Syarat Masuk Mal Kian Longgar, Bagaimana Prospek Emiten Ritel?

Selasa, 21 September 2021 - 13:55 WIB
loading...
Syarat Masuk Mal Kian Longgar, Bagaimana Prospek Emiten Ritel?
Suasana di Bursa Efek Indonesia. Foto/Dok SINDOphoto/Astra Bonardo
A A A
JAKARTA - Pemerintah memutuskan terus memperpanjang penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa dan Bali hingga dua pekan ke depan. Kendati demikian, pelonggaran dilakukan secara bertahap, salah satunya untuk sektor ritel di mana anak usia di bawah 12 tahun dibolehkan masuk ke pusat perbelanjaan atau mal.

Keputusan itu diumumkan pemerintah pada Senin (20/9/2021). Merespons kebijakan pelonggaran tersebut, harga saham dari emiten pengelola pusat perbelanjaan atau mal bergerak variatif pada sesi pertama perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (21/9/2021).



Technical Analyst Panin Sekuritas William Hartanto memberikan sejumlah catatan terkait emiten tersebut beserta titik support dan resisten terdekatnya. Berikut ulasan emiten mal pada sesi pertama bursa dan rekomendasinya:

1. PT Ciputra Development Tbk (CTRA)

Saham pengelola mal Ciputra ini ditutup menguat (0,56%) di level 905 dari 900. Meskipun performa sebulan di jalur positif (7,10%), tetapi kinerja sepekan terakhir masih memerah (-7,18%).

Perseroan yang juga merupakan pengembang apartemen dan perumahan ini memiliki pendapatan sebesar Rp4,02 triliun pada semester I/2021, meningkat 43,57% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Sementara laba usaha perseroan mencapai Rp1,32 triliun, naik 141% dibandingkan periode tahun lalu.

Sepanjang sesi pertama, CTRA diborong investor asing sebanyak Rp9,70 miliar. William merekomendasikan investor untuk membeli emiten ini yang secara teknikal sudah memberikan sinyal bullish. "CTRA direkomendasikan buy dengan support/resistance 885/970," kata William saat dihubungi MNC Portal, Selasa (21/9/2021).

2. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)

Sesi pertama PWON ditutup menguat (0,42%) di level 474. Performa sebulan positif (5,33%), sedangkan sepekan masih terpuruk (-0,84%). Asing masuk PWON sebesar Rp481,61 juta, tetapi dana jual beli saham masih didominasi oleh investor domestik.

Selama semester I/2021, perseroan yang mengelola sejumlah mal di kota-kota besar ini membukukan pendapatan Rp2,45 triliun, meningkat 24,59%, dengan laba bersih (atribusi ke induk) pada periode berjalan mencapai Rp464,63 miliar, turun 3,71 persen dari periode tahun sebelumnya. William merekomendasikan investor untuk membeli PWON karena telah menunjukkan sinyal penguatan. Target support/resisten yaitu 466/500.



3. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)

Selama sesi pertama, SMRA ditutup stagnan seperti penutupan sebelumnya di level 820 dan bergerak di area 800-830. Performa sepekan menunjukkan SMRA masih berdarah (-5,20%), meski sebulan mendapat catatan positif (3,14%) dan year to date (3,24%). Asing terpantau masuk sebesar Rp4,22 miliar.

Menurut laporan keuangan selama semester I/2021, SMRA memperoleh pendapatan sebanyak Rp2,45 triliun, naik 12,68% dari periode tahun sebelumnya. Sementara laba tahun berjalan untuk atribusi entitas induk mencpai Rp108,54 miliar, melesat 964,11 persen dari sebelumnya.

William juga merekomendasikan saham ini dengan target support/resistance di 780/925. "Pergerakan secara teknikal sudah memberikan sinyal bullish," tutur William

4. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS)

RALS ditutup melemah (-1,39%) di level 710 di sesi pertama bursa. Performa sepekan dan sebulan menunjukkan penguatan masing-masing 9,23% dan 8,40%, meskipun year to date memerah -8,39%. Asing terpantau melakukan profit taking sebesar Rp193,39 juta di pasar reguler.

Selama semester I-2021, RALS berhasil membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp137,83 miliar, dengan pendapatan bersih mencapai Rp1,72 triliun, naik 16,5 persen (yoy). RALS juga menjadi rekomendasi William dalam perdagangan dengan target support/resisten di 690/820.

5. PT Matahari Department Store Tbk (LPPF)

LPPF ditutup melesat (1,76%) di level 2890 dari 2840 selama sesi pertama. Performa sepekan masih negatif (-1,70%), meskipun secara year to date telah meroket (126,67%).

Sebagai peritel, Matahari mampu memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp3,57 triliun, naik 58,44 persen (yoy). Namun, William memandang pergerakan LPPF sudah rawan aksi profit taking. Dia pun merekomendasikan investor untuk wait and see.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1652 seconds (0.1#10.140)