Rupiah Hari Ini Dibuka Merana, Yuan China Masih Perkasa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada pembukaan perdagangan, Rabu (24/11/2021). Menilik pasar spot Bloomberg hingga pukul 09:11 WIB, mata uang Garuda turun 19 poin atau -0,13% di level Rp14.276 per dolar AS.
Selain rupiah, sebagian besar mata uang negara Asia juga melemah terhadap dolar AS, ketika indeks dolar AS menguat 0,06% berada di level USD96,54. yen Jepang stagnan di 115,13, baht Thailand anjlok paling dalam sebesar -0,39% di 33.240, dan Peso Filipina tertekan -0,03% di 50,585.
Sementara mata uang Asia lainnya yang terpuruk terhadap dolar AS yaitu won Korea Selatan -0,06% di 1.189,82, ringgit Malaysia tertekan -0,27% di 4,2085. Dolar Singapura anjlok -0,14% di 1,3669, dan dolar Taiwan merosot -0,08% di 27.804. Sedangkan yang menguat yakni yuan China 0,01% di 6,3906 dan dolar Hong Kong 0,01% di 7,7933.
Seperti diketahui, dolar AS masih berada di dekat level tertingginya terhadap sejumlah mata uang, menyusul kembali terpilihnya Gubernur Federal Reserve atau The Fed Jerome Powell untuk masa jabatan kedua. Hal ini memperkuat asumsi pada suku bunga AS yang lebih tinggi.
Biden menominasikan Powell untuk masa jabatan kedua selama empat tahun ke depan kedua pada hari Senin lalu, dan Lael Brainard yang dipromosikan menjadi wakil ketua Fed. Peran Powell dan Brainard masih harus mendapat persetujuan oleh Senat.
"Belum ada kemungkinan pergeseran ke 'hawkish' yang tiba-tiba karena isu pencalonan ini, tetapi masih dalam tahap kelanjutan dari kebijakan yang diterapkan saat ini. Sempat ada usulan pengurangan aset yang lebih cepat yang diajukan oleh pejabat Fed pekan lalu," kata Managing Partner SPI Asset Management Stephen Innes kepada Reuters, Selasa (23/11).
Pasar mata uang sebagian besar didorong oleh persepsi di mana bank sentral global dimungkinkan bakal mengurangi stimulus untuk masa pandemi dan mulai menaikkan suku bunga.
"Nominasi Powell untuk masa jabatan kedua akan membuat pasar nyaman dengan harga pasar saat ini," kata analis di Westpac dalam sebuah catatan. "Setidaknya tiga pejabat Fed sekarang secara terbuka juga membahas percepatan tapering," lanjutnya.
Di samping itu, langkah-langkah pembatasan mobilitas di Eropa akibat lonjakan angka Covid-19 juga masih menjadi tantangan bagi pasar di masa mendatang.
Selain rupiah, sebagian besar mata uang negara Asia juga melemah terhadap dolar AS, ketika indeks dolar AS menguat 0,06% berada di level USD96,54. yen Jepang stagnan di 115,13, baht Thailand anjlok paling dalam sebesar -0,39% di 33.240, dan Peso Filipina tertekan -0,03% di 50,585.
Sementara mata uang Asia lainnya yang terpuruk terhadap dolar AS yaitu won Korea Selatan -0,06% di 1.189,82, ringgit Malaysia tertekan -0,27% di 4,2085. Dolar Singapura anjlok -0,14% di 1,3669, dan dolar Taiwan merosot -0,08% di 27.804. Sedangkan yang menguat yakni yuan China 0,01% di 6,3906 dan dolar Hong Kong 0,01% di 7,7933.
Seperti diketahui, dolar AS masih berada di dekat level tertingginya terhadap sejumlah mata uang, menyusul kembali terpilihnya Gubernur Federal Reserve atau The Fed Jerome Powell untuk masa jabatan kedua. Hal ini memperkuat asumsi pada suku bunga AS yang lebih tinggi.
Biden menominasikan Powell untuk masa jabatan kedua selama empat tahun ke depan kedua pada hari Senin lalu, dan Lael Brainard yang dipromosikan menjadi wakil ketua Fed. Peran Powell dan Brainard masih harus mendapat persetujuan oleh Senat.
"Belum ada kemungkinan pergeseran ke 'hawkish' yang tiba-tiba karena isu pencalonan ini, tetapi masih dalam tahap kelanjutan dari kebijakan yang diterapkan saat ini. Sempat ada usulan pengurangan aset yang lebih cepat yang diajukan oleh pejabat Fed pekan lalu," kata Managing Partner SPI Asset Management Stephen Innes kepada Reuters, Selasa (23/11).
Pasar mata uang sebagian besar didorong oleh persepsi di mana bank sentral global dimungkinkan bakal mengurangi stimulus untuk masa pandemi dan mulai menaikkan suku bunga.
"Nominasi Powell untuk masa jabatan kedua akan membuat pasar nyaman dengan harga pasar saat ini," kata analis di Westpac dalam sebuah catatan. "Setidaknya tiga pejabat Fed sekarang secara terbuka juga membahas percepatan tapering," lanjutnya.
Di samping itu, langkah-langkah pembatasan mobilitas di Eropa akibat lonjakan angka Covid-19 juga masih menjadi tantangan bagi pasar di masa mendatang.
(ind)