Produk Furnitur Jateng Terbang ke UEA, Nilai Ekspor Lampaui Rp404 Juta
loading...
A
A
A
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan provinsi Jawa Tengah M Arif Sambodo berharap, pelepasan ekspor ini menjadi motivasi khususnya bagi 25 peserta ECP tahun 2021 lainnya yang belum berhasil melakukan ekspor selama mengikuti ECP.
Dia membeberkan, persentase ekspor furnitur ke UEA tercatat sebesar 0,93 persen dari total nilai ekspor furnitur Jateng pada periode Januari–Juli 2021. “Hal ini menandakan bahwa potensi ekspor furnitur ke UEA masih terbuka luas. Selain UEA, negara tujuan non-tradisional yang cukup potensial bagi furnitur adalah Spanyol, Kanada, dan Swedia,” urainya.
Pemilik sekaligus Komisaris CV Mebel Internasional Christianto Prabawa menambahkan, kenaikan biaya kontainer dan mahalnya logistik cukup memberi dampak pada daya saing produk ekspornya. Menurut dia, produknya harus menunggu 4-6 minggu untuk bisa dikirimkan.
Kenaikan biaya logistik juga memberikan importir kecenderungan untuk mendatangkan barang dari negara-negara yang lebih dekat, seperti halnya pembeli Eropa cenderung mendatangkan barang dari Eropa Timur dan pembeli Amerika Serikat mendatangkan barang dari Meksiko yang lebih murah. Belum lagi lonjakan harga barang-barang pendukung yang harus diimpor sehingga semakin memberatkan.
“Kami sangat terbantu dengan program ECP, khususnya dalam mencari pembeli. Kami ucapkan terima kasih kepada Kementerian Perdagangan atas bimbingan dalam mengolah data, mencari kekuatan, mencari data calon pembeli, dan menawarkan produk sehingga membuahkan pembeli baru,” bebernya.
Dia membeberkan, persentase ekspor furnitur ke UEA tercatat sebesar 0,93 persen dari total nilai ekspor furnitur Jateng pada periode Januari–Juli 2021. “Hal ini menandakan bahwa potensi ekspor furnitur ke UEA masih terbuka luas. Selain UEA, negara tujuan non-tradisional yang cukup potensial bagi furnitur adalah Spanyol, Kanada, dan Swedia,” urainya.
Pemilik sekaligus Komisaris CV Mebel Internasional Christianto Prabawa menambahkan, kenaikan biaya kontainer dan mahalnya logistik cukup memberi dampak pada daya saing produk ekspornya. Menurut dia, produknya harus menunggu 4-6 minggu untuk bisa dikirimkan.
Kenaikan biaya logistik juga memberikan importir kecenderungan untuk mendatangkan barang dari negara-negara yang lebih dekat, seperti halnya pembeli Eropa cenderung mendatangkan barang dari Eropa Timur dan pembeli Amerika Serikat mendatangkan barang dari Meksiko yang lebih murah. Belum lagi lonjakan harga barang-barang pendukung yang harus diimpor sehingga semakin memberatkan.
“Kami sangat terbantu dengan program ECP, khususnya dalam mencari pembeli. Kami ucapkan terima kasih kepada Kementerian Perdagangan atas bimbingan dalam mengolah data, mencari kekuatan, mencari data calon pembeli, dan menawarkan produk sehingga membuahkan pembeli baru,” bebernya.
(ind)