Kinerja Emiten Kesehatan Diyakini Positif di Tengah Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kinerja emiten kesehatan mencatatkan pergerakan positif di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya ditunjukkan oleh anak usaha PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), yakni PT Siloam International Hospitals (SILO).
Menurut Analis Pasar Modal Sukarno Alatas, kinerja emiten kesehatan akan positif karena saat ini masyarakat mengeluarkan dana untuk prioritas produk dan layanan kesehatan di tengah ancaman virus Corona. Apalagi, di tengah ketidakpastian akan vaksin, masa Covid-19 menjadi tidak jelas kapan akan tuntas.
Prioritas masyarakat, kata dia, akan tertuju bagaimana menjaga kesehatan keluarga sehingga produk layanan kesehatan akan menjadi pilihan pertama di banding konsumsi lainnya.
Karena itu, emiten kesehatan seperti SILO diyakini akan memiliki kinerja positif di tengah dalam jangka panjang. Sukarno menyebut, sektor kesehatan masih menarik karena merupakan segmen bisnis yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apalagi, sektor rumah sakit akan menghasilkan pendapatan berulang (recurring income) bagi SILO, yang juga akan mendorong induknya, yakni LPKR.
"Di saat kondisi kesadaran kesehatan dan antisipasi masyarakat terhadap virus corona meningkat seharusnya sektor kesehatan bisa diuntungkan. Maka ada peluang kinerjanya bisa lebih baik. Untuk jangka panjang, pasti positif," ucap Sukarno, belum lama ini.
Kinerja emiten kesehatan juga didorong kebijakan pembebasan bea masuk yang akan membuat bahan baku obat dan peralatan medis impor menjadi lebih murah. Dengan demikian rumah sakit atau pusat pelayanan kesehatan tidak mengeluarkan ongkos banyak untuk membelinya. Dengan begitu, Sukarno melihat laba emiten farmasi bakal tumbuh.
Kinerja SILO diyakini juga akan mendorong kinerja LPKR mengingat SILO menghasilkan recurring income yang konsisten. Data pembukuan LPKR mencatat lebih dari 70% pendapatan Lippo Karawaci berasal dari recurring income, alias pendapatan berulang dari SILO yang memberikan stabilitas di saat situasi pasar bergejolak, salah satunya disebabkan merebaknya virus corona.
Divisi healthcare dan mal juga tercatat menjadi penopang pertumbuhan pendapatan yang kuat. Pertumbuhan pendapatan berulang yang kuat dari segmen layanan kesehatan dimotori oleh Siloam Hospitals. Siloam tercatat terus membuat kemajuan dalam hal ekspansi dan saat ini mengoperasikan 38 rumah sakit di 28 kota di Indonesia.
"Semakin tinggi pendapatan berulang itu akan semakin baik. Recurring income tinggi menjadi salah satu indikator perusahaan memiliki fundamental yang kuat," ujar Sukarno.
Pendiri LBP Institute Lucky Bayu Purnomo kepada media, beberapa waktu juga menyarankan agar investor untuk tak berbelanja saham di sektor yang terkena imbas langsung dari penerapan PSBB.
Ia meminta untuk fokus mengejar saham pada sektor yang jelas diuntungkan seperti emiten yang bergerak di pelayanan kesehatan maupun produk kesehatan. Ia merekomendasikan emiten jasa kesehatan seperti SILO.
SILO diketahui mencatatkan kinerja positif sepanjang kuartal III/2019 dengan mengantongi pendapatan sebesar Rp5,22 triliun. Pendapatan itu naik 18,65% dari periode sama tahun lalu di posisi Rp4,4 triliun.
Menurut Analis Pasar Modal Sukarno Alatas, kinerja emiten kesehatan akan positif karena saat ini masyarakat mengeluarkan dana untuk prioritas produk dan layanan kesehatan di tengah ancaman virus Corona. Apalagi, di tengah ketidakpastian akan vaksin, masa Covid-19 menjadi tidak jelas kapan akan tuntas.
Prioritas masyarakat, kata dia, akan tertuju bagaimana menjaga kesehatan keluarga sehingga produk layanan kesehatan akan menjadi pilihan pertama di banding konsumsi lainnya.
Karena itu, emiten kesehatan seperti SILO diyakini akan memiliki kinerja positif di tengah dalam jangka panjang. Sukarno menyebut, sektor kesehatan masih menarik karena merupakan segmen bisnis yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apalagi, sektor rumah sakit akan menghasilkan pendapatan berulang (recurring income) bagi SILO, yang juga akan mendorong induknya, yakni LPKR.
"Di saat kondisi kesadaran kesehatan dan antisipasi masyarakat terhadap virus corona meningkat seharusnya sektor kesehatan bisa diuntungkan. Maka ada peluang kinerjanya bisa lebih baik. Untuk jangka panjang, pasti positif," ucap Sukarno, belum lama ini.
Kinerja emiten kesehatan juga didorong kebijakan pembebasan bea masuk yang akan membuat bahan baku obat dan peralatan medis impor menjadi lebih murah. Dengan demikian rumah sakit atau pusat pelayanan kesehatan tidak mengeluarkan ongkos banyak untuk membelinya. Dengan begitu, Sukarno melihat laba emiten farmasi bakal tumbuh.
Kinerja SILO diyakini juga akan mendorong kinerja LPKR mengingat SILO menghasilkan recurring income yang konsisten. Data pembukuan LPKR mencatat lebih dari 70% pendapatan Lippo Karawaci berasal dari recurring income, alias pendapatan berulang dari SILO yang memberikan stabilitas di saat situasi pasar bergejolak, salah satunya disebabkan merebaknya virus corona.
Divisi healthcare dan mal juga tercatat menjadi penopang pertumbuhan pendapatan yang kuat. Pertumbuhan pendapatan berulang yang kuat dari segmen layanan kesehatan dimotori oleh Siloam Hospitals. Siloam tercatat terus membuat kemajuan dalam hal ekspansi dan saat ini mengoperasikan 38 rumah sakit di 28 kota di Indonesia.
"Semakin tinggi pendapatan berulang itu akan semakin baik. Recurring income tinggi menjadi salah satu indikator perusahaan memiliki fundamental yang kuat," ujar Sukarno.
Pendiri LBP Institute Lucky Bayu Purnomo kepada media, beberapa waktu juga menyarankan agar investor untuk tak berbelanja saham di sektor yang terkena imbas langsung dari penerapan PSBB.
Ia meminta untuk fokus mengejar saham pada sektor yang jelas diuntungkan seperti emiten yang bergerak di pelayanan kesehatan maupun produk kesehatan. Ia merekomendasikan emiten jasa kesehatan seperti SILO.
SILO diketahui mencatatkan kinerja positif sepanjang kuartal III/2019 dengan mengantongi pendapatan sebesar Rp5,22 triliun. Pendapatan itu naik 18,65% dari periode sama tahun lalu di posisi Rp4,4 triliun.
(fai)