-5,44%), baik dalam sebulan (-0,41%), serta tahun berjalan (-4,51%).
Sepanjang hari ini, investor asing terpantau melakukan profit taking senilai Rp796,19 juta di pasar reguler. "INCO juga masih sideways di area 4800-5225," terang William.
Dirinya merekomendasikan investor untuk bisa melakukan pembelian beli, tetapi saat dalam posisi rendah. "INCO buy on weakness," lanjutnya.
3. PT PAM Mineral Tbk (NICL)
NICL yang baru menggelar debut perdananya pada akhir Juni 2021 lalu saat ini terpantau bergerak melemah, turun 2 poin (-2,22%) di level 89. Sepanjang bursa hari ini, NICL bergerak di area 87-91.
Perseroan dan entitas anak perusahaan yang menggarap komoditas nikel di Morowali, Sulawesi Tengah ini menunjukkan tren positif selama sepekan yaitu 1,15%, meski valuasi bulanan menunjukkan NICL terpuruk (-37,14%).
Namun pada hari ini, diam-diam asing terlihat mencicil beli NICL sebanyak Rp142,11 juta, dengan total nilai transaksi mencapai Rp3,36 miliar dari 38,18 juta lembar saham yang dijualbelikan.
William merekomendasikan investor untuk wait and see terlebih dahulu untuk emiten NICL. Sebab, menurutnya ada trend penurunan. "NICL masih downtrend, wait and see," ucapnya.
(akr)