Erick Thohir Apresiasi Program Sawit Rakyat Holding PTPN
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir mengapresiasi langkah Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), melalui anak perusahaan PTPN V, yang untuk pertama kalinya menyediakan dan melepas bibit sawit unggul bersertifikat kepada para petani.
Bibit unggul sawit yang dilepas ke petani diwujudkan dalam kegiatan penanaman perdana peremajaan sawit rakyat di Koperasi Unit Desa (KUD) Mojopahit Jaya, Desa Sari Galuh, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Jumat sore (26/11/2021). Tercatat mulai 2020 hingga akhir November 2021, sebanyak 1,1 juta dari total 1,4 juta bibit telah dibeli oleh petani sawit swadaya.
“PTPN telah berubah, PTPN hadir untuk sawit rakyat. Kebijakan yang diambil direksi adalah kebijakan luar biasa. Ketika banyak perusahaan mengontrol bibit sawit unggul kepada petani, kita (PTPN) malah buka lebar. Ini kebijakan luar biasa," kata Erick Thohir dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (27/11/2021).
CEO PTPN V Jatmiko K Santosa, mengatakan sampai dengan 2023, perusahaan akan mereplanting hingga 21.000 hektare (ha) kebun sawit plasma. Di tahun 2021 pihaknya berencana mereplanting 2.140 ha, tahun 2022 ada 3.500 ha, dan tahun 2023 seluas 3.000 ha.
"Ini menjadi roadmap kami untuk mendorong percepatan peremajaan sawit rakyat yang diharapkan oleh pemerintah," sebut Jatmiko.
PTPN V sendiri menargetkan hingga 2025 mendatang dapat membantu peremajaan dan konversi sawit rakyat seluas 23.000 ha. Seluruh sawit yang diproduksi oleh kebun yang bermitra dengan perusahaan, produktivitasnya juga jauh di atas standar nasional.
Menurutnya angka tersebut masih dapat terus ditingkatkan mengingat perusahaan memiliki 56.600 ha plasma yang tersebar di enam Kabupaten di Riau. Dari 56.600 ha itu, seluas 21.000 ha telah menandatangani kerja sama peremajaan bersama PTPN V hingga 2023.
"Sementara itu, 17.500 ha telah diremajakan secara mandiri oleh petani. Sisanya lagi masih belum bersedia diremajakan," ujarnya.
PTPN V pun menyiapkan empat program percepatan peremajaan sawit rakyat. Pertama adalah pola single management, kedua penyediaan bibit unggul bersertifikat, ketiga kemitraan swadaya yang siap sebagai off taker, dan terakhir, pemberdayaan KUD untuk menjadi calon mitra teknis para petani.
"Semua langkah itu kita tempuh dengan satu tujuan, yaitu mensejahterakan petani sawit," tutupnya.
Sementara itu, Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) M. Abdul Ghani mengapresiasi peremajaan sawit rakyat yang dijalankan PTPN V. Menurutnya, kegiatan itu merupakan dukungan penuh PTPN Group yang telah menjadi salah satu program strategis nasional sebagai upaya pemerintah meningkatkan produktivitas tanaman perkebunan kelapa sawit.
"Dengan menjaga luasan lahan perkebunan kelapa sawit dapat dimanfaatkan secara optimal, sekaligus untuk menyelesaikan masalah legalitas lahan yang terjadi demi peningkatan kesejahteraan petani,” ujar Ghani.
Ghani menambahkan bahwa peremajaan perkebunan sawit masyarakat mendesak untuk dipercepat mengingat tingginya disparitas produktivitas antara petani dan korporasi. Sebagai perbandingan, produktivitas CPO (crude palm oil) petani hanya berkisah 3 ton CPO/ha/tahun. Sementara di perusahaan itu mencapai 5-7 ton CPO/ha/tahun.
"Ini yang menjadi pertimbangan kami agar proses peremajaan perlu diakselerasi," tandas Ghani.
Ia mengatakan 212.396 ha perkebunan sawit rakyat atau plasma yang bermitra dengan Perkebunan Nusantara Group di seluruh penjuru Indonesia menghadapi persoalan serupa. Ia pun mendorong Holding Perkebunan Nusantara untuk terus aktif melakukan peremajaan sawit rakyat.
Bibit unggul sawit yang dilepas ke petani diwujudkan dalam kegiatan penanaman perdana peremajaan sawit rakyat di Koperasi Unit Desa (KUD) Mojopahit Jaya, Desa Sari Galuh, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Jumat sore (26/11/2021). Tercatat mulai 2020 hingga akhir November 2021, sebanyak 1,1 juta dari total 1,4 juta bibit telah dibeli oleh petani sawit swadaya.
“PTPN telah berubah, PTPN hadir untuk sawit rakyat. Kebijakan yang diambil direksi adalah kebijakan luar biasa. Ketika banyak perusahaan mengontrol bibit sawit unggul kepada petani, kita (PTPN) malah buka lebar. Ini kebijakan luar biasa," kata Erick Thohir dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (27/11/2021).
CEO PTPN V Jatmiko K Santosa, mengatakan sampai dengan 2023, perusahaan akan mereplanting hingga 21.000 hektare (ha) kebun sawit plasma. Di tahun 2021 pihaknya berencana mereplanting 2.140 ha, tahun 2022 ada 3.500 ha, dan tahun 2023 seluas 3.000 ha.
"Ini menjadi roadmap kami untuk mendorong percepatan peremajaan sawit rakyat yang diharapkan oleh pemerintah," sebut Jatmiko.
PTPN V sendiri menargetkan hingga 2025 mendatang dapat membantu peremajaan dan konversi sawit rakyat seluas 23.000 ha. Seluruh sawit yang diproduksi oleh kebun yang bermitra dengan perusahaan, produktivitasnya juga jauh di atas standar nasional.
Menurutnya angka tersebut masih dapat terus ditingkatkan mengingat perusahaan memiliki 56.600 ha plasma yang tersebar di enam Kabupaten di Riau. Dari 56.600 ha itu, seluas 21.000 ha telah menandatangani kerja sama peremajaan bersama PTPN V hingga 2023.
"Sementara itu, 17.500 ha telah diremajakan secara mandiri oleh petani. Sisanya lagi masih belum bersedia diremajakan," ujarnya.
PTPN V pun menyiapkan empat program percepatan peremajaan sawit rakyat. Pertama adalah pola single management, kedua penyediaan bibit unggul bersertifikat, ketiga kemitraan swadaya yang siap sebagai off taker, dan terakhir, pemberdayaan KUD untuk menjadi calon mitra teknis para petani.
"Semua langkah itu kita tempuh dengan satu tujuan, yaitu mensejahterakan petani sawit," tutupnya.
Sementara itu, Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) M. Abdul Ghani mengapresiasi peremajaan sawit rakyat yang dijalankan PTPN V. Menurutnya, kegiatan itu merupakan dukungan penuh PTPN Group yang telah menjadi salah satu program strategis nasional sebagai upaya pemerintah meningkatkan produktivitas tanaman perkebunan kelapa sawit.
"Dengan menjaga luasan lahan perkebunan kelapa sawit dapat dimanfaatkan secara optimal, sekaligus untuk menyelesaikan masalah legalitas lahan yang terjadi demi peningkatan kesejahteraan petani,” ujar Ghani.
Ghani menambahkan bahwa peremajaan perkebunan sawit masyarakat mendesak untuk dipercepat mengingat tingginya disparitas produktivitas antara petani dan korporasi. Sebagai perbandingan, produktivitas CPO (crude palm oil) petani hanya berkisah 3 ton CPO/ha/tahun. Sementara di perusahaan itu mencapai 5-7 ton CPO/ha/tahun.
"Ini yang menjadi pertimbangan kami agar proses peremajaan perlu diakselerasi," tandas Ghani.
Ia mengatakan 212.396 ha perkebunan sawit rakyat atau plasma yang bermitra dengan Perkebunan Nusantara Group di seluruh penjuru Indonesia menghadapi persoalan serupa. Ia pun mendorong Holding Perkebunan Nusantara untuk terus aktif melakukan peremajaan sawit rakyat.
(uka)