Pendapatan Naik 18%, Kinerja Siloam Menguat
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) mencatatkan kinerja positif di 2019 dengan membukukan kenaikan pendapatan hingga 17,79%. Emiten rumah sakit dengan jaringan terbesar di Indonesia itu meraup pendapatan hingga Rp7,02 triliun, naik signifikan dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp5,96 triliun.
Kenaikan pendapatan tersebut ditunjang oleh pertumbuhan jumlah pasien RS sebanyak 17% dan kenaikan tingkat hunian RS yang mencapai 64% di tahun 2019, lebih tinggi dibanding tahun lalu yang berkisar 55%. Underlying Net Profit Siloam juga naik signifikan sebesar 251% dari tahun 2018 menjadi Rp92 miliar di tahun 2019. Underlying EBITDA emiten Siloam juga naik sebesar 26,2%.
Pendapatan dari segmen rawat inap mencapai Rp4,09 triliun atau setara 58,35% dari total pendapatan. Angka ini tumbuh 16,19% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,52 triliun. Sementara segmen rawat jalan mencatatkan pendapatan sebesar Rp2,93 triliun atau setara 41,74% dari total pendapatan, yang berarti kenaikan 20,08% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,44 triliun.
(Baca Juga: Kinerja Emiten Kesehatan Diyakini Positif di Tengah Covid-19)
Wakil Presiden Direktur Siloam Hospitals Grup Caroline Riady mengatakan bahwa capaian positif tersebut mengkonfirmasi penguatan kinerja saham SILO yang mengalami rebound kuat selama satu bulan terakhir. Saat ini manajemen telah menerapkan strategi baru setelah melakukan review akuntansi menyeluruh, antara lain dengan penyesuaian piutang usaha dan penghentian beberapa proyek baru.
"Ke depannya, Siloam akan fokus pada peningkatan kualitas layanan kesehatan dan profitabilitas rumah sakit,” ujar Caroline kepada media, Selasa (2/6/2020).
Dia menambahkan, Siloam memiliki arus kas yang kuat selama 2019. Arus kas operasi meningkat 220% menjadi Rp652 miliar, sementara arus kas bebas tercatat positif Rp184 miliar dibandingkan negatif Rp595 miliar di 2018. Total uang tunai pada Desember 2019 menjadi Rp314 miliar, meningkat 45% dibandingkan dengan tahun lalu Rp216 miliar. Siloam memiliki neraca keuangan yang kuat dengan rasio utang terhadap EBITDA yang rendah sebesar 0,27. "Posisi kas yang kuat memberikan landasan operasional yang kokoh untuk Siloam," tegas Caroline.
Strategi Siloam sebelum 2019 adalah untuk tumbuh dalam hal jangkauan dan skala dengan membangun jaringan rumah sakit swasta terbesar di Indonesia. Setelah tujuan tersebut tercapai pada tahun 2019, manajemen mengubah strateginya menjadi konsolidasi dan meningkatkan monetisasi aset dengan membangun pusat keunggulan yang kuat di setiap rumah sakit.
Capaian positif SILO di tahun 2019 sejalan dengan fokus manajemen untuk memusatkan perhatian pada monetisasi aset yang ada dan ekspansi selektif. "Manajemen telah meletakkan fondasi yang kuat untuk pertumbuhan di masa depan. SILO akan terus menerapkan tindakan untuk mengatasi tantangan di tengah Covid-19," ujar Caroline.
Kenaikan pendapatan tersebut ditunjang oleh pertumbuhan jumlah pasien RS sebanyak 17% dan kenaikan tingkat hunian RS yang mencapai 64% di tahun 2019, lebih tinggi dibanding tahun lalu yang berkisar 55%. Underlying Net Profit Siloam juga naik signifikan sebesar 251% dari tahun 2018 menjadi Rp92 miliar di tahun 2019. Underlying EBITDA emiten Siloam juga naik sebesar 26,2%.
Pendapatan dari segmen rawat inap mencapai Rp4,09 triliun atau setara 58,35% dari total pendapatan. Angka ini tumbuh 16,19% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,52 triliun. Sementara segmen rawat jalan mencatatkan pendapatan sebesar Rp2,93 triliun atau setara 41,74% dari total pendapatan, yang berarti kenaikan 20,08% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,44 triliun.
(Baca Juga: Kinerja Emiten Kesehatan Diyakini Positif di Tengah Covid-19)
Wakil Presiden Direktur Siloam Hospitals Grup Caroline Riady mengatakan bahwa capaian positif tersebut mengkonfirmasi penguatan kinerja saham SILO yang mengalami rebound kuat selama satu bulan terakhir. Saat ini manajemen telah menerapkan strategi baru setelah melakukan review akuntansi menyeluruh, antara lain dengan penyesuaian piutang usaha dan penghentian beberapa proyek baru.
"Ke depannya, Siloam akan fokus pada peningkatan kualitas layanan kesehatan dan profitabilitas rumah sakit,” ujar Caroline kepada media, Selasa (2/6/2020).
Dia menambahkan, Siloam memiliki arus kas yang kuat selama 2019. Arus kas operasi meningkat 220% menjadi Rp652 miliar, sementara arus kas bebas tercatat positif Rp184 miliar dibandingkan negatif Rp595 miliar di 2018. Total uang tunai pada Desember 2019 menjadi Rp314 miliar, meningkat 45% dibandingkan dengan tahun lalu Rp216 miliar. Siloam memiliki neraca keuangan yang kuat dengan rasio utang terhadap EBITDA yang rendah sebesar 0,27. "Posisi kas yang kuat memberikan landasan operasional yang kokoh untuk Siloam," tegas Caroline.
Strategi Siloam sebelum 2019 adalah untuk tumbuh dalam hal jangkauan dan skala dengan membangun jaringan rumah sakit swasta terbesar di Indonesia. Setelah tujuan tersebut tercapai pada tahun 2019, manajemen mengubah strateginya menjadi konsolidasi dan meningkatkan monetisasi aset dengan membangun pusat keunggulan yang kuat di setiap rumah sakit.
Capaian positif SILO di tahun 2019 sejalan dengan fokus manajemen untuk memusatkan perhatian pada monetisasi aset yang ada dan ekspansi selektif. "Manajemen telah meletakkan fondasi yang kuat untuk pertumbuhan di masa depan. SILO akan terus menerapkan tindakan untuk mengatasi tantangan di tengah Covid-19," ujar Caroline.
(fai)