Kembangkan Sektor Pelayaran, Menhub Gali Potensi Pasar Brunei Darussalam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melakukan pertemuan dengan Duta Besar RI untuk Brunei Darussalam Sujatmiko guna membahas perkembangan dan peningkatan konektivitas transportasi darat, laut, dan udara antara Indonesia dengan Brunei Darussalam.
“Pertemuan dalam rangka memulihkan konektivitas antara negara ASEAN yang terdampak pandemi Covid-19. Masalah yang dibahas terkait peluang pelaksanaan pelayaran langsung (direct shipping) dan pelaksanaan angkutan udara penumpang dan barang,” kata Menhub Budi Karya di Jakarta, Jumat (5/11/2021).
Terkait dengan pelayaran, Menhub Budi mengatakan, meski kondisi pelayaran dunia mengalami penurunan kapasitas, namun beberapa perusahaan pelayaran nasional memiliki potensi untuk mendukung pelaksanaan pelayaran langsung antar-kedua negara agar ekspor dan impor dapat berjalan maksimal.
“Untuk itu perlu digali lebih dalam potensi pasar dari Brunei Darussalam yang bisa ditawarkan guna menarik minat perusahaan pelayaran,” ucap Menhub.
Menhub menjelaskan, saat ini juga tengah disusun nota kesepahaman bersama (MoU) terkait pengiriman dan pelabuhan (shipping and ports), yang menjadi dasar terlaksanannya pelayaran kedua negara.
“Saat ini tengah dibahas pula MoU untuk saling mengakui sertifikasi dan pelatihan untuk pelaut yang berasal dari kedua negara. Diharapkan MoU ini dapat segera disepakati dan bisa bermanfaat untuk kedua negara,” tutur Menhub.
Konektivitas laut antara Indonesia dan Brunei juga telah diakomodasi dalam kerja sama sub regional Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA).
Sementara itu, terkait pelaksanaan angkutan udara baik penumpang maupun barang, Menhub menuturkan kedua negara telah memiliki kesepakatan dalam kerangka kerja sama ASEAN Open Skies.
“Kebijkan tersebut membuka Bandara Bandar Sri Begawan di Brunei Darussalam dan sejumlah bandara di Indonesia, yaitu Jakarta, Medan, Surabaya, Denpasar, dan Makassar, tanpa batasan frekuensi,” pungkasnya.
“Pertemuan dalam rangka memulihkan konektivitas antara negara ASEAN yang terdampak pandemi Covid-19. Masalah yang dibahas terkait peluang pelaksanaan pelayaran langsung (direct shipping) dan pelaksanaan angkutan udara penumpang dan barang,” kata Menhub Budi Karya di Jakarta, Jumat (5/11/2021).
Terkait dengan pelayaran, Menhub Budi mengatakan, meski kondisi pelayaran dunia mengalami penurunan kapasitas, namun beberapa perusahaan pelayaran nasional memiliki potensi untuk mendukung pelaksanaan pelayaran langsung antar-kedua negara agar ekspor dan impor dapat berjalan maksimal.
“Untuk itu perlu digali lebih dalam potensi pasar dari Brunei Darussalam yang bisa ditawarkan guna menarik minat perusahaan pelayaran,” ucap Menhub.
Menhub menjelaskan, saat ini juga tengah disusun nota kesepahaman bersama (MoU) terkait pengiriman dan pelabuhan (shipping and ports), yang menjadi dasar terlaksanannya pelayaran kedua negara.
“Saat ini tengah dibahas pula MoU untuk saling mengakui sertifikasi dan pelatihan untuk pelaut yang berasal dari kedua negara. Diharapkan MoU ini dapat segera disepakati dan bisa bermanfaat untuk kedua negara,” tutur Menhub.
Konektivitas laut antara Indonesia dan Brunei juga telah diakomodasi dalam kerja sama sub regional Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA).
Sementara itu, terkait pelaksanaan angkutan udara baik penumpang maupun barang, Menhub menuturkan kedua negara telah memiliki kesepakatan dalam kerangka kerja sama ASEAN Open Skies.
“Kebijkan tersebut membuka Bandara Bandar Sri Begawan di Brunei Darussalam dan sejumlah bandara di Indonesia, yaitu Jakarta, Medan, Surabaya, Denpasar, dan Makassar, tanpa batasan frekuensi,” pungkasnya.
(uka)