Bursa Asia Kokoh, Investor Tunggu Rilis Data Tenaga Kerja AS

Jum'at, 08 Oktober 2021 - 11:09 WIB
loading...
Bursa Asia Kokoh, Investor Tunggu Rilis Data Tenaga Kerja AS
Bursa saham di kawasan Asia terpantau menguat pada Jumat (8/10/2021) pagi. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Bursa saham di kawasan Asia terpantau menguat pada Jumat (8/10/2021) pagi seiring kembali dibukanya bursa China dari pekan liburan panjang. Mengekor ke Wall Street, investor diperkirakan masih mencermati sejumlah data penting dari penyerapan tenaga kerja Amerika Serikat (AS) untuk memastikan agenda tapering Federal Reserve atau The Fed.

Indeks MSCI selain Jepang naik 0,5% setelah sempat reli 2,1% sehari sebelumnya. Ini merupakan kenaikan terbesar sejak Agustus 2021. Hingga pukul 09:49 WIB, Nikkei 225 Jepang (N225) bergerak naik (2,12%) di 28.263,50. Shanghai Composite China (SSEC) melesat (0,56%) di 3.588,24.



Menguatnya bursa China tak lepas dari tekanan jual yang terjadi selama tiga bulan terakhir. Selain disebabkan karena krisis utang sektor propertinya, juga dipicu adanya perubahan regulasi yang ketat, dan baru-baru ini krisis energi.

"Perdebatan tentang China bakal sedikit bergeser dari yang sangat negatif sebelumnya," kata Head of Equity Strategy HSBC Herald van der Linde, dilansir Reuters, Jumat (8/10/2021).

Kospi Korea Selatan (KS11) meningkat (0,29%) di 2.968,18, Hang Seng Hong Kong (HSI) meningkat (0,31%) di 24.771,16. Selanjutnya S&P/ASX 200 Australia menguat (0,82%) di 7.316,40.

Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia dibuka menguat di 6.440,00 dan bergerak melesat (1,13%) di 6.490,31 pada pukul 09:55 WIB.



Semalam, tiga indeks acuan Wall Street ditutup menguat yakni DJI (0,98%), NDX (1,05%), dan SPX (0,83%). Saat ini investor masih terus mencermati data ketenagakerjaan AS untuk September yang akan dirilis pada Jumat malam waktu AS.

Adapun rilis ini penting mengingat dapat mengindikasikan langkah Federal Reserve dalam menyegerakan agenda pengurangan pembelian aset (tapering) serta mengurangi stimulus moneter.

"Data pekerjaan (AS) kemungkinan bisa lebih rendah dari yang diharapkan dan sepertinya bakal meleset dari ekspektasi. Padahal, data payrolls dapat mendukung penguatan dolar AS," terang Analis CBA dalam catatannya.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1287 seconds (0.1#10.140)