Keuangan Digital Permudah UMKM Akses Produk Layanan Keuangan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI ) mengungkapkan peran strategis layanan keuangan digital dalam meningkatkan inklusi keuangan bagi pelaku usaka mikro, kecil, dan menengah ( UMKM ) dan konsumen.
LD FEB UI memberikan salah satu contoh risetnya yang mengungkap bahwa omzet mitra UMKM di ekosistem digital GoTo Financial pada tahun 2021 diprediksi naik 37% dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut setara dengan Rp53,2 triliun.
Pengamat ekonomi UI Fithra Faisal Hastiadi menyebut hasil temuan LD FEB UI itu menunjukkan peran penting digitalisasi bagi peningkatkan omzet sektor UMKM. Menurutnya, di masa pandemi, layanan keuangan dan solusi bisnis digital justru tumbuh paling kencang dibandingkan sektor lainnya.
“Tren selama pandemi ini adalah adanya switching dari usaha offline menjadi digital platform, dari fisik menjadi nonfisik. Digitalisasi ini menjadi penyumbang bagi peningkatan omzet mitra UMKM di GoTo Financial,” kata Fithra.
Fithra menambahkan solusi bisnis dari GoTo Financial dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha dari berbagai industri, mulai dari kuliner, kecantikan, fashion, bengkel, hingga pedagang eceran. Oleh karena itu, lanjutnya, untuk mendorong kemajuan UMKM sebagai tulang punggung ekonomi, kolaborasi dan sinergi antarpihak mutlak diperlukan.
“Ini sinyal pertumbuhan ekonomi. Apabila UMKM mampu masuk dalam sektor digital, mereka tidak hanya survive saat pandemi, tetapi juga akan bisa meningkatkan omzet, bahkan hingga ratusan persen. Tetapi jika UMKM tidak mampu beradaptasi dengan digitalisasi, mereka akan tertinggal dan hal ini bisa menimbulkan terjadinya gap yang semakin lebar,” tandasnya.
Oleh karena itu, imbuh Fithra, dibutuhkan peran pemerintah untuk menjembatani gap ini. Salah satunya adalah dengan mendorong para pelaku UMKM untuk bergabung dalam platform digital melalui program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI). Dari upaya yang dilakukan pemerintah ini, hingga akhir 2020, tercatat sebanyak 11,7 UMKM on boarding ke bisnis daring.
“Upaya mendorong digitalisasi UMKM ini akan bisa berjalan dengan baik jika diterapkan konsep Quadruple Helix Model. Konsep ini merupakan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pebisnis/industri, dan komunitas. Jadi harus ada koordinasi dari empat komponen ini sehingga tercipta inovasi dalam pengembangan ekonomi,” imbuhnya.
Meski saat ini berbagai pihak terus mendorong digitalisasi UMKM, Fithra justru menilai perlu adanya keseimbangan antara online dan offline. Keseimbangan ini bisa diwujudkan melalui strategi Omnichannel.
Secara sederhana, Omnichannel merupakan pendekatan penjualan multisaluran yang berfokus pada memberikan pengalaman kepada pelanggan tanpa batas, baik klien berbelanja online dari perangkat seluler maupun laptop, atau berbelanja di toko fisik.
“Kalau hanya menjalankan satu channel, tentu akan sangat riskan. Makanya dengan konsep Omnichannel, akan ada keseimbangan. Contohnya Amazon, mereka tidak hanya menjalankan bisnis secara online, tetapi juga memiliki toko fisik. Nah, konsep seperti ini juga harus diterapkan oleh para pelaku UMKM,” ujarnya.
GoTo Financial sendiri terus melengkapi rangkaian solusi bisnis komprehensif dan inklusif untuk pelaku UMKM dari berbagai bidang. Tujuannya agar para pelaku UMKM bisa bangkit bersama di masa pandemi.
Solusi yang dihadirkan GoTo Financial terdiri dari GoPay, Paylater, GoSure, GoInvestasi, GoStore, Moka, Selly, Midtrans, dan GoBiz Plus. Selain itu, GoTo Financial juga sudah bermitra dengan lebih dari 20 bank dan institusi keuangan lainnya.
Fithra melihat GoTo Financial saat bekerja sama dengan UMKM, secara tidak langsung telah mengajarkan konsolidasi keuangan dan perbankan. Ia mencontohkan, ketika pembayaran masuk ke dalam GoPay, laporan keuangan sudah terkonsolidasi.
“Keberadaan GoPay ini sangat memudahkan para pelaku UMKM. Mereka otomatis akan mendapatkan laporan keuangan dari setiap transaksi. Dengan adanya laporan keuangan dari GoPay, para pelaku UMKM bisa lebih mudah mendapatkan akses kredit ke perbankan untuk mengembangkan usaha mereka,” terang Fithra.
GoPay sendiri menjadi metode pembayaran digital yang pertama kali digunakan oleh pelaku UMKM dan konsumen. Sekitar 60% UMKM menggunakan GoPay sebagai metode pembayaran digital pertama yang diterima di usahanya. Begitu juga dari sisi konsumen. Sebanyak 46% konsumen memilih GoPay untuk transaksi non-tunai pertamanya.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika keberadaan GoTo Financial membuat masyarakat lebih terbuka dalam memanfaatkan layanan keuangan lainnya. Bahkan ekosistem digital juga mendorong pemanfaatan produk keuangan yang tidak biasa digunakan masyarakat luas, seperti pinjaman dan investasi.
LD FEB UI memberikan salah satu contoh risetnya yang mengungkap bahwa omzet mitra UMKM di ekosistem digital GoTo Financial pada tahun 2021 diprediksi naik 37% dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut setara dengan Rp53,2 triliun.
Pengamat ekonomi UI Fithra Faisal Hastiadi menyebut hasil temuan LD FEB UI itu menunjukkan peran penting digitalisasi bagi peningkatkan omzet sektor UMKM. Menurutnya, di masa pandemi, layanan keuangan dan solusi bisnis digital justru tumbuh paling kencang dibandingkan sektor lainnya.
“Tren selama pandemi ini adalah adanya switching dari usaha offline menjadi digital platform, dari fisik menjadi nonfisik. Digitalisasi ini menjadi penyumbang bagi peningkatan omzet mitra UMKM di GoTo Financial,” kata Fithra.
Fithra menambahkan solusi bisnis dari GoTo Financial dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha dari berbagai industri, mulai dari kuliner, kecantikan, fashion, bengkel, hingga pedagang eceran. Oleh karena itu, lanjutnya, untuk mendorong kemajuan UMKM sebagai tulang punggung ekonomi, kolaborasi dan sinergi antarpihak mutlak diperlukan.
“Ini sinyal pertumbuhan ekonomi. Apabila UMKM mampu masuk dalam sektor digital, mereka tidak hanya survive saat pandemi, tetapi juga akan bisa meningkatkan omzet, bahkan hingga ratusan persen. Tetapi jika UMKM tidak mampu beradaptasi dengan digitalisasi, mereka akan tertinggal dan hal ini bisa menimbulkan terjadinya gap yang semakin lebar,” tandasnya.
Oleh karena itu, imbuh Fithra, dibutuhkan peran pemerintah untuk menjembatani gap ini. Salah satunya adalah dengan mendorong para pelaku UMKM untuk bergabung dalam platform digital melalui program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI). Dari upaya yang dilakukan pemerintah ini, hingga akhir 2020, tercatat sebanyak 11,7 UMKM on boarding ke bisnis daring.
“Upaya mendorong digitalisasi UMKM ini akan bisa berjalan dengan baik jika diterapkan konsep Quadruple Helix Model. Konsep ini merupakan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pebisnis/industri, dan komunitas. Jadi harus ada koordinasi dari empat komponen ini sehingga tercipta inovasi dalam pengembangan ekonomi,” imbuhnya.
Meski saat ini berbagai pihak terus mendorong digitalisasi UMKM, Fithra justru menilai perlu adanya keseimbangan antara online dan offline. Keseimbangan ini bisa diwujudkan melalui strategi Omnichannel.
Secara sederhana, Omnichannel merupakan pendekatan penjualan multisaluran yang berfokus pada memberikan pengalaman kepada pelanggan tanpa batas, baik klien berbelanja online dari perangkat seluler maupun laptop, atau berbelanja di toko fisik.
“Kalau hanya menjalankan satu channel, tentu akan sangat riskan. Makanya dengan konsep Omnichannel, akan ada keseimbangan. Contohnya Amazon, mereka tidak hanya menjalankan bisnis secara online, tetapi juga memiliki toko fisik. Nah, konsep seperti ini juga harus diterapkan oleh para pelaku UMKM,” ujarnya.
GoTo Financial sendiri terus melengkapi rangkaian solusi bisnis komprehensif dan inklusif untuk pelaku UMKM dari berbagai bidang. Tujuannya agar para pelaku UMKM bisa bangkit bersama di masa pandemi.
Solusi yang dihadirkan GoTo Financial terdiri dari GoPay, Paylater, GoSure, GoInvestasi, GoStore, Moka, Selly, Midtrans, dan GoBiz Plus. Selain itu, GoTo Financial juga sudah bermitra dengan lebih dari 20 bank dan institusi keuangan lainnya.
Fithra melihat GoTo Financial saat bekerja sama dengan UMKM, secara tidak langsung telah mengajarkan konsolidasi keuangan dan perbankan. Ia mencontohkan, ketika pembayaran masuk ke dalam GoPay, laporan keuangan sudah terkonsolidasi.
“Keberadaan GoPay ini sangat memudahkan para pelaku UMKM. Mereka otomatis akan mendapatkan laporan keuangan dari setiap transaksi. Dengan adanya laporan keuangan dari GoPay, para pelaku UMKM bisa lebih mudah mendapatkan akses kredit ke perbankan untuk mengembangkan usaha mereka,” terang Fithra.
GoPay sendiri menjadi metode pembayaran digital yang pertama kali digunakan oleh pelaku UMKM dan konsumen. Sekitar 60% UMKM menggunakan GoPay sebagai metode pembayaran digital pertama yang diterima di usahanya. Begitu juga dari sisi konsumen. Sebanyak 46% konsumen memilih GoPay untuk transaksi non-tunai pertamanya.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika keberadaan GoTo Financial membuat masyarakat lebih terbuka dalam memanfaatkan layanan keuangan lainnya. Bahkan ekosistem digital juga mendorong pemanfaatan produk keuangan yang tidak biasa digunakan masyarakat luas, seperti pinjaman dan investasi.
(uka)