Dituding Terkait Kerja Paksa Etnis Uighur di China, Zara Diblokir di Prancis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Merek fast fashion asal Spanyol , Zara diblokir oleh komisi regional Prancis saat hendak melakukan ekspansi bisnisnya. Hal ini disebabkan adanya temuan kerja paksa warga minoritas Uighur di China oleh perusahaan induknya, Inditex.
Padahal, Zara baru saja hendak memperluas bisnisnya di pusat kota selatan Bordeaux. Terkait adanya temuan kasus tersebut, anggota komisi Prancis meminta adanya penyelidikan apakah perusahaan asal Spanyol itu mendapat keuntungan dari sistem kerja paksa anggota minoritas Uighur oleh pemasok di China.
"Kami ingin mengirim sinyal kuat dengan memblokir ekspansi toko yang tidak memiliki kontrol yang cukup atas pemasok mereka," ujar salah satu anggota komisi tersebut, Alain Garnier dikutip AFP, Selasa (30/11/2021).
Hakim Prancis membuka penyelidikan atas tuduhan oleh kelompok hak asasi bahwa empat perusahaan mode, termasuk pemilik Zara Inditex, mendapat untung dari kerja paksa minoritas Uighur di China pada Juni lalu.
Selain itu pihak Inditex juga membantah jika perusahaan telah menggunakan kapas sebagai bahan material pembuatan produknya dari Xinjiang. Mereka mengatakan bahwa memiliki kontrol ketertelusuran yang ketat.
"Dengan dampak mode cepat terhadap lingkungan dan kecurigaan tentang penggunaan kerja paksa orang Uighur, proyek Zara bagi kami tampaknya melanggar kriteria pembangunan berkelanjutan yang dipertimbangkan oleh komisi tersebut," pungkas anggota komisi lain, Sandrine Jacotot.
Padahal, Zara baru saja hendak memperluas bisnisnya di pusat kota selatan Bordeaux. Terkait adanya temuan kasus tersebut, anggota komisi Prancis meminta adanya penyelidikan apakah perusahaan asal Spanyol itu mendapat keuntungan dari sistem kerja paksa anggota minoritas Uighur oleh pemasok di China.
"Kami ingin mengirim sinyal kuat dengan memblokir ekspansi toko yang tidak memiliki kontrol yang cukup atas pemasok mereka," ujar salah satu anggota komisi tersebut, Alain Garnier dikutip AFP, Selasa (30/11/2021).
Hakim Prancis membuka penyelidikan atas tuduhan oleh kelompok hak asasi bahwa empat perusahaan mode, termasuk pemilik Zara Inditex, mendapat untung dari kerja paksa minoritas Uighur di China pada Juni lalu.
Selain itu pihak Inditex juga membantah jika perusahaan telah menggunakan kapas sebagai bahan material pembuatan produknya dari Xinjiang. Mereka mengatakan bahwa memiliki kontrol ketertelusuran yang ketat.
"Dengan dampak mode cepat terhadap lingkungan dan kecurigaan tentang penggunaan kerja paksa orang Uighur, proyek Zara bagi kami tampaknya melanggar kriteria pembangunan berkelanjutan yang dipertimbangkan oleh komisi tersebut," pungkas anggota komisi lain, Sandrine Jacotot.
(ind)