Varian Omicron Bisa Obrak-abrik Skenario Pemulihan Ekonomi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Senior Fund Manager Pacific Capital Investment, Parningotan Julio, mencermati varian baru virus corona yang berasal dari Afrika Selatan, Omicron . Menurutnya Omicron bisa menjadi perusak momentum pemulihan ekonomi nasional.
Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Eropa, hingga Asia Timur, diketahui telah menerapkan kebijakan pembatasan perjalanan dari dan ke Afrika Selatan. Jika Omicron membuat sejumlah negara, termasuk Indonesia, melakukan pembatasan ketat, maka dampaknya akan sangat besar.
"Kalau terjadi lockdown lagi, tentunya akan jadi disruption di ekonomi. Nah ini yang bisa jadi kekhawatiran," kata Parningotan kepada MNC Portal Indonesia, dikutip Minggu (28/11/2021).
Ganasnya Omicron yang dinilai mirip seperti penyebaran varian Delta beberapa bulan lalu dimungkinkan bisa mengkhawatirkan investor untuk membawa asetnya keluar dari pasar modal. Investor bisa mengalihkan portofolionya ke aset safe-haven seperti emas.
"Kita lihat bank sentral AS atau The Fed sudah bersiap melakukan tapering. Nah ini menjadi perusak skenario pasar yang sudah diketahui sekarang (pemulihan), dan mengakibatkan investor lebih berhati-hati. Akibatnya investor bisa keluar dari risky asset, oils, commoditas, malah gold yang safe-haven yang naik," tuturnya.
Kepada investor, Parningotan merekomendasikan untuk melakukan speculative buy untuk perdagangan saham pekan depan, dengan mengambil beberapa emiten yang sedang turun harganya.
"Melihat kondisi sekarang ketika IHSG mengalami koreksi, kita bisa melakukan speculative buy di saham-saham yang sudah terkoreksi cukup signifikan. Kalau saya sih tidak langsung masuk banyak karena kondisinya masih belum jelas," jelasnya.
Menurutnya, jika IHSG terpaksa harus melanjutkan koreksi, maka bakal masih bertahan di area yang wajar, dengan asumsi window dressing akhir tahun bisa berpotensi mendorong kenaikan sejumlah sektor.
"IHSG kalaupun throwback harusnya sih bisa bertahan di area support di 6.500-6.480," tukasnya, sembari merekomendasikan emiten bluechips yang mengalami koreksi.
Lihat Juga: 14 Juta Investor Pasar Modal Indonesia, AEI Dorong Sinergi Emiten dalam Membangun Ekonomi
Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Eropa, hingga Asia Timur, diketahui telah menerapkan kebijakan pembatasan perjalanan dari dan ke Afrika Selatan. Jika Omicron membuat sejumlah negara, termasuk Indonesia, melakukan pembatasan ketat, maka dampaknya akan sangat besar.
"Kalau terjadi lockdown lagi, tentunya akan jadi disruption di ekonomi. Nah ini yang bisa jadi kekhawatiran," kata Parningotan kepada MNC Portal Indonesia, dikutip Minggu (28/11/2021).
Ganasnya Omicron yang dinilai mirip seperti penyebaran varian Delta beberapa bulan lalu dimungkinkan bisa mengkhawatirkan investor untuk membawa asetnya keluar dari pasar modal. Investor bisa mengalihkan portofolionya ke aset safe-haven seperti emas.
"Kita lihat bank sentral AS atau The Fed sudah bersiap melakukan tapering. Nah ini menjadi perusak skenario pasar yang sudah diketahui sekarang (pemulihan), dan mengakibatkan investor lebih berhati-hati. Akibatnya investor bisa keluar dari risky asset, oils, commoditas, malah gold yang safe-haven yang naik," tuturnya.
Kepada investor, Parningotan merekomendasikan untuk melakukan speculative buy untuk perdagangan saham pekan depan, dengan mengambil beberapa emiten yang sedang turun harganya.
"Melihat kondisi sekarang ketika IHSG mengalami koreksi, kita bisa melakukan speculative buy di saham-saham yang sudah terkoreksi cukup signifikan. Kalau saya sih tidak langsung masuk banyak karena kondisinya masih belum jelas," jelasnya.
Menurutnya, jika IHSG terpaksa harus melanjutkan koreksi, maka bakal masih bertahan di area yang wajar, dengan asumsi window dressing akhir tahun bisa berpotensi mendorong kenaikan sejumlah sektor.
"IHSG kalaupun throwback harusnya sih bisa bertahan di area support di 6.500-6.480," tukasnya, sembari merekomendasikan emiten bluechips yang mengalami koreksi.
Lihat Juga: 14 Juta Investor Pasar Modal Indonesia, AEI Dorong Sinergi Emiten dalam Membangun Ekonomi
(uka)