Rupiah dan Mata Uang Asia Lesu Darah saat Dolar AS Mulai Pulih

Kamis, 02 Desember 2021 - 10:37 WIB
loading...
Rupiah dan Mata Uang Asia Lesu Darah saat Dolar AS Mulai Pulih
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah pada pembukaan perdagangan hari ini. Foto/Dok SINDOnews/Adam Erlangga
A A A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih lesu pada awal perdagangan pagi ini, Kamis (2/12/2021). Pantauan di pasar spot Bloomberg hingga pukul 09:24 WIB, mata uang Garuda turun 26 poin atau 0,18% di harga Rp14.373 per dolar AS.

Selain rupiah, sebagian besar mata uang negara Asia terpantau bergerak turun terhadap dolar AS, ketika indeks dolar AS mulai pulih di level USD95,92.

Yen Jepang tertekan 0,24% di 113,03, dolar Hong Kong tergelincir 0,01% di 7.7936, dan ringgit Malaysia anjlok 0,11% di 4,2225. Dolar Taiwan koreksi 0,13% di 27.723, baht Thailand terpuruk 0,31% di 38.825, peso Filipina merosot 0,04% di 50,400, won Korea Selatan longsor 0,06% di 1.177,60, dan yuan China anjlok 0,04% di 6,3696. Adapun yang menguat diantaranya dolar Singapura naik 0,06% di 1,3644, dan dolar Australia melesat 0,16% di 0,7116.



Sebagai catatan, dolar AS mulai pulih dari penurunan yang terjadi pada Rabu (1/12/2021) setelah kabar varian baru virus corona Omicron menyebar dan memicu penurunan sejumlah harga komoditas seperti minyak mentah.

Indeks dolar terhadap mata uang utamanya sempat menguat 0,1%. Greenback juga naik terhadap dolar Kanada, Australia dan Selandia Baru dan terhadap euro serta pound Inggris.

Analis melihat kondisi demikian membuat investor dan trader lebih dominan mengambil langkah untuk menghindari risiko dengan cara menarik dananya dari bursa saham (menjual sahamnya), sementara di pasar uang, investor akan akan menjual high yield currency. Kondisi ini disebut risk-off.



"Apa yang Anda lihat adalah langkah risk-off klasik di pasar FX dan itu berarti dolar mengungguli mata uang komoditas," kata Analis valuta asing, Erik Bregar, dilansir Reuters, Kamis (2/12/2021).

Pergeseran tersebut mensinyalir ada kerapuhan di sejumlah nilai tukar mata uang asing dari waktu ke waktu merespons asumsi dampak penyebaran varian Omicron dan langkah Gubernur Federal Reserve Jerome Powell yang dinilai bakal lebih cepat menaikkan suku bunga AS.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1958 seconds (0.1#10.140)