Sama-sama Mengelola Bandara, Ini Beda Kondisi AP II dan AP I
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama Angkasa Pura II (Persero) atau AP II, Muhammad Awaluddin mengklaim struktur keuangan perseroan masih tercatat baik saat ini. Meski mengakui ada utang yang harus dibayarkan, perkara itu masih bisa dikelola secara baik.
Meski begitu, Awaluddin enggan menyebut berupa nominal utang yang ditanggung pihaknya saat ini. Berbeda dengan AP I, manajemen PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I justru telah mengkonfirmasi utangnya encapai Rp 32,7 triliun hingga November 2021.
Jumlah itu terdiri dari sindikasi perbankan dan obligasi sebesar Rp 28 triliun dan kewajiban yang harus dibayarkan kepada karyawan dan supplier senilai Rp 4,7 triliun.
"Masalah kondisi keuangan kami cukup beruntung, komposisi utang masih kami bisa manage," ujar Awaluddin saat ditemui wartawan Hotel Sari Pacific, Senin (13/12/2021).
Awaluddin mencatat, pengelolaan utang perseroan yang dipandang baik lantaran mayoritas proyek penugasan pemerintah sudah diselesaikan. Misalnya, pembangunan terminal hingga runway bandar udara ( Bandara ) baru.
Akibatnya, arus kas atau cash flow perusahaan pun membaik. Meski begitu, dia tidak menapikan bila pandemi Covid-19 ikut berdampak pada pendapatan perusahaan.
"Jadi beberapa pembangunan bandara terminal baru, runway, atau kapasitas bandara rata-rata sudah selesai sebelum pandemi. Sebagian proyek strategis sudah selesai. Terminal 3 sudah selesai 2016-2017, ekstension terminal 3 sudah selesai 2019. Ini bisa membantu cashflow kami manage setelah pandemi," kata dia.
Selain itu, pergerakan penumpang bandara internasional Soekarno-Hatta (Soetta) saat ini pun dinilai cukup membantu keuangan Angkasa Pura II. Awaluddin mencatat, rasio pemulihan di Soetta mencapai 68 persen sampai 70%.
Khusus pergerakan penumpang domestik saat ini mencapai 74%-78%. Sementara, rute penerbangan domestik di kisaran 22%-24%.
"Kedua kita punya jangkar domestik Bandara Soetta (Soekarna Hatta). Tadi sudah kami sampaikan rasio pemulihan sudah 68 persen sampai 70 persen. Dibandingkan 2019 lalu. Sekarang gini, komposisi dalam situasi normal soetta 74-78 domestik lalu 22-24 internasional. Dampaknya memang internasional border ditutup. Tapi kan 74-78 persen ini kan domestik," ungkap dia
"Padahal sekarang recovery rate sudah 70 persen. Berarti kan kita sudah akan, mudah-mudahan situasinya bisa kita pertahankan bagus, menembus ke batas 74 persen - 78 persen tidak lama lagi. Faktanya kita kuat di domestik, ini yang mungkin membantu, berbeda dengan Denpasar. Yang memangsa secara rasio terbalik domestik dan internasional," lanjutnya.
Meski begitu, Awaluddin enggan menyebut berupa nominal utang yang ditanggung pihaknya saat ini. Berbeda dengan AP I, manajemen PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I justru telah mengkonfirmasi utangnya encapai Rp 32,7 triliun hingga November 2021.
Jumlah itu terdiri dari sindikasi perbankan dan obligasi sebesar Rp 28 triliun dan kewajiban yang harus dibayarkan kepada karyawan dan supplier senilai Rp 4,7 triliun.
"Masalah kondisi keuangan kami cukup beruntung, komposisi utang masih kami bisa manage," ujar Awaluddin saat ditemui wartawan Hotel Sari Pacific, Senin (13/12/2021).
Awaluddin mencatat, pengelolaan utang perseroan yang dipandang baik lantaran mayoritas proyek penugasan pemerintah sudah diselesaikan. Misalnya, pembangunan terminal hingga runway bandar udara ( Bandara ) baru.
Akibatnya, arus kas atau cash flow perusahaan pun membaik. Meski begitu, dia tidak menapikan bila pandemi Covid-19 ikut berdampak pada pendapatan perusahaan.
"Jadi beberapa pembangunan bandara terminal baru, runway, atau kapasitas bandara rata-rata sudah selesai sebelum pandemi. Sebagian proyek strategis sudah selesai. Terminal 3 sudah selesai 2016-2017, ekstension terminal 3 sudah selesai 2019. Ini bisa membantu cashflow kami manage setelah pandemi," kata dia.
Selain itu, pergerakan penumpang bandara internasional Soekarno-Hatta (Soetta) saat ini pun dinilai cukup membantu keuangan Angkasa Pura II. Awaluddin mencatat, rasio pemulihan di Soetta mencapai 68 persen sampai 70%.
Khusus pergerakan penumpang domestik saat ini mencapai 74%-78%. Sementara, rute penerbangan domestik di kisaran 22%-24%.
"Kedua kita punya jangkar domestik Bandara Soetta (Soekarna Hatta). Tadi sudah kami sampaikan rasio pemulihan sudah 68 persen sampai 70 persen. Dibandingkan 2019 lalu. Sekarang gini, komposisi dalam situasi normal soetta 74-78 domestik lalu 22-24 internasional. Dampaknya memang internasional border ditutup. Tapi kan 74-78 persen ini kan domestik," ungkap dia
"Padahal sekarang recovery rate sudah 70 persen. Berarti kan kita sudah akan, mudah-mudahan situasinya bisa kita pertahankan bagus, menembus ke batas 74 persen - 78 persen tidak lama lagi. Faktanya kita kuat di domestik, ini yang mungkin membantu, berbeda dengan Denpasar. Yang memangsa secara rasio terbalik domestik dan internasional," lanjutnya.
(akr)