Kedatangan TKA Diikuti Terbukanya Lapangan Kerja Bagi Tenaga Lokal
loading...
A
A
A
KONAWE - Kawasan Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) yang menjadi fasilitas pengembangan, pengolahan dan pemurnian bijih nikel di Konawe, Sulawesi Tenggara ikut berperan dalam kemajuan dan pengembangan masyarakat sekitar. Sejak berdiri enam tahun lalu, VDNI memberikan dampak ekonomi yang cukup signifikan masyarakat setempat, terutama Desa Puurui, Kecamatan Morosi.
Sebagaimana yang diungkapkan Kepala Desa Puurui, Mahadi, 52 tahun, bahwa banyak masyarakat sekitar yang direkrut sebagai karyawan sehingga kehadiran industri tersebut membuka lapangan kerja kepada masyarakat yang sebelumnya bekerja tidak menentu. Dirinya pun tidak terlalu mempermasalahkan kedatangan tenaga kerja asing dari China, namun dengan catatan pemerintah mengatur protokol kesehatan yang ketat untuk penanganan corona.
Menurutnya, hubungan antara masyarakat dan pekerja asing selama ini terjalin dengan baik. Mahadi cukup menyayangkan adanya komentar-komentar miring tanpa mempertimbangkan kondisi perekonomian masyarakat setempat yang bergantung pada beroperasinya industri pengolahan nikel. "Selain itu, sejak adanya pandemi Covid-19, perusahaan memang membatasi kegiatan para tenaga kerja asing, tidak ada yang keluar," kata Mahadi dalam keterangan tertulis, Selasa (2/6/2020).
Pernyataan Mahadi itu pun diamini Jusman Usman (37), salah satu putra daerah yang kini bekerja di kawasan VDNI. Warga Kecamatan Besulutu yang sudah 5 tahun bekerja di PT OSS itu mengungkapkan bahwa sejak awal bekerja di kawasan industri tersebut, kedatangan TKA selalu diikuti dengan terbukanya lapangan kerja untuk lebih banyak lagi pekerja lokal.
"Untuk TKA datang itu kan khusus pembangunan smelter, saya rasa tidak akan bisa mereka kerjakan sendiri tanpa karyawan lokal, jadi harus berdampingan. Mereka datangnya 500 orang otomatis karyawan yang nanti direkrut akan banyak karena dari segi konstruksi, smelter itu rumit pembangunannya. Jadi pasti memerlukan tenaga kerja lokal," terang Jusman, yang sebelumnya berprofesi sebagai petani.
Selain Jusman, Isra (26), warga Kecamatan Bondoala, sempat dikirim ke China selama 1 tahun untuk memelajari proses peleburan nikel dan stainless steel. "TKA yang ada di sini terutama yang ahli-ahli sebenarnya mereka mau ngajarin kita bagaimana cara prosesnya. Kadang ada kendala bahasa tapi sekarang sedikit-sedikit belajar (bahasa China)," papar Isra.
Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat yang juga pengurus Masjid Babulhair di Kendari, Rustam (66) juga menyampaikan aspek protokol kesehatan para TKA amat penting bagi masyarakat. "Saya kira tidak ada masalah. Yang penting yang datang itu benar-benar bersih dari Covid-19. Kan sudah ada aturan di situ, untuk bisa karantina selama 14 hari," ucap Rustam.
"Tidak boleh jika tidak steril di Kendari. Jika sudah steril ngapain dilarang lagi kan membangun perekonomian di Sulawesi Tenggara kan. Yang jelas jika tidak ada investor, tidak akan berkembang daerah kami," lanjutnya.
Sebagaimana yang diungkapkan Kepala Desa Puurui, Mahadi, 52 tahun, bahwa banyak masyarakat sekitar yang direkrut sebagai karyawan sehingga kehadiran industri tersebut membuka lapangan kerja kepada masyarakat yang sebelumnya bekerja tidak menentu. Dirinya pun tidak terlalu mempermasalahkan kedatangan tenaga kerja asing dari China, namun dengan catatan pemerintah mengatur protokol kesehatan yang ketat untuk penanganan corona.
Menurutnya, hubungan antara masyarakat dan pekerja asing selama ini terjalin dengan baik. Mahadi cukup menyayangkan adanya komentar-komentar miring tanpa mempertimbangkan kondisi perekonomian masyarakat setempat yang bergantung pada beroperasinya industri pengolahan nikel. "Selain itu, sejak adanya pandemi Covid-19, perusahaan memang membatasi kegiatan para tenaga kerja asing, tidak ada yang keluar," kata Mahadi dalam keterangan tertulis, Selasa (2/6/2020).
Pernyataan Mahadi itu pun diamini Jusman Usman (37), salah satu putra daerah yang kini bekerja di kawasan VDNI. Warga Kecamatan Besulutu yang sudah 5 tahun bekerja di PT OSS itu mengungkapkan bahwa sejak awal bekerja di kawasan industri tersebut, kedatangan TKA selalu diikuti dengan terbukanya lapangan kerja untuk lebih banyak lagi pekerja lokal.
"Untuk TKA datang itu kan khusus pembangunan smelter, saya rasa tidak akan bisa mereka kerjakan sendiri tanpa karyawan lokal, jadi harus berdampingan. Mereka datangnya 500 orang otomatis karyawan yang nanti direkrut akan banyak karena dari segi konstruksi, smelter itu rumit pembangunannya. Jadi pasti memerlukan tenaga kerja lokal," terang Jusman, yang sebelumnya berprofesi sebagai petani.
Selain Jusman, Isra (26), warga Kecamatan Bondoala, sempat dikirim ke China selama 1 tahun untuk memelajari proses peleburan nikel dan stainless steel. "TKA yang ada di sini terutama yang ahli-ahli sebenarnya mereka mau ngajarin kita bagaimana cara prosesnya. Kadang ada kendala bahasa tapi sekarang sedikit-sedikit belajar (bahasa China)," papar Isra.
Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat yang juga pengurus Masjid Babulhair di Kendari, Rustam (66) juga menyampaikan aspek protokol kesehatan para TKA amat penting bagi masyarakat. "Saya kira tidak ada masalah. Yang penting yang datang itu benar-benar bersih dari Covid-19. Kan sudah ada aturan di situ, untuk bisa karantina selama 14 hari," ucap Rustam.
"Tidak boleh jika tidak steril di Kendari. Jika sudah steril ngapain dilarang lagi kan membangun perekonomian di Sulawesi Tenggara kan. Yang jelas jika tidak ada investor, tidak akan berkembang daerah kami," lanjutnya.
(akr)