Soal 500 TKA China, Kemenko Maritim dan Investasi Kembali Buka Suara
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi kembali buka suara mengenai rencana kehadiran 500 tenaga kerja asing (TKA) asal China sekitar akhir Juni atau awal Juli mendatang. Kehadiran TKA china itu disebut vital untuk mempercepat pembangunan smelter dengan teknologi RKEF (rotary kiln-electric furnace) dari China.
Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi menegaskan, kehadiran para TKA untuk pembangunan smelter di Indonesia, khususnya Konawe, Sulawesi Tenggara tidak akan menggeser para pekerja Indonesia.
"Saya akan bicara apa adanya saja. Rencana kehadiran 500 TKA China sekitar akhir Juni atau awal Juli adalah untuk mempercepat pembangunan smelter dengan teknologi RKEF dari China. Kita harus jujur bahwa dengan teknologi RKEF China mereka bisa bangun secara ekonomis, cepat, dan memiliki standar lingkungan yang baik," kata Jodi di Jakarta, Jumat (29/5/2020).
(Baca Juga: Soal Impor 500 TKA, DPR Anggap Kemenaker Gagal Bina Pekerja Lokal)
Dia melanjutkan, tekonologi ini juga menghasilkan produk hilirisasi nikel yang bisa bersaing di pasar internasional. Pasalnya TKA bagian dari tim konstruksi yang akan mempercepat pembangunan smelter dimaksud. Setelah smelter tersebut jadi, kata dia, maka TKA tersebut akan kembali ke negara masing-masing. Pada saat operasi, mayoritas tenaga kerja akan berasal dari lokal.
Jodi mencontohkan proyek IMIP yang ada di Morowali yang saat ini sudah beroperasi secara penuh, dengan sedikit pembangunan fasilitas hilirisasi nikel yang sedang dikembangkan. "Jumlah tenaga kerja lokal saat ini adalah 39.500 sementara yang TKA ada 5.500. Jadi jumlah TKA kira-kira 12% dari total pekerja, saya yakin jika proses pembangunan smelter yang baru sudah selesai jumlahnya pun akan turun," cetusnya.
Dia menambahkan, Weda Bay, yang saat ini sebagian besar masih dalam fase konstruksi, total jumlah tenaga kerja tercatat mencapai 8.900 orang. Rinciannya, sebanyak 7.700 tenaga kerja lokal dan 1.200 orang TKA. Contoh lain, di Kawasan industri Virtue Dragon di Konawe, jumlah tenaga kerja seluruhnya adalah 11.790 orang dengan komposisi 11.084 tenaga kerja lokal dan 706 TKA China.
"Jadi kalau nambah 500 TKA untuk mempercepat progress konstruksi agar cepat beroperasi sehingga tenaga kerja lokal bisa lebih banyak diserap, apakah hal itu suatu yang salah? Jadi TKA yang datang ini bukan malah mengambil pekerjaan dari tenaga kerja lokal, tapi justru untuk mempercepat penyerapan tenaga kerja lokal, karena ketika sudah mulai beroperasi, tenaga kerja lokal akan mayoritas," tambahnya.
(Baca Juga: Viral di Media Sosial, TKA China Tewas Terlindas Truk di Konawe)
Jodi beralasan, penciptaan lapangan kerja adalah prioritas utama dari pemerintah. Dia berharap fakta itu tidak diputarbalik dengan informasi yang menyesatkan. Dia mengklaim, ke depan tenaga kerja lokal akan bertambah seiring berjalannya pelatihan keterampilan.
"Apa yang dijalankan pemerintah sekarang adalah implementasi secara konsisten dari semangat Undang-Undang Minerba yang melarang ekspor mineral mentah yang dikeluarkan oleh pemerintah sebelumnya," katanya.
Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi menegaskan, kehadiran para TKA untuk pembangunan smelter di Indonesia, khususnya Konawe, Sulawesi Tenggara tidak akan menggeser para pekerja Indonesia.
"Saya akan bicara apa adanya saja. Rencana kehadiran 500 TKA China sekitar akhir Juni atau awal Juli adalah untuk mempercepat pembangunan smelter dengan teknologi RKEF dari China. Kita harus jujur bahwa dengan teknologi RKEF China mereka bisa bangun secara ekonomis, cepat, dan memiliki standar lingkungan yang baik," kata Jodi di Jakarta, Jumat (29/5/2020).
(Baca Juga: Soal Impor 500 TKA, DPR Anggap Kemenaker Gagal Bina Pekerja Lokal)
Dia melanjutkan, tekonologi ini juga menghasilkan produk hilirisasi nikel yang bisa bersaing di pasar internasional. Pasalnya TKA bagian dari tim konstruksi yang akan mempercepat pembangunan smelter dimaksud. Setelah smelter tersebut jadi, kata dia, maka TKA tersebut akan kembali ke negara masing-masing. Pada saat operasi, mayoritas tenaga kerja akan berasal dari lokal.
Jodi mencontohkan proyek IMIP yang ada di Morowali yang saat ini sudah beroperasi secara penuh, dengan sedikit pembangunan fasilitas hilirisasi nikel yang sedang dikembangkan. "Jumlah tenaga kerja lokal saat ini adalah 39.500 sementara yang TKA ada 5.500. Jadi jumlah TKA kira-kira 12% dari total pekerja, saya yakin jika proses pembangunan smelter yang baru sudah selesai jumlahnya pun akan turun," cetusnya.
Dia menambahkan, Weda Bay, yang saat ini sebagian besar masih dalam fase konstruksi, total jumlah tenaga kerja tercatat mencapai 8.900 orang. Rinciannya, sebanyak 7.700 tenaga kerja lokal dan 1.200 orang TKA. Contoh lain, di Kawasan industri Virtue Dragon di Konawe, jumlah tenaga kerja seluruhnya adalah 11.790 orang dengan komposisi 11.084 tenaga kerja lokal dan 706 TKA China.
"Jadi kalau nambah 500 TKA untuk mempercepat progress konstruksi agar cepat beroperasi sehingga tenaga kerja lokal bisa lebih banyak diserap, apakah hal itu suatu yang salah? Jadi TKA yang datang ini bukan malah mengambil pekerjaan dari tenaga kerja lokal, tapi justru untuk mempercepat penyerapan tenaga kerja lokal, karena ketika sudah mulai beroperasi, tenaga kerja lokal akan mayoritas," tambahnya.
(Baca Juga: Viral di Media Sosial, TKA China Tewas Terlindas Truk di Konawe)
Jodi beralasan, penciptaan lapangan kerja adalah prioritas utama dari pemerintah. Dia berharap fakta itu tidak diputarbalik dengan informasi yang menyesatkan. Dia mengklaim, ke depan tenaga kerja lokal akan bertambah seiring berjalannya pelatihan keterampilan.
"Apa yang dijalankan pemerintah sekarang adalah implementasi secara konsisten dari semangat Undang-Undang Minerba yang melarang ekspor mineral mentah yang dikeluarkan oleh pemerintah sebelumnya," katanya.
(fai)