PPATK Temukan 5.000 Laporan Terkait Aliran Dana Kelompok Terorisme
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) melaporkan dalam lima tahun terakhir ada sekitar 5.000 transaksi keuangan mencurigakan menyangkut pendanaan terorisme . Kepala PPATK Dian Ediana Rae mengatakan seluruhnya telah dianalisis dan telah dilaporkan kepada lembaga terkait.
"Itu bukan jumlah sedikit dan tentu sangat mengkhawatirkan. PPATK sudah mengeluarkan informasi terkait pendanaan terorisme atau radikalisme ke berbagai lembaga seperti BIN, BNPT, Densus 88 dan juga kepolisian secara umum," kata Dian dalam Dialog Kebangsaan Sesi 2 OJK secara virtual, Jakarta, Jumat (24/9/2021).
Dian mengungkapkan transaksi terkait pendanaan terorisme justru meningkat di tengah pandemi Covid-19. Kelompok teroris disebut semakin massif memanfaatkan situasi krisis saat ini. "Mereka memanfaatkan situasi di tengah banyaknya masyarakat sedang depresi. Mereka gencar kamapanye soal ideologi," jelasnya.
Dia mengakatakan semakin tingginya pendanaan untuk kegiatan terorisme perlu menjadi perhatian serius. Apalagi polanya sangat dinamis sehingga perlu diwaspadai dengan cermat. Modusnya pun beragam, seperti penghimpunan dana dari masyarakat melalui media sosial, sumbangan dari anggota, pembiayaan sendiri dan pendanaan dari korporasi.
"Karena uang pendanaan terorisme itu tidak harus sifatnya besar. Memang tidak harus diberikan orang lain atau organisasi bisa juga merupakan inisiatif sendiri," kata dia.
"Itu bukan jumlah sedikit dan tentu sangat mengkhawatirkan. PPATK sudah mengeluarkan informasi terkait pendanaan terorisme atau radikalisme ke berbagai lembaga seperti BIN, BNPT, Densus 88 dan juga kepolisian secara umum," kata Dian dalam Dialog Kebangsaan Sesi 2 OJK secara virtual, Jakarta, Jumat (24/9/2021).
Dian mengungkapkan transaksi terkait pendanaan terorisme justru meningkat di tengah pandemi Covid-19. Kelompok teroris disebut semakin massif memanfaatkan situasi krisis saat ini. "Mereka memanfaatkan situasi di tengah banyaknya masyarakat sedang depresi. Mereka gencar kamapanye soal ideologi," jelasnya.
Dia mengakatakan semakin tingginya pendanaan untuk kegiatan terorisme perlu menjadi perhatian serius. Apalagi polanya sangat dinamis sehingga perlu diwaspadai dengan cermat. Modusnya pun beragam, seperti penghimpunan dana dari masyarakat melalui media sosial, sumbangan dari anggota, pembiayaan sendiri dan pendanaan dari korporasi.
"Karena uang pendanaan terorisme itu tidak harus sifatnya besar. Memang tidak harus diberikan orang lain atau organisasi bisa juga merupakan inisiatif sendiri," kata dia.
(nng)