Investor Domestik Mulai Merajai Pasar Obligasi Pemerintah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Malaysia menduduki posisi pertama dalam persentase kepemilikan obligasi pemerintah oleh investor domestik, sedangkan di posisi kedua baru Indonesia.
Ekonom PT Pefindo Ahmad Nasrudin mengatakan, adanya penurunan investasi asing di pasar obligasi disebabkan oleh tren patokan yang lebih tinggi dibanding investor domestik.
"Beberapa memang keluar sekitar Rp8 triliun, tapi persentase turun karena patokannya lebih tinggi," katanya dalam Market Review IDX, Selasa (26/10/2021).
Diketahui penerbitan obligasi pemerintah sekitar dua tahun ini tambahannya sekitar Rp2 triliun. Meski porsi nominal asing tetap naik, tapi lebih banyak diserap investor domestik dan bank sentral.
"Nah itu maka persentasenya turun cukup drastis," ujarnya.
Investor domestik di masa pandemi punya banyak risiko yang cukup tinggi. Investasi di saham juga relatif tertekan karena beberapa sektor tidak bergerak.
"Karena itu salah satu alternatif mengamankan portofolio ya, ke obligasi pemerintah," katanya.
Selain itu, dari beberapa outflow, investor domestik cukup responsif tetapi mereka relatif kurang fleksibel mengingat kalau ingin menyerap harus mengubah komposisi portofolionya.
"Kalau kita lihat kan dari masa pandemi Bank Indonesia lebih dominan, beberapa bulan setelahnya investor domestik yang dominan," jelasnya.
Salah satu cara untuk mendorong investasi domestik, kata Ahmad, dari sektor ritel. Hal itu sejalan dengan penguatan kebijakan pemerintah saat ini dalam pemulihan ekonomi nasional.
"Kalau saya melihatnya penguatan basis domestik menjadi salah satu fungsi untuk stabilitas pasar obligasi di Indonesia. Mirip Jepang-lah, kan mereka diserap oleh investor domestik, kalau pemerintahnya ngutang, penduduk ada pendapatan, ada imbal tambahan," ujarnya.
Proyeksi tahun depan kemungkinan besar porsi investor domestik akan naik. Pertama, antisipasi kebijakan The Fed Amerika Serikat, yang kedua Bank Indonesia akan tetap mempertahankan kebijakan moneter akomodatif tetapi kecenderungannya relatif memengaruhi.
Lihat Juga: Saksikan IG LIVE MNC Sekuritas Hari Ini! Bahas Tips Dapat Gaji Rutin dari Investasi Obligasi
Ekonom PT Pefindo Ahmad Nasrudin mengatakan, adanya penurunan investasi asing di pasar obligasi disebabkan oleh tren patokan yang lebih tinggi dibanding investor domestik.
"Beberapa memang keluar sekitar Rp8 triliun, tapi persentase turun karena patokannya lebih tinggi," katanya dalam Market Review IDX, Selasa (26/10/2021).
Diketahui penerbitan obligasi pemerintah sekitar dua tahun ini tambahannya sekitar Rp2 triliun. Meski porsi nominal asing tetap naik, tapi lebih banyak diserap investor domestik dan bank sentral.
"Nah itu maka persentasenya turun cukup drastis," ujarnya.
Investor domestik di masa pandemi punya banyak risiko yang cukup tinggi. Investasi di saham juga relatif tertekan karena beberapa sektor tidak bergerak.
"Karena itu salah satu alternatif mengamankan portofolio ya, ke obligasi pemerintah," katanya.
Selain itu, dari beberapa outflow, investor domestik cukup responsif tetapi mereka relatif kurang fleksibel mengingat kalau ingin menyerap harus mengubah komposisi portofolionya.
"Kalau kita lihat kan dari masa pandemi Bank Indonesia lebih dominan, beberapa bulan setelahnya investor domestik yang dominan," jelasnya.
Salah satu cara untuk mendorong investasi domestik, kata Ahmad, dari sektor ritel. Hal itu sejalan dengan penguatan kebijakan pemerintah saat ini dalam pemulihan ekonomi nasional.
"Kalau saya melihatnya penguatan basis domestik menjadi salah satu fungsi untuk stabilitas pasar obligasi di Indonesia. Mirip Jepang-lah, kan mereka diserap oleh investor domestik, kalau pemerintahnya ngutang, penduduk ada pendapatan, ada imbal tambahan," ujarnya.
Proyeksi tahun depan kemungkinan besar porsi investor domestik akan naik. Pertama, antisipasi kebijakan The Fed Amerika Serikat, yang kedua Bank Indonesia akan tetap mempertahankan kebijakan moneter akomodatif tetapi kecenderungannya relatif memengaruhi.
Lihat Juga: Saksikan IG LIVE MNC Sekuritas Hari Ini! Bahas Tips Dapat Gaji Rutin dari Investasi Obligasi
(uka)