Petani Milenial Bali Sukses Kembangkan Pertanian Organik Smart Farming
loading...
A
A
A
JAKARTA - Petani milenial adalah masa depan Indonesia membangun pertanian modern berbasis teknologi informasi dan mekanisasi. AA Gede Agung Wedhatama, petani muda Kabupaten Buleleng di Provinsi Bali sukses mengembangkan pertanian organik smart farming berupa komoditas hortikultura kualitas ekspor.
Capaian AA Gede Agung Wedhatama yang akrab disapa Gung Wedha sejalan harapan Kementerian Pertanian RI yang mendorong terciptanya regenerasi petani melalui Duta Petani Milenial (DPM) seperti halnya Gung Wedha maupun Duta Petani Andalan (DPA).
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo berulangkali menegaskan bahwa petani-petani muda harus bisa mengambil peran dalam pengembangan pertanian modern, karena merupakan kunci peningkatan produktivitas.
(Baca juga:Regenerasi Petani Milenial, Kementan Kebut Sekolah Vokasi dan Modernisasi Alat Pertanian)
“Harapannya, muncul inovasi-inovasi unggulan yang mendorong terwujudnya swasembada pangan. Karena target kita dalam 15 tahun ke depan, produktivitas bisa naik dua kali lipat dari saat ini, 5,1 ton per hektare (ha) per tahun,” kata Mentan Syahrul dalam keterangan tertulisnya, Jumat (17/9/2021).
Agung Wedha asal Desa Gobleg, Kabupaten Buleleng layak menjadi figur ideal petani milenial. Dia diapresiasi Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi. Atas pencapaiannya menjadi eksportir muda dan penggerak 2.000 petani milenial Bali dari komunitas Petani Muda Keren (PMK) di Bali didirikan Gung Wedha pada 2019.
“Petani milenial benar-benar keren. Pencapaiannya di atas ekspektasi saya. Mereka sudah melaksanakan inovasi teknologi, bahkan transfer dan implementasi teknologi ke stakeholder lain. Bukan hanya P4S juga pihak lain,” kata Dedi.
Gung Wedha membentuk komunitas PMK di Desa Goblek, Buleleng. Fokus pada komoditas hortikultura sayuran yang terintegrasi dengan pertanian smart farm didukung teknologi smart irigation yang dikendalikan Android, sistem operasi smartphone.
(Baca juga:Petani Milenial Bantaeng Dilatih untuk Tingkatkan Pertanian Kopi)
“Efisiensi yang luar biasa menyangkut waktu, ruang dan uang. Efisiensi merupakan kunci meningkatkan produktifitas,” kata Gung Wedha.
Dedi Nursyamsi menyarankan Agung mempatenkan teknologi temuannya, sehingga bisa dikomersialkan dengan produksi massal. Mengingat peralatannya cukup murah, hanya Rp5 jutaan, suatu saat permintaan akan meningkat setelah diketahui manfaatnya.
Dia pun berkomitmen mendukung Gung Wedha bersama PMK dan sebaiknya keberhasilan tersebut direplikasi pada komunitas petani milenial lainnya, sekaligus menarik minat calon-calon petani milenial.
(Baca juga:Hadapi Pandemi, Petani Milenial Harus Optimalkan Potensi Daerah)
“Langkah seperti Bli Agung ini akan mengubah mindset anak-anak muda tentang pertanian bahwa bertani itu menjanjikan, karena didukung digitalisasi,” kata Dedi.
Gung Wedha menambahkan PMK juga mengembangkan integrated chain farming (mata rantai pertanian) dan koperasi PMK melalui komunitas. Pasalnya, generasi muda membutuhkan contoh dan sosok teladan agar mereka mau berkecimpung.
Capaian AA Gede Agung Wedhatama yang akrab disapa Gung Wedha sejalan harapan Kementerian Pertanian RI yang mendorong terciptanya regenerasi petani melalui Duta Petani Milenial (DPM) seperti halnya Gung Wedha maupun Duta Petani Andalan (DPA).
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo berulangkali menegaskan bahwa petani-petani muda harus bisa mengambil peran dalam pengembangan pertanian modern, karena merupakan kunci peningkatan produktivitas.
(Baca juga:Regenerasi Petani Milenial, Kementan Kebut Sekolah Vokasi dan Modernisasi Alat Pertanian)
“Harapannya, muncul inovasi-inovasi unggulan yang mendorong terwujudnya swasembada pangan. Karena target kita dalam 15 tahun ke depan, produktivitas bisa naik dua kali lipat dari saat ini, 5,1 ton per hektare (ha) per tahun,” kata Mentan Syahrul dalam keterangan tertulisnya, Jumat (17/9/2021).
Agung Wedha asal Desa Gobleg, Kabupaten Buleleng layak menjadi figur ideal petani milenial. Dia diapresiasi Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi. Atas pencapaiannya menjadi eksportir muda dan penggerak 2.000 petani milenial Bali dari komunitas Petani Muda Keren (PMK) di Bali didirikan Gung Wedha pada 2019.
“Petani milenial benar-benar keren. Pencapaiannya di atas ekspektasi saya. Mereka sudah melaksanakan inovasi teknologi, bahkan transfer dan implementasi teknologi ke stakeholder lain. Bukan hanya P4S juga pihak lain,” kata Dedi.
Gung Wedha membentuk komunitas PMK di Desa Goblek, Buleleng. Fokus pada komoditas hortikultura sayuran yang terintegrasi dengan pertanian smart farm didukung teknologi smart irigation yang dikendalikan Android, sistem operasi smartphone.
(Baca juga:Petani Milenial Bantaeng Dilatih untuk Tingkatkan Pertanian Kopi)
“Efisiensi yang luar biasa menyangkut waktu, ruang dan uang. Efisiensi merupakan kunci meningkatkan produktifitas,” kata Gung Wedha.
Dedi Nursyamsi menyarankan Agung mempatenkan teknologi temuannya, sehingga bisa dikomersialkan dengan produksi massal. Mengingat peralatannya cukup murah, hanya Rp5 jutaan, suatu saat permintaan akan meningkat setelah diketahui manfaatnya.
Dia pun berkomitmen mendukung Gung Wedha bersama PMK dan sebaiknya keberhasilan tersebut direplikasi pada komunitas petani milenial lainnya, sekaligus menarik minat calon-calon petani milenial.
(Baca juga:Hadapi Pandemi, Petani Milenial Harus Optimalkan Potensi Daerah)
“Langkah seperti Bli Agung ini akan mengubah mindset anak-anak muda tentang pertanian bahwa bertani itu menjanjikan, karena didukung digitalisasi,” kata Dedi.
Gung Wedha menambahkan PMK juga mengembangkan integrated chain farming (mata rantai pertanian) dan koperasi PMK melalui komunitas. Pasalnya, generasi muda membutuhkan contoh dan sosok teladan agar mereka mau berkecimpung.
(dar)