Sistem Perbankan Afghanistan Hampir Runtuh Bikin Taliban Tertekan
loading...
A
A
A
KABUL - Taliban kini berada di bawah tekanan untuk memperbaiki masalah ekonomi Afghanistan , usai mengambil alih kekuasaan. Inflasi melonjak, nilai mata uang negara itu anjlok dan banyak orang putus asa karena kehilangan pekerjaan serta kekurangan uang tunai.
Bahkan sistem perbankan Afghanistan disebutkan hampir runtuh, kata bos salah satu bank pemberi pinjaman terbesar di negara itu kepada BBC. Tidak hanya itu, Program Pangan Dunia PBB telah memperingatkan, bahwa hanya 5% rumah tangga di Afghanistan yang memiliki cukup makanan setiap hari.
Setengah dari mereka yang disurvei mengatakan, telah kehabisan makanan sama sekali setidaknya sekali dalam dua minggu terakhir. Jadi mengakses dana internasional dan bantuan asing adalah kunci untuk kelangsungan hidup Afghanistan.
Tetapi negara-negara seperti AS mengatakan, tengah mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan Taliban -itu akan tergantung pada beberapa pra kondisi- termasuk perlakuan rezim terhadap perempuan dan minoritas.
Kepala Eksekutif Bank Islam Afghanistan, Syed Moosa Kaleem Al-Falahi menegaskan, bahwa meskipun ada pernyataan dari Taliban bahwa perempuan tidak diizinkan bekerja untuk "sementara waktu", perempuan di banknya sudah kembali bekerja.
"Ada semacam... ketakutan di antara para wanita, sehingga membuat mereka tidak datang ke kantor. Tetapi sekarang secara bertahap, mereka mulai datang ke kantor," katanya.
Komentar Al Falahi juga menimpali pernyataan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan baru-baru ini.
Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Khan mengatakan, Taliban berusaha menunjukkan wajah yang lebih modern dan direformasi kepada dunia, dibandingkan dengan bagaimana mereka berperilaku terakhir kali mereka berkuasa atau semacam Taliban 2.0.
"Saat ini, mereka lebih fleksibel dan sangat kooperatif. Mereka tidak memberlakukan aturan dan peraturan ketat untuk sekarang," kata Khan.
Namun, kelompok perempuan dan organisasi hak asasi manusia telah menunjukkan perbedaan besar antara apa yang dikatakan Taliban dan kenyataan di lapangan, dengan laporan banyak perempuan dan anak perempuan sekarang tidak diizinkan untuk pergi ke sekolah atau bekerja.
Bahkan sistem perbankan Afghanistan disebutkan hampir runtuh, kata bos salah satu bank pemberi pinjaman terbesar di negara itu kepada BBC. Tidak hanya itu, Program Pangan Dunia PBB telah memperingatkan, bahwa hanya 5% rumah tangga di Afghanistan yang memiliki cukup makanan setiap hari.
Setengah dari mereka yang disurvei mengatakan, telah kehabisan makanan sama sekali setidaknya sekali dalam dua minggu terakhir. Jadi mengakses dana internasional dan bantuan asing adalah kunci untuk kelangsungan hidup Afghanistan.
Tetapi negara-negara seperti AS mengatakan, tengah mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan Taliban -itu akan tergantung pada beberapa pra kondisi- termasuk perlakuan rezim terhadap perempuan dan minoritas.
Kepala Eksekutif Bank Islam Afghanistan, Syed Moosa Kaleem Al-Falahi menegaskan, bahwa meskipun ada pernyataan dari Taliban bahwa perempuan tidak diizinkan bekerja untuk "sementara waktu", perempuan di banknya sudah kembali bekerja.
"Ada semacam... ketakutan di antara para wanita, sehingga membuat mereka tidak datang ke kantor. Tetapi sekarang secara bertahap, mereka mulai datang ke kantor," katanya.
Komentar Al Falahi juga menimpali pernyataan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan baru-baru ini.
Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Khan mengatakan, Taliban berusaha menunjukkan wajah yang lebih modern dan direformasi kepada dunia, dibandingkan dengan bagaimana mereka berperilaku terakhir kali mereka berkuasa atau semacam Taliban 2.0.
"Saat ini, mereka lebih fleksibel dan sangat kooperatif. Mereka tidak memberlakukan aturan dan peraturan ketat untuk sekarang," kata Khan.
Namun, kelompok perempuan dan organisasi hak asasi manusia telah menunjukkan perbedaan besar antara apa yang dikatakan Taliban dan kenyataan di lapangan, dengan laporan banyak perempuan dan anak perempuan sekarang tidak diizinkan untuk pergi ke sekolah atau bekerja.
(akr)