Dirut Jamkrindo Isi Waktu Luang dengan Ngoprek Sepeda Motor hingga Ngelas
loading...
A
A
A
Duduk di posisi tertinggi sebagai Direktur Utama PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) tentunya menyita waktu dan energi Putrama Wahju Setyawan. Sebagai nahkoda di BUMN yang bergerak di bidang penjaminan kredit bagi UMKM, tugas yang diemban pastinya tidak mudah.
Namun demikian, di tengah kesibukan yang mendera setiap pekannya, bukan berarti Putrama melupakan hobinya dijalani sejak lama. Di saat-saat santai, dia menyisihkan waktu untuk menyalurkan hasrat dan tenaganya untuk bersepeda.
“Masih bersepeda santai mas. Gowes tipis-tipis,” ujar Putrama seraya tertawa kecil, saat berbincang dengan Koran SINDO di ruang kerjanya, Selasa (19/10).
Hobi lainnya masih seputar sepeda. Di waktu senggangnya, pria kelahiran 1969 ini juga doyan dengan dunia automotif. Ia gemar mengotak-atik sepeda maupun motor, mulai dari mesin hingga aksesoris yang dibutuhkan.
“Suka ngoprek-ngoprek motor, sepeda. Ngoprek sepeda dari manual ke listrik. Ya lebih ngerakit aja sebenarnya,” cerita Putrama.
Seleranya ternyata tak hanya itu. Mantan direktur treasury dan internasional PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk itu juga punya kegemaran dengan dunia teknik, yakni mengelas. Berawal dari iseng, tertarik hingga belajar otodidak.
“Di rumah juga jadi tukang las. Ya untuk kebutuhan sendiri saja di rumah, misalnya rak tanaman. Untuk mengisi waktu senggang aja. Belajarnya ya tinggal ngelihat tukang las saja sih (tertawa). Trial and error,” kata dia menceritakan mesin las listrik yang digunakannya.
Putrama mengaku tidak mudah mempelajari teknik las yang benar. Apalagi menyatukan kerangka logam menjadi sebuah benda yang diinginkan. Butuh pengetahuan, pengalaman hingga seni yang kuat supaya hasilnya tidak mengecewakan.
“Ternyata tidak gampang yang dibayangkan untuk mengelas. Apalagi kalau mau sesuai keinginan dan ukuran. Misalnya, butuh ukuran rak itu spesifik ya, nantinya untuk diletakkan di sudut ruangan, ukuran sudut cuma sekian. Kalau beli, nyari susah, pesan juga mahal. Kalau itu kan saya tinggal beli besi siku saja, tinggal potong-potong, las,” ujar dia.
Lantaran memiliki tingkat kesulitan tersendiri, Putrama mengibaratkan tukang las sebagai seorang seniman. “Ngelas itu mirip seniman. Yang bagus itu kalau bisa ngelas itu numpuk-numpuk gitu. Misalnya seperti bentuk ulat keket itu (bentuknya) bagus. Sebetulnya (ngelas) itu susah karena pada saat kita pakai kacamata las itu yang terlihat cuma sinar lasnya saja. Jadi ada feeling juga di situ. Kadang hasil lasnya masih belepotan, besi yang dilas meleleh,” ucapnya.
Menilik ke belakang kisah karirnya, Putrama Wahju Setyawan memperoleh gelar Sarjana (S1) Kehutanan dan Master (S2) Akuntansi Manajemen dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Pria yang dikenal sebagai bankir itu lama malang melintang di industri perbankan. Beberapa jabatan penting pernah diembannya, di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Ia juga sempat menempati posisi sebagai Direktur Tresuri dan Internasional PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebelum akhirnya berlabuh di Jamkrindo menggantikan Randi Anto.
Namun demikian, di tengah kesibukan yang mendera setiap pekannya, bukan berarti Putrama melupakan hobinya dijalani sejak lama. Di saat-saat santai, dia menyisihkan waktu untuk menyalurkan hasrat dan tenaganya untuk bersepeda.
“Masih bersepeda santai mas. Gowes tipis-tipis,” ujar Putrama seraya tertawa kecil, saat berbincang dengan Koran SINDO di ruang kerjanya, Selasa (19/10).
Hobi lainnya masih seputar sepeda. Di waktu senggangnya, pria kelahiran 1969 ini juga doyan dengan dunia automotif. Ia gemar mengotak-atik sepeda maupun motor, mulai dari mesin hingga aksesoris yang dibutuhkan.
“Suka ngoprek-ngoprek motor, sepeda. Ngoprek sepeda dari manual ke listrik. Ya lebih ngerakit aja sebenarnya,” cerita Putrama.
Seleranya ternyata tak hanya itu. Mantan direktur treasury dan internasional PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk itu juga punya kegemaran dengan dunia teknik, yakni mengelas. Berawal dari iseng, tertarik hingga belajar otodidak.
“Di rumah juga jadi tukang las. Ya untuk kebutuhan sendiri saja di rumah, misalnya rak tanaman. Untuk mengisi waktu senggang aja. Belajarnya ya tinggal ngelihat tukang las saja sih (tertawa). Trial and error,” kata dia menceritakan mesin las listrik yang digunakannya.
Putrama mengaku tidak mudah mempelajari teknik las yang benar. Apalagi menyatukan kerangka logam menjadi sebuah benda yang diinginkan. Butuh pengetahuan, pengalaman hingga seni yang kuat supaya hasilnya tidak mengecewakan.
“Ternyata tidak gampang yang dibayangkan untuk mengelas. Apalagi kalau mau sesuai keinginan dan ukuran. Misalnya, butuh ukuran rak itu spesifik ya, nantinya untuk diletakkan di sudut ruangan, ukuran sudut cuma sekian. Kalau beli, nyari susah, pesan juga mahal. Kalau itu kan saya tinggal beli besi siku saja, tinggal potong-potong, las,” ujar dia.
Lantaran memiliki tingkat kesulitan tersendiri, Putrama mengibaratkan tukang las sebagai seorang seniman. “Ngelas itu mirip seniman. Yang bagus itu kalau bisa ngelas itu numpuk-numpuk gitu. Misalnya seperti bentuk ulat keket itu (bentuknya) bagus. Sebetulnya (ngelas) itu susah karena pada saat kita pakai kacamata las itu yang terlihat cuma sinar lasnya saja. Jadi ada feeling juga di situ. Kadang hasil lasnya masih belepotan, besi yang dilas meleleh,” ucapnya.
Menilik ke belakang kisah karirnya, Putrama Wahju Setyawan memperoleh gelar Sarjana (S1) Kehutanan dan Master (S2) Akuntansi Manajemen dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Pria yang dikenal sebagai bankir itu lama malang melintang di industri perbankan. Beberapa jabatan penting pernah diembannya, di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Ia juga sempat menempati posisi sebagai Direktur Tresuri dan Internasional PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebelum akhirnya berlabuh di Jamkrindo menggantikan Randi Anto.
(ynt)