Membuka Jalan Produk UMKM ke Pasar Eropa lewat Ngborol Bareng Kang Dubes
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menjajaki peluang ekspor produk UMKM ke pasar Eropa, Gerakan kewirausahaan Perkumpulan Bumi Alumni (PBA) mengadakan acara Ngobrol Bareng Kang Dubes. Pada acara ngobrol bareng kali, tema yang diusung yakni 'Optimalisasi Potensi Peluang Ekspor Produk UMKM ke Pasar Eropa'.
Acara ini menghadirkan Dr. Andri Hadi SH, LLM, Duta Besar RI untuk Belgia, Luxemburg, dan Uni Eropa sebagai nara sumber dan Ketua Umum PBA, Dr. Ary Zulfikar SH MH, yang dimoderatori oleh Dr. Dewi Tenty, SH, MH, penggerak UMKM Alumni.
Tujuan utamanya tidak lain adalah untuk mengenalkan para pelaku UMKM di Indonesia agar dapat menjajaki peluang ekspor dengan menembus pasar Eropa.
Dalam sambutan pembukanya, Kang Azoo -sapaan akrab Ary Zulfikar- selaku Ketua Umum PBA yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Hukum LPS menekankan tiga hal utama dalam mengembangkan UMKM, yaitu komitmen, integritas, dan solidaritas.
Tiga hal tersebut menjadi kunci dalam mengembangkan produk-produk UMKM yang bernaung dalam PBA. Ia juga tidak lupa mengajak kepada semua pelaku UMKM yang tergabung dalam PBA untuk secara bersama-sama mencari peluang dengan membangun ekosistem.
Untuk mewujudkan cita-cita kemandirian wirausaha seluruh pelaku UMKM, Kang Azoo juga menegaskan, bahwa kerja sama merupakan hal yang tidak kalah penting. Frasa atau filosofi yang ia gunakan untuk menggambarkan hal tersebut dengan men-quote Hendri Ford.
“Coming together is a beginning, keeping together is a progress, working together is a success. Namun working together merupakan hal yang paling utama. Di sini kita bekerja bersama-sama, bukan sama-sama kerja,” ungkapnya.
PBA dalam strateginya untuk melakukan ekspor produk UMKM ke pasar Eropa juga tidak lupa mengandeng Prime Global Network sebagai afiliasi dalam usaha bisnis mereka. Kerja sama tersebut sudah dinyatakan secara resmi melalui penandatangan MoU pada hari Minggu (26/9/2021) lalu untuk menembus pasar Korea Selatan.
Hal ini diakui Kang Azoo sebagai langkah awal untuk menembus pasar global, termasuk untuk dapat masuk ke pasar Eropa. Selain pasar global, PBA juga menggarap pasar domestik, lewat kerjasama dengan perusahaan logistik lokal KirimAja, layanan pengiriman barang berbasis aplikasi digital, yang merupakan salah satu perusahaan Garuda Indonesia Group.
Diharapkan dengan kerjasama tersebut dapat membantu para pelaku UMKM untuk mendistribusikan barangnya secara nasional. Melalui kerja sama-kerja sama tersebut, Kang Azoo menilai hal ini merupakan perkembangan yang cukup besar dan patut dibanggakan mengingat usia PBA yang baru menginjak satu tahun.
Hal tersebut dinyatakannya sebagai sebuah dorongan untuk meningkatkan komitmen dalam meningkatkan UMKM. “Semoga hal ini tetap bisa dipertahankan, membangun komitmen,” ucapnya, menutup sambutan yang ia berikan.
Duta Besar Indonesia untuk Belgia, Luxemburg dan Uni Eropa, Andri Hadi menilai bahwa PBA telah menerapkan posisi yang sangat baik dalam konteks untuk mengembangkan dan memberdayakan para pelaku UMKM.
“Salut, Kang, untuk inisiatif ini dan segmen-segmen yang betul-betul menjadi salah satu alternatif pilihan untuk bisa mengembangkan perekonomian,” tegas Kang Andri.
Kang Andri, sapaan akrab Andri Hadi juga menambahkan, bahwa produk UMKM Indonesia memang memiliki potensi yang besar sekali khususnya apabila masuk ke pasar Eropa. Saat ini, produk ekspor UMKM Indonesia ke Belgia dan Belanda USD 131 juta ke Belgia, USD 150 juta ke Belanda dan beberapa ke Luxembourg Uni Eropa memilik pasar yang sangat besar, terdiri dari 27 negara dengan pasaran kurang lebih 510 juta orang.
Peluang yang sangat besar itu, nyatanya masih memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh pelaku UMKM Indonesia. Salah satu tantangannya adalah, market di negara Belgia dan Eropa dinilai sangat mendukung pola hidup ramah lingkungan, sehingga green produce dan green energy sangat diminati.
Oleh karenanya mereka sering menolak produk-produk yang tidak ramah lingkungan. Seperti misalnya, produk ekspor yang menggunakan bahan dasar palm oil sering diindikasikan sebagai produk yang tidak ramah lingkungan.
"Hal ini menjadi stigma, seolah-olah produk dari Indonesia yang menggunakan palm oil tidak ramah lingkungan,” paparnya.
Terlepas dari semua itu, Kang Andri juga menekankan, terhadap para pelaku UKM yang ingin melakukan ekspor ke Eropa agar memperhatikan sustainability produknya. Hal ini sangat berpengaruh karena hal tersebut merupakan standar yang ditetapkan agar produk tersebut dapat dipasarkan.
Dewi Tenty menyampaikan, apa yang dilakukan oleh PBA sudah mengarah kepada produk ramah lingkungan dengan prinsip zero waste, seperti produk Lupba, suatu merek kolektif yang diusung oleh anggota UMKM PBA.
“Kami di PBA sudah membagi produk-produk UMKM dalam beberapa cluster, seperti antara lain cluster kopi, fashion dan craft,” ujar Dewi Tenty.
“Pasar kopi sangat concern segala hal yang berkaitan dengan sustainability yang dibuktikan dengan sertifikasi. Kopi dengan sertifikasi bio organik sangat mendominasi pasar groceries di Belgia," ujar Arief Rachman, atase pertanian yang hadir juga dalam acara tersebut.
Merry Indriasari, atase perdagangan, juga menekankan bahwa karakter market di Eropa adalah mereka sangat menghargai transparansi informasi terhadap suatu produk, kandungan bahan baku yang digunakan apa dan apakah bermanfaat buat kesehatan mereka. Hal ini yang menjadi tantangan buat produk yang akan masuk ke pasar eropa.
Hasan Lubis dari cluster kopi juga menyatakan, bahwa produk-produk kopi kita sangat beragam ada kopi mandailing, sipirok, lampung, gunung halu dan kopi lainnya yang siap untuk masuk ke pasar global. Sedangkan, Ati Diantini dari cluster fashion juga menyampaikan produk fashion yang dibuatnya juga sudah memperhatikan kearifan lokal dan ramah lingkungan.
Kang Andri sangat mendukung upaya yang dilakukan oleh PBA dalam memasarkan produk-produknya melalui jalur diaspora, karena paling tidak basis awal untuk mengenalkan produk-produk Indonesia di pasar global.
“Kami selaku Dubes memiliki tugas juga untuk membantu promosi produk-produk UMKM ke negara-negara dimana kami ditugaskan,” ujar Andri Hadi yang juga mengungkapkan, bakal mencari mitra-mitra di Eropa untuk menjajaki kerjasama dengan PBA
Acara ini menghadirkan Dr. Andri Hadi SH, LLM, Duta Besar RI untuk Belgia, Luxemburg, dan Uni Eropa sebagai nara sumber dan Ketua Umum PBA, Dr. Ary Zulfikar SH MH, yang dimoderatori oleh Dr. Dewi Tenty, SH, MH, penggerak UMKM Alumni.
Tujuan utamanya tidak lain adalah untuk mengenalkan para pelaku UMKM di Indonesia agar dapat menjajaki peluang ekspor dengan menembus pasar Eropa.
Dalam sambutan pembukanya, Kang Azoo -sapaan akrab Ary Zulfikar- selaku Ketua Umum PBA yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Hukum LPS menekankan tiga hal utama dalam mengembangkan UMKM, yaitu komitmen, integritas, dan solidaritas.
Tiga hal tersebut menjadi kunci dalam mengembangkan produk-produk UMKM yang bernaung dalam PBA. Ia juga tidak lupa mengajak kepada semua pelaku UMKM yang tergabung dalam PBA untuk secara bersama-sama mencari peluang dengan membangun ekosistem.
Untuk mewujudkan cita-cita kemandirian wirausaha seluruh pelaku UMKM, Kang Azoo juga menegaskan, bahwa kerja sama merupakan hal yang tidak kalah penting. Frasa atau filosofi yang ia gunakan untuk menggambarkan hal tersebut dengan men-quote Hendri Ford.
“Coming together is a beginning, keeping together is a progress, working together is a success. Namun working together merupakan hal yang paling utama. Di sini kita bekerja bersama-sama, bukan sama-sama kerja,” ungkapnya.
PBA dalam strateginya untuk melakukan ekspor produk UMKM ke pasar Eropa juga tidak lupa mengandeng Prime Global Network sebagai afiliasi dalam usaha bisnis mereka. Kerja sama tersebut sudah dinyatakan secara resmi melalui penandatangan MoU pada hari Minggu (26/9/2021) lalu untuk menembus pasar Korea Selatan.
Hal ini diakui Kang Azoo sebagai langkah awal untuk menembus pasar global, termasuk untuk dapat masuk ke pasar Eropa. Selain pasar global, PBA juga menggarap pasar domestik, lewat kerjasama dengan perusahaan logistik lokal KirimAja, layanan pengiriman barang berbasis aplikasi digital, yang merupakan salah satu perusahaan Garuda Indonesia Group.
Diharapkan dengan kerjasama tersebut dapat membantu para pelaku UMKM untuk mendistribusikan barangnya secara nasional. Melalui kerja sama-kerja sama tersebut, Kang Azoo menilai hal ini merupakan perkembangan yang cukup besar dan patut dibanggakan mengingat usia PBA yang baru menginjak satu tahun.
Hal tersebut dinyatakannya sebagai sebuah dorongan untuk meningkatkan komitmen dalam meningkatkan UMKM. “Semoga hal ini tetap bisa dipertahankan, membangun komitmen,” ucapnya, menutup sambutan yang ia berikan.
Duta Besar Indonesia untuk Belgia, Luxemburg dan Uni Eropa, Andri Hadi menilai bahwa PBA telah menerapkan posisi yang sangat baik dalam konteks untuk mengembangkan dan memberdayakan para pelaku UMKM.
“Salut, Kang, untuk inisiatif ini dan segmen-segmen yang betul-betul menjadi salah satu alternatif pilihan untuk bisa mengembangkan perekonomian,” tegas Kang Andri.
Kang Andri, sapaan akrab Andri Hadi juga menambahkan, bahwa produk UMKM Indonesia memang memiliki potensi yang besar sekali khususnya apabila masuk ke pasar Eropa. Saat ini, produk ekspor UMKM Indonesia ke Belgia dan Belanda USD 131 juta ke Belgia, USD 150 juta ke Belanda dan beberapa ke Luxembourg Uni Eropa memilik pasar yang sangat besar, terdiri dari 27 negara dengan pasaran kurang lebih 510 juta orang.
Peluang yang sangat besar itu, nyatanya masih memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh pelaku UMKM Indonesia. Salah satu tantangannya adalah, market di negara Belgia dan Eropa dinilai sangat mendukung pola hidup ramah lingkungan, sehingga green produce dan green energy sangat diminati.
Oleh karenanya mereka sering menolak produk-produk yang tidak ramah lingkungan. Seperti misalnya, produk ekspor yang menggunakan bahan dasar palm oil sering diindikasikan sebagai produk yang tidak ramah lingkungan.
"Hal ini menjadi stigma, seolah-olah produk dari Indonesia yang menggunakan palm oil tidak ramah lingkungan,” paparnya.
Terlepas dari semua itu, Kang Andri juga menekankan, terhadap para pelaku UKM yang ingin melakukan ekspor ke Eropa agar memperhatikan sustainability produknya. Hal ini sangat berpengaruh karena hal tersebut merupakan standar yang ditetapkan agar produk tersebut dapat dipasarkan.
Dewi Tenty menyampaikan, apa yang dilakukan oleh PBA sudah mengarah kepada produk ramah lingkungan dengan prinsip zero waste, seperti produk Lupba, suatu merek kolektif yang diusung oleh anggota UMKM PBA.
“Kami di PBA sudah membagi produk-produk UMKM dalam beberapa cluster, seperti antara lain cluster kopi, fashion dan craft,” ujar Dewi Tenty.
“Pasar kopi sangat concern segala hal yang berkaitan dengan sustainability yang dibuktikan dengan sertifikasi. Kopi dengan sertifikasi bio organik sangat mendominasi pasar groceries di Belgia," ujar Arief Rachman, atase pertanian yang hadir juga dalam acara tersebut.
Merry Indriasari, atase perdagangan, juga menekankan bahwa karakter market di Eropa adalah mereka sangat menghargai transparansi informasi terhadap suatu produk, kandungan bahan baku yang digunakan apa dan apakah bermanfaat buat kesehatan mereka. Hal ini yang menjadi tantangan buat produk yang akan masuk ke pasar eropa.
Hasan Lubis dari cluster kopi juga menyatakan, bahwa produk-produk kopi kita sangat beragam ada kopi mandailing, sipirok, lampung, gunung halu dan kopi lainnya yang siap untuk masuk ke pasar global. Sedangkan, Ati Diantini dari cluster fashion juga menyampaikan produk fashion yang dibuatnya juga sudah memperhatikan kearifan lokal dan ramah lingkungan.
Kang Andri sangat mendukung upaya yang dilakukan oleh PBA dalam memasarkan produk-produknya melalui jalur diaspora, karena paling tidak basis awal untuk mengenalkan produk-produk Indonesia di pasar global.
“Kami selaku Dubes memiliki tugas juga untuk membantu promosi produk-produk UMKM ke negara-negara dimana kami ditugaskan,” ujar Andri Hadi yang juga mengungkapkan, bakal mencari mitra-mitra di Eropa untuk menjajaki kerjasama dengan PBA
(akr)