Gula Semut Desa Semedo Melanglang Buana hingga Amerika dan Eropa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki pada Sabtu (25/9/2021) meresmikan berdirinya Koperasi Semedo Manise Sejahtera yang beranggotakan sekitar 1.000 penyadap nira yang memproduksi gula semut, di Desa Semedo, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Dalam sambutanya, Teten mengakui, desa binaan Astra melalui Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) tersebut terbilang sangat bagus. "Diawali dengan produksi gula semut yang kini sudah mampu diolah secara higienis dengan aneka rasa seperti rempah-rempah, empon-empon, dan sebagainya," tuturnya, dikutip Minggu (26/9/2021).
Teten juga menyebutkan bahwa bila satu produk sudah mampu dipasarkan dengan baik, maka potensi produk lainnya bakal mudah terangkat. "Hal ini yang bisa ditiru dan diterapkan di daerah lain," tukasnya.
Untuk meningkatkan kapasitas usaha, Teten menyarankan agar pasokan bahan baku perlu dikonsolidasi melalui koperasi. "Kelembagaan koperasinya akan terus kita perkuat," tandasnya.
Terlebih lagi, lanjut Teten, kelapa kini tengah menjadi tren aneka produk di seluruh dunia dan mulai menyisihkan produk kelapa sawit. "Karena potensi gula kelapa sedang meningkat, maka Pemda setempat perlu banyak melakukan peremajaan pohon kelapa," saran Tetam.
Pada kesempatan yang sama, Dirut Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) KUMKM Supomo menjelaskan, pihaknya melakukan fungsi inkubasi berupa pendampingan bagi koperasi yang baru saja berdiri ini.
"Yang membina para penyadap nira dilakukan koperasi, dan sudah berjalan dengan baik. Tugas LPDB-KUMKM adalah memberi pendampingan untuk koperasinya," kata dia.
Tujuannya, lanjut Supomo, agar Koperasi Semedo Manise Sejahtera mampu mengelola potensi gula semut menjadi produk berdaya saing tinggi hingga menembus pasar global. "Potensi ke arah sana sangat memungkinkan. Kita sudah lakukan untuk gula semut asal Purworejo yang sudah ekspor," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Koperasi Semedo Manise Sejahtera Akhmad Sobirin menjelaskan, proses peningkatan kapasitas penyadap nira dan kualitas gula semut memakan waktu dua tahun. Semua ini diawali saat terbentuk Kelompok Tani (Poktan) Manggar Jaya Desa Semedo.
"Suatu hari, saya membaca gula semut diminati pasar internasional dan bernilai jual tinggi. Saya meyakini ini peluang meningkatkan kesejahteraan keluarga dan orang di kampung halaman saya yang mayoritas menyadap dan mengolah gula kelapa," ujar lulusan Teknik Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini.
Sobirin pun menggali potensi pemasaran gula semut untuk memastikan produk penyadap nira dari desanya terserap pasar. Dia memperluas jejaring di komunitas dan mengikuti berbagai gelaran kewirausahaan.
Setahun berjalan, pada 2013, Poktan Manggar Jaya mulai menggapai harapan menembus pasar internasional. Saat itu, permintaan dimulai dari 5 ton gula semut per bulan. Rata-rata, kelompok tani Manggar Jaya yang lantas berkembang melibatkan 50 keluarga penyadap nira mampu memproduksi 24 ton gula semut dalam 1 bulan.
Perlahan namun pasti Desa Semedo telah mampu membuang label sebagai desa terpencil dan tertinggal menjadi wilayah organisasi penyadap nira yang inovatif.
Kisah manis gula semut Desa Semedo pun tersiar dan mendapat apresiasi dari lembaga pemerintah maupun swasta. Sobirin misalnya, sebagai penggerak mendapat apresiasi Satu Indonesia Award 2016 di bidang kewirausahaan dari Astra. Dua tahun berselang, giliran Desa Semedo jadi bagian dari program pemberdayaan masyarakat bidang kewirausahaan bertajuk Kampung Berseri Astra.
Kini, Kelompok Tani binaan Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) tersebut telah melebar menjadi 10 desa di 5 kecamatan. Pada 2018, baru ada di 3 desa. Bahkan, mereka sudah membentuk ke dalam satu wadah koperasi bernama Koperasi Semedo Manise Sejahtera yang beranggotakan 1.000 orang petani gula semut.
Berkat bimbingan YDBA pula, produksi gula semut dan gula kelapa sudah mampu mencapai 100 ton per bulan. "Pendapatan petani juga meningkat tajam, dari hanya Rp50 ribu perhari menjadi Rp200 ribu per hari, atau rata-rata Rp3 juta per bulan," tutur Sobirin.
Adapun 95% produksi gula semut dipasarkan di Amerika dan Eropa. Sedangkan 5% sisanya, dibuat untuk produk inovasi Semedo Manise, produk kemasan gula semut dalam aneka rasa semisal jahe, rempah, jahe kayu manis. "Produk ini khusus dipasarkan di online marketplace, juga di minimarket-minimarket dan supermarket," bebernya.
Dalam sambutanya, Teten mengakui, desa binaan Astra melalui Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) tersebut terbilang sangat bagus. "Diawali dengan produksi gula semut yang kini sudah mampu diolah secara higienis dengan aneka rasa seperti rempah-rempah, empon-empon, dan sebagainya," tuturnya, dikutip Minggu (26/9/2021).
Teten juga menyebutkan bahwa bila satu produk sudah mampu dipasarkan dengan baik, maka potensi produk lainnya bakal mudah terangkat. "Hal ini yang bisa ditiru dan diterapkan di daerah lain," tukasnya.
Untuk meningkatkan kapasitas usaha, Teten menyarankan agar pasokan bahan baku perlu dikonsolidasi melalui koperasi. "Kelembagaan koperasinya akan terus kita perkuat," tandasnya.
Terlebih lagi, lanjut Teten, kelapa kini tengah menjadi tren aneka produk di seluruh dunia dan mulai menyisihkan produk kelapa sawit. "Karena potensi gula kelapa sedang meningkat, maka Pemda setempat perlu banyak melakukan peremajaan pohon kelapa," saran Tetam.
Pada kesempatan yang sama, Dirut Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) KUMKM Supomo menjelaskan, pihaknya melakukan fungsi inkubasi berupa pendampingan bagi koperasi yang baru saja berdiri ini.
"Yang membina para penyadap nira dilakukan koperasi, dan sudah berjalan dengan baik. Tugas LPDB-KUMKM adalah memberi pendampingan untuk koperasinya," kata dia.
Tujuannya, lanjut Supomo, agar Koperasi Semedo Manise Sejahtera mampu mengelola potensi gula semut menjadi produk berdaya saing tinggi hingga menembus pasar global. "Potensi ke arah sana sangat memungkinkan. Kita sudah lakukan untuk gula semut asal Purworejo yang sudah ekspor," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Koperasi Semedo Manise Sejahtera Akhmad Sobirin menjelaskan, proses peningkatan kapasitas penyadap nira dan kualitas gula semut memakan waktu dua tahun. Semua ini diawali saat terbentuk Kelompok Tani (Poktan) Manggar Jaya Desa Semedo.
"Suatu hari, saya membaca gula semut diminati pasar internasional dan bernilai jual tinggi. Saya meyakini ini peluang meningkatkan kesejahteraan keluarga dan orang di kampung halaman saya yang mayoritas menyadap dan mengolah gula kelapa," ujar lulusan Teknik Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini.
Sobirin pun menggali potensi pemasaran gula semut untuk memastikan produk penyadap nira dari desanya terserap pasar. Dia memperluas jejaring di komunitas dan mengikuti berbagai gelaran kewirausahaan.
Setahun berjalan, pada 2013, Poktan Manggar Jaya mulai menggapai harapan menembus pasar internasional. Saat itu, permintaan dimulai dari 5 ton gula semut per bulan. Rata-rata, kelompok tani Manggar Jaya yang lantas berkembang melibatkan 50 keluarga penyadap nira mampu memproduksi 24 ton gula semut dalam 1 bulan.
Perlahan namun pasti Desa Semedo telah mampu membuang label sebagai desa terpencil dan tertinggal menjadi wilayah organisasi penyadap nira yang inovatif.
Kisah manis gula semut Desa Semedo pun tersiar dan mendapat apresiasi dari lembaga pemerintah maupun swasta. Sobirin misalnya, sebagai penggerak mendapat apresiasi Satu Indonesia Award 2016 di bidang kewirausahaan dari Astra. Dua tahun berselang, giliran Desa Semedo jadi bagian dari program pemberdayaan masyarakat bidang kewirausahaan bertajuk Kampung Berseri Astra.
Kini, Kelompok Tani binaan Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) tersebut telah melebar menjadi 10 desa di 5 kecamatan. Pada 2018, baru ada di 3 desa. Bahkan, mereka sudah membentuk ke dalam satu wadah koperasi bernama Koperasi Semedo Manise Sejahtera yang beranggotakan 1.000 orang petani gula semut.
Berkat bimbingan YDBA pula, produksi gula semut dan gula kelapa sudah mampu mencapai 100 ton per bulan. "Pendapatan petani juga meningkat tajam, dari hanya Rp50 ribu perhari menjadi Rp200 ribu per hari, atau rata-rata Rp3 juta per bulan," tutur Sobirin.
Adapun 95% produksi gula semut dipasarkan di Amerika dan Eropa. Sedangkan 5% sisanya, dibuat untuk produk inovasi Semedo Manise, produk kemasan gula semut dalam aneka rasa semisal jahe, rempah, jahe kayu manis. "Produk ini khusus dipasarkan di online marketplace, juga di minimarket-minimarket dan supermarket," bebernya.
(ind)