Siasat Merek Menghadapi 3 Disrupsi di Saat Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Triple disrupsi menjadi tantangan tersendiri bagi merek atau brand untuk tetap eksis di tengah pandemi. Teknologi digital, pandemi Covid-19, hingga perilaku konsumen yang berubah menjadi tiga disrupsi yang membawa dampak masing-masing sehingga perlu disiasati.
Pandemi Covid-19 yang menyerang Indonesia selama lebih dari setahun, misalnya, telah mengubah perilaku masyarakat. Termasuk dalam aktivitas ekonomi.
"Yang menarik dari 1,5 tahun pandemi ini adalah perubahan customer behavior," kata Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) Janoe Arijanto pada webinar terkait dengan program Indonesia Brand Communication Championship 2021 di Jakarta, Kamis (16/9/2021).
Janoe menambahkan bahwa digitalalisasi dan pandemi mendorong perubahan besar pada perilaku konsumen, yang sejak beberapa bulan ini perubahannya makin kuat dan formatnya cenderung permanen. Alhasil, para pengelola merek bisa membuat sejumlah strategi jangka panjang dalam komunikasi dan customer experience.
Seiring dengan konsumen yang makin banyak menghabiskan waktu secara virtual, kata Janoe, standar, nilai, dan interaksi mereka juga berubah terhadap merek. Di antaranya mereka makin pilih-pilih, berpikir fungsional terhadap suatu barang, makin lokal, serta perhatian pada alam dan kesehatan.
"ini yang memaksa harus meng-adjust banyak hal. Perubahan ini menuntut kejelian kami," jelas Janoe.
Dia menilai pentingnya membangun riset dengan kualitas, kategori, dan fisik yang berbeda dari sebelumnya agar bisa mengikuti perubahan perilaku konsumen, termasuk meredefinisi seluruh data konsumen dan membuat konteks yang lebih baru.
Sementara itu Simon Jonatan,Presdir Bintang Toedjoe, mengingatkan meski situasi bisnis sedang sulit saat pandemi, investasi kampanye pada merek tetap diharus dilakukan agar tetap eksis dan tumbuh. Bagaimana pun sikap optimisme tetap dijaga.
"Pada waktu sulit seperti ini kami tetap yakin bahwa masih ada opportunity. Jadi kami kampanye tiga hal (mengenai) ExtraJoss adalah healthy food mengandung royal Jelly, ginseng, dan vitamin B. Kami terus beriklan, padahal omzetnya turun," katanya.
Kemal E. Ghani, praktisi media dari Grup SWA, mengemukakan bahwa sejak pandemi, para pelaku bisnis menghadapi sejumlah disrupsi yang mengubah bisnis secara signifikan dan mengubah perilaku konsumen sehingga menjadi tantangan bagi pengelola merek dalam melakukan komunikasi agar konsumen terkait dengan merek mereka.
"Kami mencoba cari jawabannya dan merancang program Indonesia Brand Communication Championship 2021 yang diharapkan dengan adanya para guardian brand terbaik di negeri ini, maka bisa belajar dan tidak menyerah untuk melakukan aktivitas komunikasi kepada konsumen," katanya.
Lis Hendriani, pemimpin MIX-MarComm, menambahkan bahwa Indonesia Brand Communication Championship 2021 merupakan ajang kompetisi pertama untuk kreativitas komunikasi dalam mengawal eksistensi merek yang diikuti oleh perusahaan pemilik merek, pemimpin pengelola merek di perusahaan, serta agensi yang membantu komunikasi merek.
"Rekognisi ini diselenggarakan dalam rangka menunjukkan kepada investor bahwa brand yang di-support-nya dikelola dan dikawal dengan baik oleh para wali merek di perusahaan. Kami berharap melalui program ini, para pemilik merek dapat menjadikan kampanye brand ini sebagai brand credential yang dapat menambah kepercayaan konsumen. Sementara itu, bagi agensi branding-nya, rekognisi ini diharapkan dapat menunjukkan level of service mereka dalam mengawal komunikasi brand kliennya," ujar Lis.
Peserta kompetisi itu dinilai oleh sembilan dewan juri yang terdiri atas para pakar, media, dan akademikus yang pada bulan Juli 2021 dan pengumuman pemenangnya pada hari ini.
Para pemenangnya, antara lain Fenny Kusnaidy, Direktur Marketing dan Komunikasi Merek Sasa Inti (Best Brand Guardian, Top Leader), Gojek dan Bank Syariah Indonesia (Best Brand Guardian, Guardian Team), Fortuna dan Imogen PR (The Best Branding Agency), H-Three dengan kampanye Mr Sprei Epic-Traveloka (The Most Creative Brand Communication untuk Digital Campaign dan TV Commercial), Sharp Bersedekah (Brand Activation), Telkom IndiHome Wondeful Papua (Integrated Brand Campaign).
Pandemi Covid-19 yang menyerang Indonesia selama lebih dari setahun, misalnya, telah mengubah perilaku masyarakat. Termasuk dalam aktivitas ekonomi.
"Yang menarik dari 1,5 tahun pandemi ini adalah perubahan customer behavior," kata Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) Janoe Arijanto pada webinar terkait dengan program Indonesia Brand Communication Championship 2021 di Jakarta, Kamis (16/9/2021).
Janoe menambahkan bahwa digitalalisasi dan pandemi mendorong perubahan besar pada perilaku konsumen, yang sejak beberapa bulan ini perubahannya makin kuat dan formatnya cenderung permanen. Alhasil, para pengelola merek bisa membuat sejumlah strategi jangka panjang dalam komunikasi dan customer experience.
Seiring dengan konsumen yang makin banyak menghabiskan waktu secara virtual, kata Janoe, standar, nilai, dan interaksi mereka juga berubah terhadap merek. Di antaranya mereka makin pilih-pilih, berpikir fungsional terhadap suatu barang, makin lokal, serta perhatian pada alam dan kesehatan.
"ini yang memaksa harus meng-adjust banyak hal. Perubahan ini menuntut kejelian kami," jelas Janoe.
Dia menilai pentingnya membangun riset dengan kualitas, kategori, dan fisik yang berbeda dari sebelumnya agar bisa mengikuti perubahan perilaku konsumen, termasuk meredefinisi seluruh data konsumen dan membuat konteks yang lebih baru.
Sementara itu Simon Jonatan,Presdir Bintang Toedjoe, mengingatkan meski situasi bisnis sedang sulit saat pandemi, investasi kampanye pada merek tetap diharus dilakukan agar tetap eksis dan tumbuh. Bagaimana pun sikap optimisme tetap dijaga.
"Pada waktu sulit seperti ini kami tetap yakin bahwa masih ada opportunity. Jadi kami kampanye tiga hal (mengenai) ExtraJoss adalah healthy food mengandung royal Jelly, ginseng, dan vitamin B. Kami terus beriklan, padahal omzetnya turun," katanya.
Kemal E. Ghani, praktisi media dari Grup SWA, mengemukakan bahwa sejak pandemi, para pelaku bisnis menghadapi sejumlah disrupsi yang mengubah bisnis secara signifikan dan mengubah perilaku konsumen sehingga menjadi tantangan bagi pengelola merek dalam melakukan komunikasi agar konsumen terkait dengan merek mereka.
"Kami mencoba cari jawabannya dan merancang program Indonesia Brand Communication Championship 2021 yang diharapkan dengan adanya para guardian brand terbaik di negeri ini, maka bisa belajar dan tidak menyerah untuk melakukan aktivitas komunikasi kepada konsumen," katanya.
Lis Hendriani, pemimpin MIX-MarComm, menambahkan bahwa Indonesia Brand Communication Championship 2021 merupakan ajang kompetisi pertama untuk kreativitas komunikasi dalam mengawal eksistensi merek yang diikuti oleh perusahaan pemilik merek, pemimpin pengelola merek di perusahaan, serta agensi yang membantu komunikasi merek.
"Rekognisi ini diselenggarakan dalam rangka menunjukkan kepada investor bahwa brand yang di-support-nya dikelola dan dikawal dengan baik oleh para wali merek di perusahaan. Kami berharap melalui program ini, para pemilik merek dapat menjadikan kampanye brand ini sebagai brand credential yang dapat menambah kepercayaan konsumen. Sementara itu, bagi agensi branding-nya, rekognisi ini diharapkan dapat menunjukkan level of service mereka dalam mengawal komunikasi brand kliennya," ujar Lis.
Peserta kompetisi itu dinilai oleh sembilan dewan juri yang terdiri atas para pakar, media, dan akademikus yang pada bulan Juli 2021 dan pengumuman pemenangnya pada hari ini.
Para pemenangnya, antara lain Fenny Kusnaidy, Direktur Marketing dan Komunikasi Merek Sasa Inti (Best Brand Guardian, Top Leader), Gojek dan Bank Syariah Indonesia (Best Brand Guardian, Guardian Team), Fortuna dan Imogen PR (The Best Branding Agency), H-Three dengan kampanye Mr Sprei Epic-Traveloka (The Most Creative Brand Communication untuk Digital Campaign dan TV Commercial), Sharp Bersedekah (Brand Activation), Telkom IndiHome Wondeful Papua (Integrated Brand Campaign).
(uka)