Harga Minyak Dunia Terkoreksi Usai Reli 5 Hari Beruntun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pasar minyak mentah berjangka dunia pada hari ini terpantau melemah setelah sebelumnya mengalami penguatan atau reli selama lima hari berturut-turut. Aksi jual investor pada Selasa (28/9/2021) pagi ini menjadi salah satu pemicunya.
Minyak berjangka Brent kontrak November dibuka turun di USD78,60/barel dari penutupan sebelumnya di USD78,72. Pukul 09:56 WIB, Brent berjangka bergerak di level USD79,09, menguat (0,47%). Brent sempat melonjak 1,8% dan mencapai titik tertingginya sejak Oktober 2018 pada Senin (27/9/2021) lalu.
Sementara minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) dibuka turun di USD75,42. Pukul 09:59 WIB, WTI kontrak Oktober bergerak menguat (0,50%) di USD75,83.
"Pasar minyak mengambil nafas sejenak setelah reli panjang, sejumlah investor meraup untung atas kenaikan lalu," kata Analis Fujitomi Securites, Toshitaka Tazawa, dilansir Reuters, Selasa (28/9/2021).
Selain itu kekhawatiran kenaikan harga minyak berpotensi mengurangi permintaan bahan bakar. "Sentimen pasar masih tetap kuat dengan adanya pasokan yang lebih ketat," ungkapnya memprediksi bahwa Brent bakal mengunci harga di USD80 per barel.
Goldman Sachs memprediksi harga minyak dunia dapat meningkat USD10 hingga akhir tahun menjadi USD90 per barel khusus jenis Brent, dengan analisa bahwa pasokan global menjadi diperketat akibat hadirnya varian baru Covid-19 serta dampak badai tropis di AS.
Di samping itu, ada optimisme dari analis bahwa permintaan minyak juga bakal meningkat. "Permintaan minyak dapat meningkat dengan tambahan 0,5 juta barel per hari atau 0,5% dari pasokan minyak global, karena harga gas yang tinggi memaksa peralihan dari konsumsi gas ke minyak," kata Analis Komoditas Commonwealth Bank, Vivek Dhar dalam sebuah catatan.
Vivek meyakini hal tersebut dapat memperketat harga minyak di pasaran. "Ini bakal memperketat harga minyak di pasar, terutama dengan adanya penambahan pasokan dari negara-negara OPEC+," bebernya seraya menambahkan bahwa harga energi masih dimungkinkan melanjutkan reli jelang memasuki musim dingin di sejumlah negara-negara besar.
Minyak berjangka Brent kontrak November dibuka turun di USD78,60/barel dari penutupan sebelumnya di USD78,72. Pukul 09:56 WIB, Brent berjangka bergerak di level USD79,09, menguat (0,47%). Brent sempat melonjak 1,8% dan mencapai titik tertingginya sejak Oktober 2018 pada Senin (27/9/2021) lalu.
Sementara minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) dibuka turun di USD75,42. Pukul 09:59 WIB, WTI kontrak Oktober bergerak menguat (0,50%) di USD75,83.
"Pasar minyak mengambil nafas sejenak setelah reli panjang, sejumlah investor meraup untung atas kenaikan lalu," kata Analis Fujitomi Securites, Toshitaka Tazawa, dilansir Reuters, Selasa (28/9/2021).
Selain itu kekhawatiran kenaikan harga minyak berpotensi mengurangi permintaan bahan bakar. "Sentimen pasar masih tetap kuat dengan adanya pasokan yang lebih ketat," ungkapnya memprediksi bahwa Brent bakal mengunci harga di USD80 per barel.
Goldman Sachs memprediksi harga minyak dunia dapat meningkat USD10 hingga akhir tahun menjadi USD90 per barel khusus jenis Brent, dengan analisa bahwa pasokan global menjadi diperketat akibat hadirnya varian baru Covid-19 serta dampak badai tropis di AS.
Di samping itu, ada optimisme dari analis bahwa permintaan minyak juga bakal meningkat. "Permintaan minyak dapat meningkat dengan tambahan 0,5 juta barel per hari atau 0,5% dari pasokan minyak global, karena harga gas yang tinggi memaksa peralihan dari konsumsi gas ke minyak," kata Analis Komoditas Commonwealth Bank, Vivek Dhar dalam sebuah catatan.
Vivek meyakini hal tersebut dapat memperketat harga minyak di pasaran. "Ini bakal memperketat harga minyak di pasar, terutama dengan adanya penambahan pasokan dari negara-negara OPEC+," bebernya seraya menambahkan bahwa harga energi masih dimungkinkan melanjutkan reli jelang memasuki musim dingin di sejumlah negara-negara besar.
(ind)