Oh... Penjualan Barbie Masih Seksi, Mattel Raup Rp25,5 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di tengah munculnya berbagai hambatan akibat pandemi Covid-19, Mattel masih mencatatkan kinerja yang menggemaskan. Gergasi mainan pembuat Boneka Barbie itu menyatakan, penjualannya di kuartal III menembus USD1,8 miliar, atau sekitar Rp25,5 triliun. Pencapaian itu naik sekitar 8% dibanding kuartal sebelumnya.
Penjualan Mattel di kuartal III masih disokong oleh Boneka Barbie, boneka legendaris pujaan kaum hawa, dan Hotweels, mobil-mobilan ciamik. Pun disumbang oleh Jurassic World dan Masters of the Universe yang tumbuh 50%.
Kenaikan penualan itu berdampak positif terhadap harga saham Mattel. Pada perdagangan kemarin (21/10/2021) di pasar saham New York, saham emiten berkode MAT sempat menyentuh level USD,20,76 sebelum akhirnya ditutup di angka USD20,33.
Level pada penutupan perdagangan kemarin menunjukkan kenaikan dalam lima hari ke belakang. Pada perdagangan 15 Oktober harga saham Mattel "masih" nangkring di posisi USD19,66.
Untuk tetap mendongkrak penjualannya, Mattel akan terus membuat populasi Barbie menjadi lebih beragam, berdasarkan panutan dan profersi yang berbeda. Tahun ini perusahaan meluncurkan boneka superstar tenis, Naomi Osaka.
Ndilalahnya, meski meraih kenaikan penjualan, Mattel tampaknya tak terlalu semringah. Pasalnya, menyambut libur Natal, yang akan datang dalam dua bulan lagi, Mattel dihadapkan dengan sejumlah persoalan.
Kenaikan harga Barbie jelang Natal membuat mereka meramal banyak orang tak bernafsu mengumpulkan uang untuk mengoleksi si boneka seksi. Apalagi, para orang tua juga melakukan prioritas pengeluaran terhadap kebutuhan anak-anaknya.
Kenaikan harga disebabkan membengkaknya biaya pengiriman dan bahan baku akibat pandemi yang mengacak-acak operasional pelabuhan dan arus peti kemas.
"Industri mainan menghadapi tantangan ini bersama dengan bisnis yang lain. Meski berhasil melewatinya, kami terkena dampak gangguan rantai pasokan global (pada kuartal ketiga)," kata Ynon Kreiz, Dirut Mattel, kepada BBC, Jumat (22/10/2021).
Mattel memang sudah mengantisipasi semua itu untuk kebutuhan mainan saat Natal. Perusahaan, sebut Kreiz, telah memajukan produksi, mengamankan lebih banyak peti kemas, dan mendapat akses ke lebih banyak pelabuhan untuk menjaga pasokan.
Namun, dia menyatakan tidak bisa menjamin semua langkah antisipatif itu bisa menyelesaikan persoalan? "Saya tidak bisa mengatakan kami akan memenuhi semua permintaan," tandasnya.
Penjualan Mattel di kuartal III masih disokong oleh Boneka Barbie, boneka legendaris pujaan kaum hawa, dan Hotweels, mobil-mobilan ciamik. Pun disumbang oleh Jurassic World dan Masters of the Universe yang tumbuh 50%.
Kenaikan penualan itu berdampak positif terhadap harga saham Mattel. Pada perdagangan kemarin (21/10/2021) di pasar saham New York, saham emiten berkode MAT sempat menyentuh level USD,20,76 sebelum akhirnya ditutup di angka USD20,33.
Level pada penutupan perdagangan kemarin menunjukkan kenaikan dalam lima hari ke belakang. Pada perdagangan 15 Oktober harga saham Mattel "masih" nangkring di posisi USD19,66.
Untuk tetap mendongkrak penjualannya, Mattel akan terus membuat populasi Barbie menjadi lebih beragam, berdasarkan panutan dan profersi yang berbeda. Tahun ini perusahaan meluncurkan boneka superstar tenis, Naomi Osaka.
Ndilalahnya, meski meraih kenaikan penjualan, Mattel tampaknya tak terlalu semringah. Pasalnya, menyambut libur Natal, yang akan datang dalam dua bulan lagi, Mattel dihadapkan dengan sejumlah persoalan.
Kenaikan harga Barbie jelang Natal membuat mereka meramal banyak orang tak bernafsu mengumpulkan uang untuk mengoleksi si boneka seksi. Apalagi, para orang tua juga melakukan prioritas pengeluaran terhadap kebutuhan anak-anaknya.
Kenaikan harga disebabkan membengkaknya biaya pengiriman dan bahan baku akibat pandemi yang mengacak-acak operasional pelabuhan dan arus peti kemas.
"Industri mainan menghadapi tantangan ini bersama dengan bisnis yang lain. Meski berhasil melewatinya, kami terkena dampak gangguan rantai pasokan global (pada kuartal ketiga)," kata Ynon Kreiz, Dirut Mattel, kepada BBC, Jumat (22/10/2021).
Mattel memang sudah mengantisipasi semua itu untuk kebutuhan mainan saat Natal. Perusahaan, sebut Kreiz, telah memajukan produksi, mengamankan lebih banyak peti kemas, dan mendapat akses ke lebih banyak pelabuhan untuk menjaga pasokan.
Namun, dia menyatakan tidak bisa menjamin semua langkah antisipatif itu bisa menyelesaikan persoalan? "Saya tidak bisa mengatakan kami akan memenuhi semua permintaan," tandasnya.
(uka)