PGE Siap Tambah Kapasitas Pembangkit Jadi 1.500 MW di 2030
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy ( PGE ), bagian dari Sub Holding Power New Renewable Energy Pertamina, mengejar target untuk bertranformasi menjadi perusahaan energi hijau kelas dunia pada 2030. Untuk itu, perusahaan menargetkan penambahan kapasitas pembangkit dari saat ini 672 MW menjadi 1.500 MW di 2030.
Direktur Utama PGE Ahmad Subarkah Yuniarto menambahkan, perusahaan juga berupaya menjadi pemain global dengan pendapatan mencapai USD1 miliar pada 2030. "Kami ingin berkembang dan melakukan diversifikasi beyond geothermal energy dan mempunyai environment impact yang signifikan. Pada 2030 diharapkan kami bisa partisipasi dalam penurunan emisi lebih dari 8 juta ton per tahun," ungkap Ahmad di webinar bertajuk "Masa Depan Industri Panas Bumi di Tengah Glorifikasi Pengembangan EBT", Rabu (6/10/2021).
Ahmad menambahkan, pengembangan energi panas bumi berperan penting untuk mencapai target dekarbonisasi dan mencapai net zero emission pada 2060. "Kami yakin panas bumi bisa jadi game changer dalam transisi energi dan upaya percepatan transisi energi," tegasnya.
Dalam diskusi tersebut, Direktur Utama PT Medco Power Indonesia Eka Satria Djalins menyebutkan bahwa potensi panas bumi yang dimiliki Indonesia bisa menjadi tulang punggung penyediaan energi nasional di masa depan. Namun, kata dia, meski potensi panas bumi Indonesia sangat besar, realisasi pengembangannya berupa Wilayah Kerja Panas Bumi yang sudah berproduksi masih sedikit. "Untuk itu, semua stakeholder harus terlibat untuk menjawab dan menyelesaikan isu-isu yang ada dalam pengembangan panas bumi di Indonesia," tandasnya.
Guna mendorong pengembangan energi panas bumi, menurutnya ada 3 hal yang harus disiapkan, yakni kebijakan yang mendorong pertumbuhan perkembangan energi. Kemudian, teknologi yang tepat guna, efisien, dan bisa menghasilkan energi yang efisien. "Ketiga, kita harus melihat geothermal tidak hanya dari sisi produksi, namun juga beyond electricity," tuturnya.
Direktur Utama PT Geo Dipa Energi (Persero) Riki F Ibrahim menambahkan, pengembangan energi panas bumi nasional harus dimulai saat ini untuk mencapai visi Indoneisa 2045. "Kalau tidak sekarang dilakukan, akan terlambat. Ini tidak mudah, sama beratnya dengan pandemi Covid-19. Isu climate change juga tantangannya," kata dia.
Riki mengapresiasi pemerintah yang telah banyak memberikan insentif guna mengurangi ketidakpastian di bisnis dari panas bumi. Di bagian lain, jelas dia, pengembangan panas bumi yang relatif mahal juga membutuhkan pengembang yang serius dan memiliki komitmen kuat.
Sementara, Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia Priyandaru Effendi mengatakan bahwa harus ada percepatan pengembangan panas bumi untuk mendukung pencapaian target net zero emission. "Panas bumi bisa berkontribusi besar, tapi harus ada extraordiary effort," tegasnya.
Direktur Panas Bumi Direktorat EBTKE Kementerian ESDM Harris Yahya mengatakan bahwa Indonesia mempunyai potensi panas bumi terbesar kedua setelah Amerika Serikat (AS). Dia menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk mendukung pengembangan potensi tersebut.
Harris mengatakan, pembangkit panas bumi hingga 2035 ditargetkan bertambah 3.335 MW. Hal itu, imbuh dia, bisa dicapai jika ada sinergi dan upaya bersama dari semua pihak. "Regulasi sudah sangat lengkap, sudah identifikasi tantangan spesifik untuk panas bumi dan strateginya. Keterlibatan stakeholder sangat penting. Kami harap kita satu visi terkait hal ini," tandasnya.
Direktur Utama PGE Ahmad Subarkah Yuniarto menambahkan, perusahaan juga berupaya menjadi pemain global dengan pendapatan mencapai USD1 miliar pada 2030. "Kami ingin berkembang dan melakukan diversifikasi beyond geothermal energy dan mempunyai environment impact yang signifikan. Pada 2030 diharapkan kami bisa partisipasi dalam penurunan emisi lebih dari 8 juta ton per tahun," ungkap Ahmad di webinar bertajuk "Masa Depan Industri Panas Bumi di Tengah Glorifikasi Pengembangan EBT", Rabu (6/10/2021).
Ahmad menambahkan, pengembangan energi panas bumi berperan penting untuk mencapai target dekarbonisasi dan mencapai net zero emission pada 2060. "Kami yakin panas bumi bisa jadi game changer dalam transisi energi dan upaya percepatan transisi energi," tegasnya.
Dalam diskusi tersebut, Direktur Utama PT Medco Power Indonesia Eka Satria Djalins menyebutkan bahwa potensi panas bumi yang dimiliki Indonesia bisa menjadi tulang punggung penyediaan energi nasional di masa depan. Namun, kata dia, meski potensi panas bumi Indonesia sangat besar, realisasi pengembangannya berupa Wilayah Kerja Panas Bumi yang sudah berproduksi masih sedikit. "Untuk itu, semua stakeholder harus terlibat untuk menjawab dan menyelesaikan isu-isu yang ada dalam pengembangan panas bumi di Indonesia," tandasnya.
Guna mendorong pengembangan energi panas bumi, menurutnya ada 3 hal yang harus disiapkan, yakni kebijakan yang mendorong pertumbuhan perkembangan energi. Kemudian, teknologi yang tepat guna, efisien, dan bisa menghasilkan energi yang efisien. "Ketiga, kita harus melihat geothermal tidak hanya dari sisi produksi, namun juga beyond electricity," tuturnya.
Direktur Utama PT Geo Dipa Energi (Persero) Riki F Ibrahim menambahkan, pengembangan energi panas bumi nasional harus dimulai saat ini untuk mencapai visi Indoneisa 2045. "Kalau tidak sekarang dilakukan, akan terlambat. Ini tidak mudah, sama beratnya dengan pandemi Covid-19. Isu climate change juga tantangannya," kata dia.
Riki mengapresiasi pemerintah yang telah banyak memberikan insentif guna mengurangi ketidakpastian di bisnis dari panas bumi. Di bagian lain, jelas dia, pengembangan panas bumi yang relatif mahal juga membutuhkan pengembang yang serius dan memiliki komitmen kuat.
Sementara, Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia Priyandaru Effendi mengatakan bahwa harus ada percepatan pengembangan panas bumi untuk mendukung pencapaian target net zero emission. "Panas bumi bisa berkontribusi besar, tapi harus ada extraordiary effort," tegasnya.
Direktur Panas Bumi Direktorat EBTKE Kementerian ESDM Harris Yahya mengatakan bahwa Indonesia mempunyai potensi panas bumi terbesar kedua setelah Amerika Serikat (AS). Dia menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk mendukung pengembangan potensi tersebut.
Harris mengatakan, pembangkit panas bumi hingga 2035 ditargetkan bertambah 3.335 MW. Hal itu, imbuh dia, bisa dicapai jika ada sinergi dan upaya bersama dari semua pihak. "Regulasi sudah sangat lengkap, sudah identifikasi tantangan spesifik untuk panas bumi dan strateginya. Keterlibatan stakeholder sangat penting. Kami harap kita satu visi terkait hal ini," tandasnya.
(fai)